Share

Ditertawakan

Penulis: Gleoriud
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-04 10:00:57

Pov Marni

Kukira, ibu mertua akan datang di hari itu saja, nyatanya tidak. Ia datang lagi ke esokan harinya. Padahal aku berharap, dia tidak usah terlalu sering ke rumah, aku takut padanya.

Aku menyiapkan hati dan telinga. Ibu mertua yang suka bicara apa adanya, walaupun ucapannya keluar menyakitkan. Aku tak biasa diperlakukan kasar. Bagiku, kesopanan berbicara adalah nomor satu.

Aku ingin, setelah ibu tiada, jika mendapatkan mertua, bisa dijadikan sebagai ibu layaknya ibu kandung. Akan tetapi, ibu Mas Anto dan ibuku bagaikan bumi dan langit.

Ibuku selalu tersenyum, suaranya pelan dan ramah, dia tak pernah mencaci atau pun memaki, dia selalu bertutur kata sopan dan santun. Bagaimana caranya aku bisa menganggap ibu Mas Anto bagaikan ibuku sendiri? Saat ini, bahkan ketika baru saja aku membukakan pintu rumah, wajah sinisnya kembali menyapa.

"Kau sudah menyapu rumah?" tanya dia tanpa basa-basi.

"Sudah, Bu."

"Tapi tidak bersih, pasir masih terasa di telapak kakiku. Apa kau sudah memegang sapu dengan benar?"

Aku menunduk. Tentu saja aku sudah memegang sapu dengan benar.

Ibu mertuaku berjalan ke arah meja makan, lalu menoleh padaku.

"Piring kotor masih di atas meja? Tak diangkat?"

"Itu ... Piring tadi pagi, bukan piring kemaren."

"Apa bedanya piring tadi pagi dengan piring kemaren, toh sama-sama kotor."

Aku bergegas mengambil piring itu, lalu meletakkannya ke dapur, tepat di atas meja kecil untuk meletakkan dispenser.

"Bukan di situ tempatnya!" Suara Ibu meninggi. Aku sampai kaget. Dengan gemetar, aku mengangkat piring itu kembali ke westafel.

Ibu masih berdiri di belakangku sambil berkacak pinggang. Wajahnya menegang, seperti belum puas marah-marah.

"Hei, dengan tumpukan piring begitu, apa matamu senang melihatnya?"

"Itu, piringnya belum banyak."

"Apa? Astaga, jadi kau tunggu piring itu setinggi gunung dulu, baru kau cuci? Wanita sejenis apa yang dinikahi Anto."

Ibu mengata-ngataiku tanpa perasaan, rasanya sangat sakit, aku membalikkan badan, menghadap ke westafel yang sudah diperbaiki, tanganku masih menggigil karena kerasnya bentakan ibu. Tanpa sadar, satu piring yang berada di tanganku yang penuh busa, meluncur dan jatuh ke lantai, pecah berderai.

"Marniiii ...." Suara lengkingan ibu menjadi, aku tak tau harus apa, dengan kalut kupungut pecahan piring itu tanpa sadar telah melukai jariku sendiri. Rasanya sakit, tapi lebih sakit di dalam sini, di hatiku.

Aku rindu ibuku, yang tak pernah meninggikan suaranya padaku, aku rindu saat dia berkata, bergaul lah penuh kasih sayang dan jangan pernah menyakiti hati orang lain, aku Rindu saat ibuku tersenyum dan mengatakan tidak apa-apa jika aku melakukan kesalahan.

Saat rindu itu menyesakkan dada, aku tak punya tempat untuk pulang. Ibu mertua dan Mas Anto, memperlakukanku bagaikan orang asing.

***

Ibu pulang beberapa jam kemudian setelah mendikteku ini dan itu, dia mengatakan, apa fungsiku kalau tak bisa melakukan pekerjaan rumah, jika hanya makan dan tidur, kucing pun lebih hebat.

Bahkan, ibu menyamakan aku dengan binatang. Perasaan terluka itu makin menumpuk di dalam hatiku.

Sebelum pergi, Ibu mengatakan, berhubung besok tanggal merah berturut-turut selama dua hari, biasanya Anto akan pulang.

Kegugupanku makin menjadi, belum selesai ceramah panjang ibu mertua, akan disambung oleh ceramah Mas Anto. Tak ada lagi tidur siang, seperti kata ibu, sebelum Anto datang, aku harus berdandan.

Berdandan, aku tak pernah mencobanya dalam hidupku, namun sempat beberapa kali memperhatikan orang merias pengantin.

Aku punya beberapa peralatan berdandan, yang masih utuh. Mas Anto yang membelikannya.

Ibu bilang, Mas Anto akan sampai kira-kira menjelang Maghrib. Waktu yang sedikit kugunakan untuk mandi dengan air hangat, karena aku sangat tidak suka dengan air dingin.

