Sarah masih tidak percaya ternyata berita miring tentang Suaminya belakangan ini tidak hanya isapan jempol belaka, saat ini Sarah melihat secara langsung dengan mata dan kepalanya, Suaminya keluar dari Hotel dengan seorang perempuan dengan sangat akrab dan cukup mesra.
Berkali-kali Sarah menarik nafas dan menguatkan diri, akhirnya setelah melihat mobil yang ditumpangi Arga dan perempuan itu pergi, Sarah juga memutuskan untuk pulang kerumah tetapi sebelum pulang ia singgah kewarung bakso didekat rumahnya, tujuannya untuk berjaga-jaga kalau Arga ternyata sudah sampai dirumah lebih dulu, Sarah tidak ingin Arga tahu bahwa dia sudah mengetahui semua perbuatan Arga dibelakangnya sebelum dia membalas semua perbuatan Arga."Dari mana saja kamu keluyuran malam-malam begini? mau alasan urusan kerjaan lagi?" Arga kelihatan sangat marah, Sarah memilih tidak menanggapi Arga, Sarah hanya menunjukkan kantong plastik yang berisi bakso yang ia beli tadi."Ternyata kamu sudah pintar mencari alasan ya, kamu tahu kan kalau Istri keluar rumah itu mesti mendapatkan izin dari Suami, kamu sudah izin belum sama aku tadi, tahu kan ini sudah malam, kalau terjadi apa-apa siapa yang mau disalahkan?" Ujar Arga sambil menatap Sarah sinis, Sarah memilih diam dan masuk kedalam rumah, tetapi Arga menarik dan mencengkeram tangan Sarah sampai Sarah meringis kesakitan."Jawab jujur kamu dari mana?" Teriak Arga semakin tidak bisa mengendalikan emosinya."Kalau pertanyaan itu aku kembalikan ke kamu, kamu mau menjawab jujur juga??" Tanya Sarah, ia menghempaskan tangannya dari genggaman Arga."Menurut kamu aku berbohong? Harusnya Suami pulang kerja itu disambut dengan baik ini malah cari ribut, lama-lama aku muak dengan semua sikap kamu ya Sarah."Tidak sampai disitu saja, Arga kembali mengeluarkan kata-kata yang membuat Sarah sangat sakit hati."Dasar perempuan tidak tahu terimakasih" Desih Arga lirih tetapi masih dengan jelas didengar oleh Sarah."Apa kata kamu Mas? aku harus berterimakasih untuk apa? ingat ya aku yang mencari uang dirumah ini, seharusnya kamu yang berterimakasih sama aku karena setiap bulan aku yang memberi kamu uang, bukan kamu!"Karena terlalu emosi Sarah melemparkan bungkusan bakso yang masih panas kearah Arga, tidak menyangka Sarah akan berbuat seperti ini Arga tidak melakukan perlawan apa-apa, akibatnya tangannya tersiram kuah bakso yang panas itu."Kurang ajar kamu ya, harusnya kamu bersyukur aku nikahi, kalau tidak pasti saat ini kamu masih menjadi perawan tua dan tidak akan ada yang mau dengan perempuan tua dan kasar seperti kamu." Teriak Arga, sambil menghempas-hempaskan tangannya karena kepanasan.Sarah memilih meninggalkan Arga yang sibuk meniup-niup tangannya, Sarah tidak perduli lagi mau tangan Arga melepuh sekalipun Sarah tidak ambil pusing, Sarah memilih masuk kedalam kamar dan menutup seluruh badannya dengan selimut untuk menanangkan pikiran dan hatinya, tidak lama kemudian terdengar suara mobil yang menandakan Arga pergi dari rumah.Arga adalah lelaki pilihan Ibunya, saat itu usia Sarah memang tidak lagi muda, cibiran perawan tua sudah menjadi makanan untuk Sarah jika ia pulang kekampung halamannya. Sudah berulang kali Sarah dijodohkan oleh lelaki pilihan Ibunya tetapi semuanya Sarah tolak karena merasa tidak