Share

Mertua

Author: Gleoriud
last update Last Updated: 2022-06-04 09:59:58

Pov Marni

***

Mas Anto telah pergi dua jam yang lalu, meninggalkan aku sendiri yang mulai merasa mengantuk. Bagiku, tempat tidur adalah tempat paling nyaman, bahkan jika diajak untuk jalan-jalan, aku lebih memilih tidur seharian.

Sebelum pergi, Mas Anto menyetrika bajunya sendiri, dia tak mempercayakan pekerjaan itu padaku. Bahkan setelah aku mencuci bajunya, dia mengulang lagi mencucinya.

Mas Anto yang aneh. Walau bagaimana pun dia adalah suamiku.

Aku menutup pintu dengan semangat, lalu masuk ke dalam kamar, apa lagi kalau bukan kegiatan yang paling menyenangkan. Tidur.

***

Tiga hari sudah Mas Anto pergi, kami tak pernah saling telpon, karena lokasi penambangan minyak bumi dan gas Mas Anto tak memiliki sinyal. Aku tak masalah, asalkan dia pulang dua kali sebulan.

Tiba-tiba pintu diketuk, seiring dengan berhentinya deru mobil.

Kusibakkan gorden jendela. Mataku membulat sempurna. Ibu mertua. Kenapa beliau datang?

Biasanya beliau datang jika Mas Anto pulang.

Ibu mertuaku sudah sampai di depan pintu, seiring bunyi ketukan beberapa kali. Kubuka pintu dengan gugup.

"Ibu," sapaku dengen senyum canggung. Ibu mertuaku masih memasang wajah dingin, mungkin kejadian rambut itu masih membuatnya marah.

"Masuk, Bu!" Kubuka pintu lebar-lebar.

"Kenapa berantakan sekali?" Dia berjalan, ke arah sofa ruang tamu.

"Apa ini?" Dia mengangkat benda ajaib yang terletak di sana. Bra-ku. Aku panik, lalu mengambil benda itu dari tangan ibu.

"Ya, ampun, ini rumah apa kandang kambing." Dia berjalan ke arah ruang makan, lalu menutup hidungnya sendiri, memang, aku lupa membuang sisa kuah lontong dua hari yang lalu.

Ibu mertuaku bergegas meninggalkan ruang makan. Berjalan cepat menuju pintu ke luar, seperti mencari udara.

"Marni, sini!"

Aku menurut, ibu mematutku dari atas sampai bawah.

"Kau kenal aku?"

"Ibu, ibu adalah mertuaku." Aku meremas tanganku sendiri, keringat dingin mulai keluar dari pori-poriku.

"Jika aku mengajarimu, apa kau akan marah?"

Aku menggeleng.

"Kau pernah bercermin, Marni?"

Aku mengangguk.

"Apa kau sadar kau itu cantik?"

Aku diam saja.

"Sayangnya, tak terawat." Ibu mertuaku menatap ke arah rambutku yang belum kusisir. "Kenapa bisa rumah sekotor ini, ya ampun. Bra, kenapa bra bisa ada di atas sofa? Kumpulan piring kotor di atas meja yang tak dibereskan, apa guna tanganmu itu, ha?"

Suara ibu mertuaku menggelegar, aku sampai memejamkan mata sejenak karena terkejut.

"Kau mau tau sesuatu? Sebenarnya aku sama sekali tak setuju Anto menikahimu, setelah mendengar kebiasaan keluargamu yang jorok, akan tetapi, demi menjaga perasaan suamiku, kuterima kau dengen terpaksa. Setelah rambut di sop, sekarang bra di atas sofa, besok apa lagi? Celana dalam di atas meja makan?"

Aku menunduk tak berani menatap wajah ibu yang memerah.

"Anto anak kami satu-satunya, tentu kami ingin menantu yang terbaik, jika kau terpilih jadi menantuku, maka bersyukurlah, jangan bersikap tak tau diuntung."

Aku merasakan hatiku sangat terluka dengen perkataan kasar ibu, kami memang jarang bertemu, namun tak kuduga, dia melimpahkan semua kekesalan kepadaku saat ini.

"Lihat dirimu, Marni! Lihat Anto, coba ukur dirimu, jangan buat anakku menderita karena mendapat istri yang bahkan tak bisa membedakan mana yang layak atau tidak."