Setelah mandi, kupakai daster yang baru. Lalu membuka peralatan berdandan itu satu persatu.

Setelah memakai bedak sebisanya, aku mengamati benda yang kutahu namanya adalah pensil alis. Aku harus mencobanya, sebisaku, memakai lipstik pun sebisaku.

Tak lama kemudian, mobil Mas Anto menderu. Aku gugup luar biasa. Seiring dengan ketukan pintu dari luar.

Kulangkahkan kaki ke arah pintu, membukanya lalu menemukan wajah lelah Mas Anto. Aku tersenyum sambil menunggu reaksinya.

Mas Anto tercengang, dia terpaku sejenak, aku pikir dia terpaku melihatku menjadi cantik. Akan tetapi apa yang terjadi setelah itu? dia terbahak, tertawa sambil memegang perutnya. Tawa yang tak pernah kulihat selama ini.

"Ya, ampun, Marni, apa yang kau lakukan dengan wajahmu? Hapus lipstikmu, alismu tidak lurus. Cuci mukamu sekalian, ada-ada saja."

Aku terdiam, seiring dengan perasaan sesak yang tak bisa kujelaskan. Berpuluh menit aku menghabiskan waktu di depan cermin untuk memoles wajahku, lalu Mas Anto malah menertawakanku bagaikan melihat topeng monyet. Dia bahkan sama sekali tak menoleh lagi ke belakang, berjalan lurus ke arah dapur.

Rasa sesak yang kutahan dari tadi sejak kedatangan ibu, meledak sudah, aku tak mampu menahan tangisku sendiri. Aku merasa sendiri, tak ada yang peduli, bahkan saat aku berniat berubah dan menuruti perintah ibu, sedikit pun Mas Anto tak menghargainya.

Bahuku terguncang, tangis tanpa suara. Tak ada tangan lembut yang menyentuh bahuku seperti dulu, tak ada suara lembut yang mengatakan, air mata terlalu berharga menangisi dunia. Aku sendiri, benar-benar sendiri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Super Jorok   Akhir yang Indah

    POV MarniTepat setelah empat puluh hari, Ibu Mas Anto pamit ingin pulang. Dia tak bisa meninggalkan rumah terlalu lama. Padahal Mas Anto berharap, sang Ibu bisa tinggal bersama kami. Walaupun kami sering berseberangan pemikiran dengan Ibu, namun pada hakikatnya kami saling menyayangi."Ingat pesan-pesan Ibu, ya, Marni. Walaupun telah empat puluh hari, jangan sesekali meringan-ringankan badan. Jangan mengangkat beban berat.""Ya, Bu," sahutku. Travel yang akan mengantar Ibu ke bandara telah sampai di depan rumah kami.Ibu mencium Rayhan berkali-kali. Dia terlihat berat berpisah dengan Rayhan karena siang malam sering bersamanya."Ibu berangkat," kata Ibu setelah kami menyalami beliau."Hati-hati di jalan, Bu," sahut Mas Anto.Ibu mengangguk, mengusap kembali kepala botak Rayhan."Nenek ke kampung dulu, ya, Rayhan. Jadi anak yang baik ya, tidak boleh begadang malam."Rasanya ingin menangis melihat wajah Ibu yang tak rela berpisah dengan Rayhan.Kami menatap travel yang telah membawa I

  • Istri Super Jorok   Mertua Sempurna

    POV Anto "Dia menangis terus," kataku pada Marni yang juga kehilangan akal mendiamkan Rayhan. Seperti biasa, Rayhan akan menghabiskan waktunya di siang hari untuk tidur, dan malamnya untuk begadang."Dia tidak mau menyusu," sahut Marni tak kalah panik.Keributan di kamar kami, memancing Ibu untuk bangun. Ibu masuk ke kamar yang memang sedikit terbuka."Ada apa?""Dia menangis terus," keluh Marni.Ibu mengambilnya, Rayhan terus saja menendang-nendang sehingga bedongnya terlepas."Kenapa tak dipakai kaus kakinya? AC kalian terlalu dingin, dia terbiasa di tempat hangat, jangan samakan bayi yang baru lahir dengan kita. Ini saja kalian tak faham."Ibu menggendong Rayhan, berjalan menuju box bayi yang terletak di samping ranjang. Marni belum pulih betul, ASI tersumbat sudah mulai keluar walaupun saat ini payudaranya masih bengkak."Popoknya juga basa," keluh Ibu. Dengan cekatan Ibu mengganti popok, memakaikan kaus kaki dan bedong baru. Tak lama setelah itu,bRayhan mulai tenang."Matikan AC

