Share

AK 6

“Kau bisa tetap menjadi istri ku, tapi ada syaratnya.”

“Sebutkan.” Tantang Lea.

Lius menyeringai untuk kesekian kalinya.

“Gugurkan bayi ini.”

Lea terdiam, ia terpaku mendengar apa yang baru saja di ucapkan oleh suaminya. Bagaimana bisa Lius meminta dirinya untuk membunuh darah dagingnya sendiri?

“Mudah bukan?” menjauhkan wajahnya dari telinga Lea.

Lea hanya diam, matanya menatap tak percaya sosok laki-laki di depannya kini.  Lius menyunggingkan senyumnya, senyum merehkan istri yang berada di hadapannya.

“Bahkan binatang buas sekalipun, mereka tak akan pernah melukai anak-anaknya. Lalu bagaimana bisa seorang ayah meminta anaknya untuk dimusnahkan?”

“Kau menyamakan aku dengan binatang?” menunjuk dirinya sendiri.

“Tidak, sama sekali tidak. Karena binatang jauh lebih baik daripada kau, Adelius Dharmendra yang terhormat."”tegasnya.

Tak terima dengan penghinaan itu, Lius mengangkat tangannya hendak melayangkan tamparan untuk keseian kalinya. Beruntung pak Erik datang dan segera membawa Lius keluar dari ruang rawat Lea.

“Lepas, lepaskan aku!” berontaknya.

Pak Erik tak perduli, ia terus menarik Lius menjauh dari Lea saat ini. Bagaimanapun dirinya baru tahu jika ada calon penerus keluarga Dharmendra, dan ia harus melindunginya.

“Kau memihaknya pak Erik? Lepaskan!”

“Saya mohon tenangkan diri anda, Tuan.”

Lius mendorong tubuh pak Erik hingga menjauh darinya, menarik nafas dalam-dalam ia mencoba menenangkan dirinya.

Huft..

Huft..

Huft..

“Sebaiknya urungkan niat anda, bagaimanapun juga nona Azalea tengah mengandung anak anda.”

Tak terima dengan pernyataan itu, Lius mencengkeram kerah baju pengacaranya.

“Aku tidak sudi harus hidup dengan wanita yang suka menjajakan tubuhnya pada banyak pria.”

“Apa anda punya bukti untuk pernyataan barusan, Tuan? Kalau tidak, ini bisa jadi pencamaran nama baik seseorang.”

“Tidak perlu bukti lagi. Selama pernikahan aku sama sekali tak pernah menyentuhnya, lalu bagaimana bisa dia sekarang hamil anakku?”

“Apa kau pikir sperma ku punya sayap yang bisa terbang masuk kedalam sel telur milik perempuan murahan itu?” lanjutnya.

Pak Erik terdiam, ia memikirkan kembali apa yang baru saja di dengarnya. Kalau memang benar semua seperti yang Lius ceritakan, maka keluarga Dharmendara sedang dalam bahaya.

“Segera urus percaraian kami, tapi ingat jangan sampai papa sama mama tahu.” Ancam Lius.

__________________________

Lea terus memikirkan ucapan suaminya itu, membunuh anaknya demi hidup bersama suaminya. Bukankah itu sesuatu yang sangat egois?

“Bagaimana aku bisa keluar dari ini semua?”

“Aku harus bisa melindungi anakku ini, bagaimana pun juga bayi ini tak bersalah.”

Lea menatap pintu ruangan yang masih tertutup rapat. Terbesit niat untuk dirinya pergi jauh saat itu juga.

Namun baru saja ia menurunkan satu kakinya, perutnya kembali terasa begitu kram hingga ia mengurungkan kembali niatnya.

Dalam diamnya, Lea terus  berdoa untuk keselamatan kandungan juga dirinya. Ia merasa masih harus bertahan demi calon buah hatinya agar memiliki keluarga yang utuh dan bahagia.

Pintu perlahan terbuka, muncullah sosok paruh baya dari sana.

“Pak Erik?”

Yang di sapa pak Erika hanya membungkukkan badannya ke arah Azalea, menghindari kontak mata dengan istri dari tuan mudanya.

“Maafkan saya, Nona.” Masih dengan membungkukkan badannya.

“Untuk apa, Pak? Anda sama sekali tak menyinggung saya.” Ucap Lea.

Pak Erik benar-benar menyesal tak bisa menjaga Azalea seperti yang seseorang pinta padanya. Permintaan ynag sangat sulit untuk di tolaknya.

“Ijinkan saya bertanya, Nona.” Cicitnya begitu takut. Ia melirik sekilah Lea yang tengah menatapnya juga.

“Apa, apa anak dalam kandunga itu benar-benar keturunan keluarga Dharmendra?” tunjuknya pada Lea.

“Hahaha, lucu sekali kalian semua ini. Kalian terus bertanya bukan siapa bapak kandungnya, sedang kalian sendiri bisa menyimpullkan jelas tentang itu.” Panjang lebarnya.

“Anda bisa membawakan kami bukti untuk kandungan itu, jika memang tuan Adelius bersalah saya sendiri yang akan menyeretnya kepada anda.”

“Keluar,” lirihnya.

“Nona,” panggil pak Erik.

“Keluar saya bilang, tinggalkan kamar ini!” teriaknya.

_____________

Adelio yang mendengar kabar tentang gugatan cerai adiknya merasa begitu senang, rasanya ingin sekali ia terbang kembali ke negaranya malam ini juga.

Seseorang ikut tersenyum saat menatap manisnya senyum Adelio yang tak pernah di tunjukkan pada khalayak umum.

“Lo yang ambil ini keputusan, jangan menyesal untuk semua yang akan terjadi nantinya.” Gumam Lio.

“ Gue sendiri yang akan bikin loe nangis darah karena sudah melepaskan wanita sebaik Azalea.” Gumamnya menyeringai.

Adelio meletakkan kembali gelas wine miliknya, menatap kosong pada langit-langit kamar yang menjadi saksi bisu rasa bahagiannya.

Ia terus tersenyum , menghiasi wajah tampannya itu dengan senyuman yang tak pernah luntur.

“Menurutmu apa aku harus kembali sekarang?”

“No, tidak untuk sekarang. Tunggu sampai si bodoh itu benar-benar menjadi bodoh.”

Adelio nampak berfikir keras, dahinya berkerut seakan ada beban besar yang tengah di pikulnya.

“Apa maksudnya?”

“Tunggu dia membunuh bayi itu!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status