Share

Bab 6

Penulis: Adny Ummi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-19 22:08:56

"Aku mesti ke kantor siang ini." Ardian berkata seraya mengunyah suapan terakhir makan siang yang tadi ia pesan dari restoran yang melayani delivery order.

"Balik malem lagi?" tanya Tasya sambil menikmati paru balado dari restoran masakan Padang itu. Sebenarnya ia curiga dengan kebiasaan Ardian pulang malam. Ya, karena dia tahu kalau normalnya jam kantor hanya sampai setengah lima sore. Namun, semenjak mereka menikah, Ardian hampir selalu pulang larut malam. Namun, Tasya malas untuk menegur itu. Wanita itu justru senang, karena tidak harus sering bertemu dengan suaminya itu.

"Ya," jawab Ardian singkat, ia meletakkan piringnya yang sudah kosong dan meraih cup es teh dari atas meja, kemudian menyeruputnya. Setelah tandas, ia bangkit berdiri hendak masuk ke kamar mengganti pakaian.

"Sore ini aku juga mau turun," ujar Tasya menahan langkah sang suami.

Ardian menoleh ke arahnya. "Mau ke mana?" tanya pria itu.

"Ya, sekali-kali aku juga mau jalan-jalan, dong!" sahut Tasya santai.

"Iya, ke mana?" tanya Ardian lagi.

"Jalan-jalan, dibilangin juga." Tasya meletakkan piring kotornya di atas meja, kemudian meraih minuman dan meneguknya.

Ardian menghela napas berat mendengar jawaban yang tidak jelas itu. "Oke, dengan siapa?"

"Temanku."

"Temanmu siapa?" Ardian menahan emosinya.

"Disebut namanya juga kamu nggak kenal," jawab Tasya cuek.

"Temanmu yang namanya Fika?" tebak Ardian sembari melangkah masuk ke dalam kamar, kemudian membuka almari meraih sehelai kemeja putihnya.

"Kok, kamu tahu Fika?" Tasya mengeraskan suaranya sembari melongok ke arah pintu kamar yang terbuka di sana. Ia heran, bagaimana Ardian bisa tahu dengan sahabatnya itu? Padahal selama enam tahun ini Fika berada di Surabaya, ia baru sampai sepekan yang lalu di Jakarta. Bahkan Fika tidak hadir ketika ia dan Ardian menikah.

"Ibu yang cerita." Ardian keluar kamar sambil mengancingkan kemeja, kemudian memperbaiki posisi pinggang celana hitamnya. Dasi yang tersampir di bahu pun diraih dan dipasang dengan terburu-buru.

Alis Tasya bertaut. 'Dasar Ibu, pasti ngegosipin aku, nih!' omelnya dalam hati.

"Kamu jangan pulang kemalaman, Sya," pesan Ardian sembari mengenakan jas hitamnya.

Tasya menatap ke arah dasi yang dikenakan Ardian asal. Ia merasa risih melihatnya. "Dasimu itu benerin dulu!" suruhnya.

Ardian menggeser dasinya. Namun, semakin tidak keruan bentuknya. Hal itu membuat Tasya kembali merengut.

Lelaki manis itu lalu mendudukkan bokong di kursi, mengenakan kaus kaki dan sepatunya bergiliran. Tadi pagi ia tidak bekerja dikarenakan pindahan.

"Sorry, Sya. Ni piring tolong bawa ke dapur ya! Aku buru-buru." Siang ini Ardian mesti segera kembali ke kantor, ada jadwal pertemuan dengan seorang relasi perusahaan.

"Emangnya aku pembantu di sini?" protes Tasya.

Ardian menghela napas. "Bukan begitu maksudnya. Aku cuma minta tolong," sahutnya.

Tasya hanya menjawab dengan mendengkus tak suka.

"Aku pergi dulu!" Ardian bangkit dari duduknya.

"Eh, tunggu!" cegah Natasya.

Ardian pun terdiam ketika Tasya mendekat ke arahnya. Lelaki itu tertegun seketika.

"Kamu ini, coba pake pakaian itu jangan asal-asalan napa?" Tasya makin mendekat dan langsung membenarkan dasi Ardian. Matanya merasa sangat terganggu dengan penampilan yang belum rapi itu.

Ardian terpaku di sana. Aliran darahnya seketika berdesir hangat. Baru kali ini ia kembali berdekatan dengan Tasya. Wajah mereka hanya berjarak tak lebih dari tiga jengkal saja. Di dalam hati lelaki itu merasa menghangat. Dulu Maira juga perhatian seperti ini terhadapnya. Tanpa Tasya sadari lelaki itu menikmati wajah indah di hadapannya.

"Nah, 'kan, kalau rapi begini jadi tambah ganteng ...," puji Tasya.

Kedua ujung bibir Ardian terangkat ke atas mendengar ucapan pujian itu.

"Eh!" Tiba-tiba saja mata wanita itu melebar. Sepertinya ia baru sadar telah keceplosan bicara.