cocok."Untuk kali ini Ibu tidak ingin mendengar kamu menolak lagi Sarah, masih beruntung ada lelaki yang mau menerima kamu saat usia kamu sudah tidak lagi muda Sarah." Ujar Ibu Imah saat itu, atas dasar itu lah akhirnya Sarah menerima Arga menjadi Suaminya, walaupun Sarah tahu Arga lebih muda darinya dan belum memiliki pekerjaan tetap."Uang bisa dicari bersama Sarah." Ujar Ibunya menambah keyakinan Sarah untuk menerima Arga, Arga dikampung memang dikenal sebagai lelaki yang taat beragama, jadi tidak heran semua orang tua menginginkan Arga menjadi menantunya tidak terkecuali IbunyaSarah.Setelah menikah Sarah mencoba mencarikan pekerjaan untuk Arga, beruntung temannya bersedia membantu, dan Arga akhirnya memperoleh pekerjaan. Tetapi tidak dipungkiri kalau gaji yang Arga terima memang masih sangat jauh dari gaji yang Sarah dapat, itu yang membuat Arga sering meminta tambahan uang, terkadang hanya untuk membeli rokok nya saja Arga meminta uang kepada Sarah padahal Arga tidak pernah memberi gajinya kepada Sarah, seperti layaknya kepala keluarga.***Sudah hampir subuh Arga tidak juga kunjung pulang, semalaman ini Sarah tidak bisa tidur memikirkan masalah yang sedang ia hadapi, pagi ini yang seharusnya menjadi hari dimana Sarah pindah tetapi Sarah memilih menundanya.Sarah memilih menghubungi Arga, Sarah ingin menyelesaikan masalahnya secepatnya karena semakin lama dibiarkan Sarah merasa terganggu termasuk dengan pekerjaannya.Sudah hampir sepuluh kali Sarah mencoba menghubungi Suaminya tetapi tidak kunjung diangkat, Sarah mencoba menghubungi nomor kantor Arga, tetapi Sarah malah mendapat kabar yang membuat dia sangat syok."[Bisa berbicara dengan Bapak Arga bu? saya Sarah Istrinya]" Ujar Sarah setelah nomor kantor Arga tersambung."[Maksud Ibu Bapak Arga Pratama Bu? Beliau sudah dipecat dua bulan yang lalu karena sering tidak masuk kantor?]"Jawab resepsionis membuat Sarah sangat kaget."Jadi kemana saja kamu Mas, saat kamu pamit pergi bekerja." Sarah memukul-mukul kepalanya kedinding.Tidak lama kemudian terdengar deru mobil dihalaman rumahnya, Sarah segera menghampiri Arga yang kelihatan berantakan."Dari mana saja kamu Mas?" Tanya Sarah."Tidak usah sok-sok perduli, sudah puas kamu membuat tanganku luka seperti ini.""Kemana saja kamu dua bulan ini? setiap pagi pamitnya pergi kerja? tapi kenyataannya kamu dipecat kan?" Sarah menatap lekat wajah Arga, yang seketika berubah menjadi merah."Aku tidak dipecat, aku mengundurkan diri, karena aku yakin setelah keluar dari tempat kerja usahaku akan sangat maju." Ujar Arga berkilah, Arga kelihatan salah tingkah dan menghindar dari Sarah, Arga memilih masuk kedalam kamar dan langsung tertidur pulas saat Sarah masuk kedalam kamar untuk mengambil ponselnya.Saat melihat handphone Arga tergeletak Sarah berinisiatif memeriksa handphone Suaminya itu, berharap mendapatkan bukti kalau Arga memang sudah menduakannya, tetapi ternyata Arga belum benar-benar tertidur, dia sadar Sarah sedang memeriksa handphonenya."Jangan lancang kamu ya Sarah." Arga langsung merampas handphone yang berada ditangan Sarah.Dert.. DertHandphone Arga berbunyi, Arga langsung pergi menjauh dari Sarah, karena penasaran Sarah mencoba menguping pembicaraan Arga."