Share

Istri Tangguh Sang CEO
Istri Tangguh Sang CEO
Author: Relisyaaa

01

"Dasar menantu nggak tau diri! Udah siang gini baru bangun. Mau kamu kasih makan apa suamimu?!"

Sarah Angelina atau biasa dipanggil Sarah, ia begitu tak bisa menjaga perkataannya, ketika melihat sang menantu yang baru saja masuk ke dalam ruang makan.

"Maaf ma, aku kecapean karena acara semalam." Jawab seorang wanita cantik dengan tubuh tidak terlalu tinggi, berkulit putih, rambut panjang berwarna hitam, dan memiliki mata coklat yang indah, dengan menundukkan kepalanya.

Dialah Sena Felicia, atau biasa dipanggil Sena. Istri dari Bima Alister yang berstatus sebagai seorang CEO di perusahaan Alister Group.

"Ck! Alasan saja, bilang aja kalo kamu orang yang malas!" ketus Sarah.

"Bener tuh ma! Kasihan banget kak Bima, dapat istri pemalas kek dia." Sahut seorang gadis cantik, berkulit putih dan berambut pendek yang bernama Viona Alister. Dialah adik dari Bima.

Sena menghela napasnya dalam, "Aku beneran capek ma, Vi,"

"Nggak usah banyak alasan kamu! Kamu itu harus sadar diri, dan sadar posisi. Emang kamu menantu di rumah ini, tapi kamu lebih pantas menjadi pembantu!" Sarah menekankan kata-kata terakhirnya.

Sebenarnya Sena merasa sakit hati, namun ia tetap tersenyum, "Iya ma, aku tau kok kalo aku emang orang yang nggak-,"

"Ada apa pagi-pagi gini udah ribut?" potong seorang pria tampan dengan tubuh tinggi, badannya yang kekar, kulit kuning langsat, rambut bergayakan potongan undercut, alis yang tebal, dan tatapan tajam dari mata coklatnya.

"Ehh... Nggak ada apa-apa kok Bim. Ayo kita makan, keburu makanannya dingin," tiba-tiba saja sikap Sarah berubah begitu manis ketika melihat sang putra datang.

"Duduk!" titah Bima kepada sang istri yang masih berdiri di depan pintu masuk.

"Iya."

Bima berjalan mendahului sang istri menuju ke tempat biasanya ia duduk. Lalu Sena yang masih sedikit takut berada di sana langsung mengikutinya dari belakang.

Setelah duduk, Sena segera mengambilkan makanan untuk sang suami. Mula-mula dirinya menyendok nasi goreng yang sudah tersaji, lalu mengambilkan beberapa lauk pauk yang ada di atas meja makan.

Sena terlebih dahulu menyuruh Sarah dan Viona untuk mengambil makanannya. Walaupun keduanya tidak bersikap baik kepada dirinya, akan tetap Sena tetap menghormatinya. Ketika mereka berdua sudah selesai, barulah ia mengambil sarapannya.

Mereka berempat pun makan dengan tenang, dan hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring.

.

Setelah selesai sarapan bersama, Bima segera mengantarkan Sena ke butik, dan setelah itu barulah ia akan pergi ke kantornya.

"Eh, aku mau cari Bibi dulu ya?" tanya Sena ketika mereka berdua sudah berada di luar rumah.

"Cepat, atau lo gue tinggal!"

"Iya, tunggu sebentar."

Sena berlari kembali ke dalam rumah mewah tersebut. Ia harus segera menemui bi Lisa yang berada di dapur, sebelum Bima meninggalkannya.

"Bi, nanti tolong mandiin Lucy ya?" pinta Sena to the point setelah bertemu dengan Bi Lisa di dalam dapur.

Ketika mendengar suara Sena, Bi Lisa yang sedang mencuci alat masak pun terlebih dahulu menghentikan aktivitasnya, lalu menghadap ke arah Sena sembari menundukkan kepalanya sebagai rasa hormat, "Baik non, setelah semua pekerjaan saya selesai, nanti saya akan langsung mandiin Lucy,"

"Tapi kalo bibi nggak sibuk itu. Kalo bibi sibuk nggak usah juga nggak papa,"

"Hari ini saya nggak terlalu sibuk kok non, non Sena tenang aja,"

"Yaudah, kalau gitu terima kasih bi," jawab Sena dengan tersenyum manis.