  • Istri Super Jorok   Ibu Baru

    POV MarniTernyata, menjadi Ibu tidaklah mudah. Hamil yang melelahkan, melahirkan yang menyakitkan, ternyata tak hanya sampai di sana.Selain harus buang air dengan cara berdiri karena bekas jahitan yang masih basah, aku juga serasa mau menangis setiap menyusui Rayhan anak kami. Setiap dia menghisap, aku merasakan sakit yang luar biasa pada perutku, sakit yang hampir mirip dengan kontraksi melahirkan. Setelah itu, darah berbingkah akan keluar setiap kali sakit itu mereda. "Itu biasa, semakin sakit, semakin cepat rahimmu menyusut," kata Ibu dengan petuah seperti biasa. Aku hanya meringis, selain perut yang amat sakit, aku juga merasakan nyeri luar biasa di puting payudaraku. Belum lagi perih di bagian jalan lahir, setiap aku bergerak sedikit, rasanya luar biasa."Berarti kau pemalas membersihkannya saat hamil, harusnya saat hamil, puting itu dibersihkan setiap habis mandi dengan minyak zaitun, dipencet agar yang menyumbat pintu ASI-nya keluar."Aku diam saja, mungkin maksud ibu baik,

  • Istri Super Jorok   Melawan Rasa Jijik

    Pov AntoTak mudah ternyata menjadi Ayah. Di tengah rasa yang membuncah Karena kedatangan anggota baru, aku harus menguji nyaliku melawan rasa jijik.Setelah anak kami di mandikan dan diazankan, perawat berpesan padaku untuk membawa kain kotor bergelimang darah milik Marni. Belum lagi ari-ari yang harus dibersihkan sebelum di kubur. Aku berulang kali menelepon teman kantorku, menanyakan bagaimana cara memperlakukan benda yang sebelumnya ada di rahim Marni itu.Berulang kali juga aku menahan mual. Ya Tuhan, aku tak terbiasa dengan sesuatu yang aneh dan menjijikkan. Anggap saja aku norak, akan tetapi semua ini harus dilakukan, bukan? Hanya ada kami berdua di sini, siapa yang akan kuharapkan. Akhirnya, benda kenyal yang selebar piring dan berbentuk aneh itu, selesai kubersihkan.Bunyi HP-ku terdengar dari dalam kamar. Ari-ari itu sudah bersih dan sudah kubungkus dengan kain dan di masukkan ke dalam periuk yang terbuat dari tanah liat. Ya, perjuangan melelahkan itu berakhir juga, tinggal

  • Istri Super Jorok   Mbak Lastri

    Alangkah lucunya baju-baju kecil ini, aku tersenyum, membayangkan akan punya bayi sendiri itu, sangat membahagiakan.Sesaat kurasakan perutku agak mulas, hanya sebentar. Tak sampai dua menit. Setelah kurasa agak reda, aku kembali mengusap baju bayi yang dipilihkan Mas Anto. Kata Dokter, anak kami laki-laki, hal itu membuat Mas Anto amat senang. Kebanyakan warna pakaian yang dibelikan Mas Anto bewarna biru.Bagiku, laki-laki dan perempuan sama saja. Yang penting sehat jasmani dan rohani.Setelah puas memperhatikan baju-baju lucu itu, aku berencana ingin merapikan kembali rak-rak yang berisi pot bunga, menata mereka dengan cantik.Satu jam setelah itu, aku kembali merasakan perutku mulas, lebih lama dan lebih sakit dari sebelumnya. Kupegang tiang rumah untuk mencari kekuatan, apakah ini tanda akan melahirkan? Tapi kata dokter masih tiga Minggu lagi.Mungkin karena terlalu banyak bergerak, seperti pesan Mas Anto, aku tak boleh melakukan hal berat. Baiklah, mungkin dengan tidur siang akan

  • Istri Super Jorok   Ciuman Kecil

    POV MarniSeiring berjalannya waktu, kandunganku sudah genap memasuki usia sembilan bulan. Tak ada kendala berarti selama kehamilan, bahkan Mas Anto memujiku cantik. Ah, sejak kami mengungkapkan perasaan saling mencintai, aku dan Mas Anto lebih terbuka dari sebelumnya. Kami tak lagi canggung untuk menunjukkan kemesraan kami. Seperti pujian Mas Anto yang membuat hatiku berbunga-bunga.Kami baru saja selesai jalan pagi. Sebuah kegiatan rutin yang kami lakukan setiap hari. Dimulai setelah salat subuh, kami mengitari area kompleks lalu kembali ke rumah."Kakiku pegal," kataku sambil menaikkan kedua kakiku berselonjor di atas sofa. Tanpa diminta, Mas Anto dengan cekatan memijitnya. Rasanya nyaman sekali. Kebiasaan memijit ini juga dilakukannya tiap hari setiap kami selesai jalan pagi."Semalam, aku mendengar suara gaduh di sebelah. Padahal sudah tengah malam. Lama-lama, terganggu juga punya tetangga yang selalu ribut dengan suaminya.""Iya, mereka dari dulu memang begitu. Tapi, orang di se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status