[Iya sayang, Mas sebentar lagi kesana ya, baru juga jumpa udah kangen aja]" Sarah mendengar sangat jelas omongan Arga ditelepon itu walaupun Arga berbicara dengan bisik-bisik."Siapa yang kamu panggil sayang kecuali aku Mas?" Tanya Sarah dengan berusaha merebut handphone Arga, tetapi ternyata Arga lebih sigap ia memilih melempar handphonenya kelantai dari pada Sarah mendapatkan benda pipih itu." Kamu ganti tuh handphone aku, aku minta handphone keluaran terbaru, ini semua gara-gara kamu." Ujar Arga saat melihat handphonenya hancur berantakan, karena Arga melempar cukup keras.BERSAMBUNG..."Arga apa yang sedang Kamu lakukan disini? " Tanya Abi tidak kalah kagetnya saat mengetahui ternyata yang datang adalah Arga. "Aku tidak ada urusan dengan Mu, Aku datang kesini hanya ingin bertemu dan meminta maaf secara langsung kepada Sarah, Aku sadar setelah Kami berpisah ternyata Aku sangat membutuhkan Sarah, Aku tidak bisa hidup tanpa Sarah. " "Setelah semua yang Kamu lakukan, Kamu masih bisa bilang seperti ini? lebih baik Kamu pergi, saat ini Sarah menjadi tanggung jawab Ku, sebentar lagi Kami akan segera menikah tolong jangan pernah datang dan temui calon Istri Ku lagi. ""Benar yang dikatakan Abi Sarah? yakin Kamu bisa hidup bersama lelaki seperti Dia? Aku yakin didalam hati Mu masih tersimpan rapi namaku." Sarah yang dari tadi memilih diam sekarang ikut bersuara. Dengan suara sedikit bergetar, Sarah menatap Arga penuh amarah. "Dalam hidup Ku, tidak ada yang lebih pedih daripada pengkhianatan yang sudah Kamu lakukan Mas. Aku berusaha memulihkan diri dan menemukan kebahagia
"Dasar mandul, mau pakai baju semahal apapun, Kamu itu tetap terlihat kampungan. " Teriak Ayu tidak mau kalah dari Clara. PlakkkTamparan keras melayang ke pipi Ayu, membuat Arga melotot tidak menyangka, Sarah yang Ia kenal dulu kini sudah sangat berubah. "Arga tolong Kamu bimbing Istri kesayangan Kamu ini, sekarang anggap saja Kita tidak pernah saling mengenal. " Masih dengan raut muka terkejut, Arga menarik tangan Ayu pergi meninggalkan Sarah yang kelihatan sangat emosi. "Aku seneng banget Kamu sudah berani seperti ini Sarah. " Clara menggenggam erat tangan Sarah. Sarah masih menatap kepergian Arga dan Ayu, ada perasaan yang sulit untuk diungkapkan walaupun Sarah sudah ikhlas melepaskan Arga. ****Sudah hampir satu tahun Arga dan Sarah berpisah, selama itu pula Sarah tidak lagi mendengar kabar Arga. Sarah sudah mulai terbiasa menjalani kehidupan nya seorang diri, kehidupan ekonominya pun semakin membaik bahkan selain bekerja saat ini Sarah sudah memilikimu usaha yang lumayan be
"Jangan salah paham Sayang, tidak mungkin Aku mengkhianati Kamu, Aku hanya kebetulan lewat sini saja, melihat Sarah lagi marah-marah sama sekuriti, Aku hanya kasihan ternyata Sarah belum berubah, Dia masih seperti yang dulu suka marah-marah. " Ucap Arga, pintar memutar balikkan fakta. "Sepertinya Kamu belum move on ya Sarah, ingat Mas Arga sudah bahagia menjadi Suamiku tolong jangan mendekati nya lagi kalau tidak Aku pastikan hidup Kamu tidak akan tenang. " Ancam Ayu kepada Sarah. "Siapa yang belum move on? Aku atau Mas Arga? Dia sengaja mengirimi Aku bunga, coklat dan meneror rumah Ku berharap Aku meminta bantuan nya. "Ayu mengepalkan tangannya, matanya menatap Sarah penuh emosi. "Apa benar yang dikatakan perempuan ini Mas?" Teriak Ayu dengan sangat kuat.Arga menggelengkan kepalanya dan mengajak Ayu masuk kedalam mobil. "Jawab pertanyaan Ku dulu Mas, Aku ingin semuanya jelas. ""Apa lagi yang mau dijelaskan, Aku kesini karena kebetulan, Aku sudah bahagia bersama Kamu apalagi seb