Tak bisa kutahan lagi, aku menangis, tak ada orang yang sekasar itu padaku. Bukan aku yang memaksa pernikahan ini, tapi ayah Mas Anto.

"Tak usah menangis, lebih baik kau sakit hati sekarang dari pada sakit hati di masa depan. Anto bisa saja bosan denganmu dan mencampakkanmu begitu saja."

Ibu pergi, meninggalkanku yang masih tergugu dengan tangis. Aku menyukai Mas Anto, pernikahan ini membuatku kembali bersemangat hidup setelah ditinggalkan oleh ibu.

Aku juga ingin seperti orang-orang, tapi aku belum terbiasa. Perubahan hari ini, pagi-pagi aku sudah menggosok gigi, kegiatan yang selama ini kuabaikan, aku bahkan membuang daster yang dibenci Mas Anto. Aku cuma lupa menyisir rambut, lupa menyapu rumah karena aku mengantuk.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Jusnah
ih ngeri juga jorok nya si Marni ne
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Super Jorok   Akhir yang Indah

    POV MarniTepat setelah empat puluh hari, Ibu Mas Anto pamit ingin pulang. Dia tak bisa meninggalkan rumah terlalu lama. Padahal Mas Anto berharap, sang Ibu bisa tinggal bersama kami. Walaupun kami sering berseberangan pemikiran dengan Ibu, namun pada hakikatnya kami saling menyayangi."Ingat pesan-pesan Ibu, ya, Marni. Walaupun telah empat puluh hari, jangan sesekali meringan-ringankan badan. Jangan mengangkat beban berat.""Ya, Bu," sahutku. Travel yang akan mengantar Ibu ke bandara telah sampai di depan rumah kami.Ibu mencium Rayhan berkali-kali. Dia terlihat berat berpisah dengan Rayhan karena siang malam sering bersamanya."Ibu berangkat," kata Ibu setelah kami menyalami beliau."Hati-hati di jalan, Bu," sahut Mas Anto.Ibu mengangguk, mengusap kembali kepala botak Rayhan."Nenek ke kampung dulu, ya, Rayhan. Jadi anak yang baik ya, tidak boleh begadang malam."Rasanya ingin menangis melihat wajah Ibu yang tak rela berpisah dengan Rayhan.Kami menatap travel yang telah membawa I

  • Istri Super Jorok   Mertua Sempurna

    POV Anto "Dia menangis terus," kataku pada Marni yang juga kehilangan akal mendiamkan Rayhan. Seperti biasa, Rayhan akan menghabiskan waktunya di siang hari untuk tidur, dan malamnya untuk begadang."Dia tidak mau menyusu," sahut Marni tak kalah panik.Keributan di kamar kami, memancing Ibu untuk bangun. Ibu masuk ke kamar yang memang sedikit terbuka."Ada apa?""Dia menangis terus," keluh Marni.Ibu mengambilnya, Rayhan terus saja menendang-nendang sehingga bedongnya terlepas."Kenapa tak dipakai kaus kakinya? AC kalian terlalu dingin, dia terbiasa di tempat hangat, jangan samakan bayi yang baru lahir dengan kita. Ini saja kalian tak faham."Ibu menggendong Rayhan, berjalan menuju box bayi yang terletak di samping ranjang. Marni belum pulih betul, ASI tersumbat sudah mulai keluar walaupun saat ini payudaranya masih bengkak."Popoknya juga basa," keluh Ibu. Dengan cekatan Ibu mengganti popok, memakaikan kaus kaki dan bedong baru. Tak lama setelah itu,bRayhan mulai tenang."Matikan AC

  • Istri Super Jorok   Ibu Baru

    POV MarniTernyata, menjadi Ibu tidaklah mudah. Hamil yang melelahkan, melahirkan yang menyakitkan, ternyata tak hanya sampai di sana.Selain harus buang air dengan cara berdiri karena bekas jahitan yang masih basah, aku juga serasa mau menangis setiap menyusui Rayhan anak kami. Setiap dia menghisap, aku merasakan sakit yang luar biasa pada perutku, sakit yang hampir mirip dengan kontraksi melahirkan. Setelah itu, darah berbingkah akan keluar setiap kali sakit itu mereda. "Itu biasa, semakin sakit, semakin cepat rahimmu menyusut," kata Ibu dengan petuah seperti biasa. Aku hanya meringis, selain perut yang amat sakit, aku juga merasakan nyeri luar biasa di puting payudaraku. Belum lagi perih di bagian jalan lahir, setiap aku bergerak sedikit, rasanya luar biasa."Berarti kau pemalas membersihkannya saat hamil, harusnya saat hamil, puting itu dibersihkan setiap habis mandi dengan minyak zaitun, dipencet agar yang menyumbat pintu ASI-nya keluar."Aku diam saja, mungkin maksud ibu baik,