Ardian sontak melebarkan senyuman dengan penuh arti. "Baru sadar kalau suamimu ini ganteng?" sindirnya pada sang istri.

"Diiih ...! Ge-er! Nggak! Yang ganteng itu baju dan dasimu!" Tasya kembali duduk di sofa dengan wajah merona kemerahan.

Ardian semakin melebarkan senyumannya. "Assalamualaikuuum ...," ucapnya sambil mengerlingkan mata ke arah sang istri.

"Wa alaikumus sallam!" ketus Tasya sembari menekan remote menyalakan televisi. Wajahnya semakin merah padam.

Ardian tertawa kecil seraya melenggang pergi.

***

"Gue nggak nyangka lo malah nikah dengan si Ardian yang dulu sering lo ceritain."

"Hhhh ... ya gitu, deh." Tasya menghela napas panjang mendengar tanggapan Fika atas pernikahannya dengan lelaki yang selama ini ia benci.

"Mana sini lihat fotonya? Gue jadi penasaran dengan tampangnya sekarang. Dulu lo pernah nunjukin pas di parkiran pondok, tapi dari jauh dan itu udah lamaaa banget!" seru Fika antusias.

Selama ini Tasya hanya sering menceritakan ketidaksukaannya terhadap pria itu kepada sang sahabat. Fika tidak pernah berkenalan sama sekali, sebab dia tidak pernah berkunjung ke rumah Natasya yang berada di Desa Binar. Ia hanya mengunjungi rumah Monalisa, tantenya Tasya. Ia pernah melihat pria itu dulu ketika Tasya dijemput supir yang Ardian dan Nay sama-sama ikut di pondok mereka ketika masih bersekolah di tingkat Tsanawiyah.

Tasya lalu meraih ponsel, kemudian membuka galery dan menunjukkan foto sang suami kepada sahabatnya itu.

"Wuiih! Cakep ini, mah, Sya! Dari dulu memang cakep siih!" seru Fika sembari meraih hape Tasya, kemudian menggeser-geser layar benda segi empat tersebut melihat foto-foto pernikahan Natasya.

Tasya hanya memencongkan bibirnya mendengar pujian Afika terhadap Ardian.

.

.

.

.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Embusan Angin
smangatttt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Tajir sang Anak Sopir   Bab 119 (ENDING)

    "Apa maksud omongan kamu tadi, Ya?" tanya Ardian dengan melempar tatapan setajam peluru, "kalian berduaan seperti ini di dalam kamar. Dan Naura, kamu membuka dadamu di hadapan, Arya. Apa pantas?" Lelaki itu menoleh ke arah sang istri."Ba–Bang, akuu ... aku bisa jelasin semuanya." Naura tergagap di tempatnya."Bang, aku dan Naura mau jelasin sesuatu," sela Arya. Ia lalu mencoba mendekati sang kakak.Namun, Ardian segera menjauh, ia mencoba menenangkan diri dengan menjaga jarak. Lelaki itu mendaratkan bobotnya ke atas sofa single yang ada di kamar tersebut. "Oke, jelaskan!" tegasnya.Arya dan Naura saling mencuri pandang satu sama lain. Mereka sungguh merasa salah tingkah di hadapan Ardian saat ini.Karena kedua orang itu masih saja tidak memulai omongan, kembali Ardian menyeru, "Ayo! Katanya mau menjelaskan ke Abang? Ada apa dengan kalian? Kedustaan dan tipuan apa yang sudah dilakukan kepada Abang?" sindirnya. Ia tadi sempat mencerna apa yang Arya bicarakan.Arya dan Naura terlihat ge

  • Istri Tajir sang Anak Sopir   Bab 118

    "Bang, Abang udah di mana?" tanya Arya kepada Ardian."Abang udah nyampe di Banten ini, Ya. Ini lagi dalam perjalanan ke apartemen.""Oh, nggak jadi ke rumah sakit langsung?" "Abang mesti antar Tasya dan Syirisy dulu ke apartemen, Ya. Syirisy tiba-tiba demam, panas badannya. Gimana kabar Papa Lukman? Nanti abis antar mereka, Abang langsung ke rumah sakit!" "Bang ...." Arya menggantung omongannya."Iya?" "Papa Naura ... udah meninggal dunia," lanjut Arya.Deg!Kontan saja Ardian tertegun dan kaku. Lidahnya terasa kelu seketika karena mendengar berita mengejutkan itu."Kenapa, Yah?" tanya Natasya ketika melihat sang suami yang tiba-tiba terdiam begitu saja."Innalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun," ucap Ardian dengan lirih.Natasya langsung mengernyitkan dahinya. "Papanya Naura meninggal?" tanyanya memastikan.Ardian refleks menganggukkan kepalanya. Natasya beringsut mendekati sang suami. Ia pun meraih telapak tangan Ardian yang bebas dan menggenggamnya erat. Wanita itu sangat menger