"[Jangan Kamu kira Kamu akan bahagia tanpa Ku Sarah, Aku pastikan Kamu akan kembali ke pelukan ku]" Pesan dari nomor baru yang Sarah yakini adalah pesan dari Arga. Sarah memilih tidak membalas pesan tersebut, akhir-akhir ini Sarah memang sering menerima pesan-pesan dari nomor baru. Sambil menunggu proses pengadilan, Sarah kembali ke rumah yang sudah disediakan dari kantornya. Sarah mulai membiasakan diri dengan kehidupan barunya, Abi juga tidak pernah lagi menghubunginya, Abi bahkan seperti hilang ditelan bumi, Sarah tidak mempermasalahkan hal tersebut. "Ibu Sarah ada kiriman bunga. " Ujar Salah satu karyawan saat Sarah baru masuk kantor pagi ini. Kening Sarah berkerut. "Dari siapa Mbak? " Tanya Sarah kepada bagian resepsionis kantornya. "Tidak ada nama pengirimnya Bu, tadi cuma dianterin sama kurir. " Setelah mengucapkan terimakasih Sarah membawa buket bunga berwarna merah yang cukup besar itu keruangan nya. Teman kantornya banyak yang menggoda. "Cie-cie ada penggemar rahas
Abi melihat handphone yang ada ditangan Sarah, di sana terlihat fotonya dan Sarah. "Loh ini kan foto kita Sarah, ini tidak bisa dibiarkan" Abi emosi hendak mencari orang yang sengaja mengabadikan momennya bersama Sarah secara diam-diam. "Sudah lah Mas, mau Kamu cari kemana, Aku pastikan Mereka sudah tidak ada disini lagi, lagian Aku sudah tidak ambil pusing lagi, toh sebentar lagi Aku dan Mas Arga bukan lagi Suami Istri. "Abi yang tadinya berdiri dan matanya mengawasi sekitar rumah makan itu kembali duduk didekat Sarah. Mereka menghabiskan makanan yang ada didepannya. Disela-sela makan, Abi menanyakan sesuatu kepada Sarah. "Sarah kalau boleh Aku tanya kenapa Arga sampai saat ini masih mengawasi Kamu, apakah Dia masih mempunyai rasa kepada Mu? dan kalau Arga masih menginginkan Kamu kembali, apa yang akan Kamu lakukan?" Sarah menghela nafas kasar, tiba-tiba selera makannya hilang. "Sebenarnya Aku sudah males membicarakan tentang Mas Arga, Aku sudah benar-benar tutup buku, Aku ing
Sarah mengambil cuti bekerja selama dua minggu untuk mengurus semuanya, bahkan saat ini Sarah harus mengontrak rumah karena rumahnya sudah disita. Hari ini Sarah akan pergi ke Pengadilan untuk mengurus perceraian nya. tanpa Ia sadari ia berpapasan dengan Mona. Pertemuan dua perempuan yang dulu sangat dekat itu kelihatan sangat canggung, bahkan Mona dengan sengaja membuang muka menghindari Sarah, tetapi Sarah ingin meminta maaf secara langsung kepada Mona. Sarah mendekati Mona yang duduk tidak jauh darinya, Mereka sama-sama sedang menunggu antrian dipanggil oleh petugas. "Mon apa kabar? " tegur Sarah berbasa-basi. "Seperti yang Kamu lihat, saat ini rumah tangga ku hancur karena Kamu, sekarang Kamu sudah puas kan dan pastinya senang sebentar lagi Mas Abi akan menjadi seorang duda, kalian akan leluasa tanpa penghalang. "Sarah menatap wajah Mona yang kelihatan lebih kurus dan tidak seceria dari biasanya, Sarah yakin saat ini Mona sedang tertekan, karena Sarah tahu Mona tidak menging