  • Istri Super Jorok   Melawan Rasa Jijik

    Pov AntoTak mudah ternyata menjadi Ayah. Di tengah rasa yang membuncah Karena kedatangan anggota baru, aku harus menguji nyaliku melawan rasa jijik.Setelah anak kami di mandikan dan diazankan, perawat berpesan padaku untuk membawa kain kotor bergelimang darah milik Marni. Belum lagi ari-ari yang harus dibersihkan sebelum di kubur. Aku berulang kali menelepon teman kantorku, menanyakan bagaimana cara memperlakukan benda yang sebelumnya ada di rahim Marni itu.Berulang kali juga aku menahan mual. Ya Tuhan, aku tak terbiasa dengan sesuatu yang aneh dan menjijikkan. Anggap saja aku norak, akan tetapi semua ini harus dilakukan, bukan? Hanya ada kami berdua di sini, siapa yang akan kuharapkan. Akhirnya, benda kenyal yang selebar piring dan berbentuk aneh itu, selesai kubersihkan.Bunyi HP-ku terdengar dari dalam kamar. Ari-ari itu sudah bersih dan sudah kubungkus dengan kain dan di masukkan ke dalam periuk yang terbuat dari tanah liat. Ya, perjuangan melelahkan itu berakhir juga, tinggal

  • Istri Super Jorok   Mbak Lastri

    Alangkah lucunya baju-baju kecil ini, aku tersenyum, membayangkan akan punya bayi sendiri itu, sangat membahagiakan.Sesaat kurasakan perutku agak mulas, hanya sebentar. Tak sampai dua menit. Setelah kurasa agak reda, aku kembali mengusap baju bayi yang dipilihkan Mas Anto. Kata Dokter, anak kami laki-laki, hal itu membuat Mas Anto amat senang. Kebanyakan warna pakaian yang dibelikan Mas Anto bewarna biru.Bagiku, laki-laki dan perempuan sama saja. Yang penting sehat jasmani dan rohani.Setelah puas memperhatikan baju-baju lucu itu, aku berencana ingin merapikan kembali rak-rak yang berisi pot bunga, menata mereka dengan cantik.Satu jam setelah itu, aku kembali merasakan perutku mulas, lebih lama dan lebih sakit dari sebelumnya. Kupegang tiang rumah untuk mencari kekuatan, apakah ini tanda akan melahirkan? Tapi kata dokter masih tiga Minggu lagi.Mungkin karena terlalu banyak bergerak, seperti pesan Mas Anto, aku tak boleh melakukan hal berat. Baiklah, mungkin dengan tidur siang akan

  • Istri Super Jorok   Ciuman Kecil

    POV MarniSeiring berjalannya waktu, kandunganku sudah genap memasuki usia sembilan bulan. Tak ada kendala berarti selama kehamilan, bahkan Mas Anto memujiku cantik. Ah, sejak kami mengungkapkan perasaan saling mencintai, aku dan Mas Anto lebih terbuka dari sebelumnya. Kami tak lagi canggung untuk menunjukkan kemesraan kami. Seperti pujian Mas Anto yang membuat hatiku berbunga-bunga.Kami baru saja selesai jalan pagi. Sebuah kegiatan rutin yang kami lakukan setiap hari. Dimulai setelah salat subuh, kami mengitari area kompleks lalu kembali ke rumah."Kakiku pegal," kataku sambil menaikkan kedua kakiku berselonjor di atas sofa. Tanpa diminta, Mas Anto dengan cekatan memijitnya. Rasanya nyaman sekali. Kebiasaan memijit ini juga dilakukannya tiap hari setiap kami selesai jalan pagi."Semalam, aku mendengar suara gaduh di sebelah. Padahal sudah tengah malam. Lama-lama, terganggu juga punya tetangga yang selalu ribut dengan suaminya.""Iya, mereka dari dulu memang begitu. Tapi, orang di se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status