"Iya non sama-sama."

Setelah selesai dengan urusannya, Sena segera menemui sang suami yang sudah menunggunya di depan rumah.

Lucy sendiri adalah seekor kucing jenis persia, berbulu putih bersih milik Sena. Dia sudah merawat kucing tersebut sejak masih kecil, hingga saat ini sudah tumbuh besar.

Lucy bukan cuma hewan peliharaan Sena saja, melainkan teman Sena saat dirinya merasakan kesepian ketika berada di rumah seorang diri.

"Sudah?" tanya Bima ketika melihat sang istri yang baru saja keluar dari dalam rumah.

"Sudah kok," jawab Sena yang berjalan menghampiri Bima.

"Yaudah, sekarang ayo kita berangkat!" ujar Bima seraya masuk ke dalam mobilnya, meninggalkan Sena begitu saja.

"Iya." Sena menghembuskan napasnya kasar sebelum membuka pintu mobil.

Tintt...

Bima yang tidak mau kesiangan sampai di kantornya pun membunyikan klakson mobilnya, agar Sena cepat masuk ke dalam.

Sena yang menyadarinya pun bergegas masuk, sebelum Bima marah dan malah meninggalkannya begitu saja. Ingin berangkat sendiri pun mobilnya masih berada di rumahnya sendiri, dan belum sempat ia bawa ke sana.

.

Untuk Sarah dan Viona sendiri hanya berdiam diri di rumah, karena mereka berdua memang tidak memiliki pekerjaan. Bima yang sayang dengan keduanya memang sengaja menyuruhnya untuk tidak bekerja, karena ia sendiri saja sudah mampu mencukupi kebutuhan keluarganya.

Seperti sekarang ini, mereka berdua sedang duduk santai di ruang keluarga sembari menikmati acara televisi yang sedang ditayangkan, ditemani beberapa camilan dan minuman yang berada di atas meja.

"Ma, gimana sih caranya buat tuh si miskin pergi dari rumah ini?! Aku nggak betah lama-lama serumah sama dia!" celetuk Viona sembari terus menatap televisi, dengan pandangan angkuhnya dan tangan yang ia lipat di depan dada.

"Kamu tenang dulu, ini mama juga lagi pikirin caranya. Kamu juga bantu pikirin dong, jangan cuma ngomong aja! Kamu kira gampang apa bikin rencana buat usir tuh anak miskin!" jawab Sarah sembari menatap sang anak dengan kesal.

"Kok mama malah marah sama aku sih?!"

"Habisnya kamu nggak mau bantu mikir!"

"Emang mama sendiri nggak bisa apa cari ide? Biasanya kan mama selalu ada ide tuh, seperti waktu itu yang mau gagalin pernikahan mereka,"

Sarah yang mendengar penuturan sang anak pun memutar bola matanya malah, "Kamu tau sendiri kan kalo semua ide mama gagal? Sekarang bantu mama pikirin caranya, supaya rencana ini nggak sia-sia,"

"Yaudah deh iya! Aku bantu mikir." Jawab Viona akhirnya.

Sarah dan Viona pun terdiam sejenak dengan tangan kanan untuk menopang dagu, sembari menatap lurus ke depan.

Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya Viona membuka suara terlebih dahulu.

"Eh ma, gimana kalo kita suruh kak Andra tinggal di sini aja?" usul Viona sembari menatap sang mama dengan menaik turunkan alisnya.

Sarah yang tidak mengerti maksud Viona pun mengernyitkan alisnya, "Untuk apa kamu suruh dia ke sini?"

"Ish! Mama ini gimana sih, nanti kan kita bisa suruh dia buat dekati Sena. Nanti kita harus bisa buat mereka bersatu, lalu kak Bima cerai dengan Sena, dan si miskin itu pergi deh dari rumah ini," Viona membeberkan apa yang terlintas di kepalanya dengan menyeringai.

Sarah yang mendengarnya langsung tersenyum smirk, "Ide kamu bagus juga."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status