  • Istri Tajir sang Anak Sopir   Bab 117

    Natasya lalu bangkit dari tempat tidur dan berdiri tegak menatap dengan sorot mata yang nanar ke arah sang suami. "Kamu dengar apa yang aku katakan, Ar!" serunya tegas. Kelopak mata Tasya terlihat sembab karena menangis semalaman, tetapi sudah tak ada air mata lagi dari sana saat ini.Wanita itu sudah tidak lagi memanggil Ardian dengan sebutan 'ayah' karena sakit hati yang mendera sejak tadi malam."Iya, Ayah dengar. Tapi, kenapa malah kamu yang minta cerai begini, Bun?" Ardian ikut berdiri, kemudian mendekati sang istri hendak meraih tangannya.Natasya menghindar. "Naura sudah mau mundur, karena dia tahu pernikahan poligami ini nggak bakal berhasil. Aku juga berpendapat sama! So, memang harus ada yang mengalah.""Mengalah apa, Bun? Kita di pernikahan poligami ini baru sebentar, 'kan? Belum juga ada setahun," kilah Ardian memprotes apa yang Natasya sampaikan."Ooh, jadi kamu menikmati pernikahan poligami ini, heh?" cibir Natasya, "laki-laki di mana-mana kayak begini ya! Senang ngoleks

  • Istri Tajir sang Anak Sopir   Bab 116

    Ardian berteriak memanggil. Ia langsung bangkit dan kelabakan mengejar Natasya.Arya yang melihat hal itu pun segera mengejar kakak lelakinya.Sampai di lift, Ardian tak sempat masuk ke dalam karena Natasya lekas menutup pintunya."Bang, sudahlah. Biar aja dulu Tasya pulang!" bujuk Arya kepada sang kakak."Natasya mesti paham maksud Abang!" seru Ardian sambil terus menekan tombol lift agar segera terbuka.Tak lama kemudian pintu ruang kecil itu pun terbuka. Lelaki itu segera masuk dan Arya pun turut ke dalamnya.Arya melihat ke arah sang kakak dengan perasaan yang tidak menentu. Ingin sekali ia mendesak agar Ardian segera menceraikan Naura supaya tidak ada lagi penghalang baginya untuk mendekati kekasih hatinya itu.Sesampai di lantai bawah, lift berdenting, lantas terbuka lebar.Dengan cepat Ardian berlari hendak menuju ke parkiran mobil. Arya berjalan mengekorinya.Akan tetapi, sekali lagi, Ardian terlambat. Natasya sudah membawa kendaraan roda empat itu keluar dari gerbang area par

  • Istri Tajir sang Anak Sopir   Bab 115

    "Maksud kamu apa, Dek? Kok, tiba-tiba minta cerai?" Ardian menautkan kedua alisnya dan memicingkan mata menatap heran ke arah sang istri muda.Natasya terkesiap. Ia melebarkan bola mata sebab begitu kaget dengan apa yang baru saja dipinta oleh Naura kepada sang suami. 'Beneran ini? Ada apa? Masak cuma gara-gara Ardian sakit dan telat nyamperin, dia langsung minta cerai??' tanyanya dalam hati.Sementara Arya yang sudah mengetahui rencana itu memilih diam dan menunduk. Ia menyerahkan semua keputusan kepada Naura. Ia bersyukur akhirnya bisa punya kesempatan untuk bersatu dengan sang kekasih hati. Apalagi setelah tahu Arga adalah darah dagingnya sendiri, ia merasa sangat bahagia."A–ku rasa nggak bisa lagi menjalankan pernikahan poligami ini, Bang. Aku nggak sanggup. Lebih baik aku mundur," imbuh Naura tanpa mau melihat wajah Ardian.Ardian menoleh ke arah sang mertua yang seakan membuang muka juga di pembaringannya. Lalu bergiliran ia menoleh ke arah Natasya dan juga Arya. Lelaki itu sea

  • Istri Tajir sang Anak Sopir   Bab 114

    "Ayo, Bun!" seru Ardian kepada Natasya yang ada di belakangnya.Natasya menghela napas lelah. Ia melajukan langkah menyusul sang suami yang sudah berada di lift hotel.Ya, Ardian terbangun pukul setengah 12 malam. Ia baru teringat kalau malam ini dirinya mesti bersama Naura. Ia khawatir kalau Naura kecewa kalau ia tidak datang. Karena jatah Naura berada di kota itu tinggal dua malam saja. Malam ini, dan malam besok. Tentu saja lelaki itu merasa bersalah jika sampai tidak menunaikan kewajibannya. Padahal sudah jauh-jauh Naura berangkat ke kota Pontianak.Sementara Natasya, tadinya ia telah menjelaskan kepada sang suami kalau ia sudah menelepon Naura. Akan tetapi, Ardian yang masih sakit itu tetap berkeras mau mendatangi istri mudanya karena rasa tanggungjawab. Tadinya Natasya marah karena Ardian keras kepala. Namun, akhirnya ia kasihan melihat sang suami yang lemas karena sudah sakit, mesti ditambah pula berdebat dengannya. Akhirnya Natasya mengizinkan sang suami pergi dengan syarat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status