Katya lebih dulu pergi ke meja makan setelah membantu Arthur siap-siap, sekarang Arthur tengah berada di ruang kerjanya untuk mengerjakan sesuatu yang ia lupakan."Honeymoon...." Katya tampak tengah mempertimbangkan ajakan Arthur untuk pergi bulan madu. "Mungkin itu kesempatan yang bagus untuk menghabiskan waktu berdua bersama Mas Arthur."Katya mengangguk-anggukkan kepala. Ia akan segera memberi jawaban terkait bulan madunya bersama Arthur.Katya sedikit tersentak saat sebuah kecupan ia dapatkan dari suaminya yang tiba-tiba muncul."Mas...."Arthur memberikan senyuman yang membuat Katya terhipnotis. Apa ini? Mungkinkah usaha Katya sudah mulai memberikan pertanda baik?Pandangan Katya tidak lepas memperhatikan suaminya yang kini sudah duduk bergabung di meja makan. Dengan bibir melengkung ke atas, Arthur memberikan tatapan tergiur akan soto Betawi yang tersaji sebagai menu sarapan pagi ini."Kamu yang membuat ini?"Katya menggelengkan kepala. "Tidak. Bibi Sum yang membuatnya, aku hany
Satu persatu pelayat mulai meninggalkan tempat pemakaman umum, menyisakan sepasang kakak beradik yang masih meratapi kuburan basah pahlawan mereka.Katya Mahesa masih belum percaya kalau kuburan dihadapannya ini adalah kuburan sang ayah, Arkan. Ia merasa kalau yang terjadi saat ini hanya sebuah mimpi buruk dan ketika ia terbangun nanti, semua akan baik-baik saja. "Ayo kita pulang, Ya. Biarkan Papa istirahat dengan tenang." Katya bisa merasakan usapan di bahunya dengan nyata, membuktikan kalau yang terjadi saat ini bukanlah mimpi, melainkan kenyataan yang begitu menyakitkan. Belum ada setahun ia kehilangan sang ibu, sekarang Katya harus dihadapi dengan kehilangan sosok laki-laki yang menjadi cinta pertamanya. "Ayo...." Juana Mahesa membantu sang adik berdiri. Bukan hanya Katya yang hancur, tapi Juan juga sama hancurnya karena kepergian sang ayah."Aku rindu Papa, Kak." Juan menarik bahu sang adik ke dalam pelukannya. Kehilangan sosok yang paling disayangi, memang tidak mudah untuk
Suara derum mesin motor terdengar saling bersahutan. Keadaan jalan malam itu ramai didatangi anak-anak muda yang sengaja datang untuk menonton kompetisi adu kecepatan."Kamu yakin akan mengikuti balapan ini?" Juan mengangguk yakin. "Hmm, lagi pula aku tidak punya pilihan. Sekarang aku harus pintar-pintar mencari uang." "Aku yakin kamu bisa. Good luck, Bro!" Diam-diam Juan pergi dari rumah untuk mengikuti balap liar yang berhadiahkan uang sebesar sepuluh juta rupiah. Dulu, bagi Juan, sepuluh juta tidak ada arti apa-apa. Tapi sekarang uang sebesar itu sangat berarti demi kelanjutan hidupnya. Laki-laki dengan gaya rambut under cut itu mulai menaiki motor sport berwarna merah yang dia pijam dari temannya - Aksa. Kemudian melajukan kendaraan beroda dua itu ke garis start. Tidak lama menunggu, sang lawan main datang dengan motor sport berwarna hitam. Terdengar suara pekikan tertahan dari para gadis yang datang menyaksikan, saat sang pengendara melepas helm full face yang semula menutup
Suara tangisan bayi terdengar memenuhi ruangan bernuansa abu-abu. Katya bergegas membawa bayi berjenis kelamin laki-laki itu ke dalam gendongannya."Hey, Sayang. Jangan menangis, Tampan. Tante Aya ada di sini."Tidak sampai lima menit, Katya berhasil membuat keponakannya kembali terlelap. Lalu dengan hati-hati Katya menyimpan baby Shaka ke tempat tidur.Jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Sudah satu jam Juan dan istrinya - Listy, pergi menghadiri acara pernikahan teman Juan yaitu Aksa."Shaka, Tante tinggal ke dapur sebentar ya. Kamu yang lelap tidurnya." Katya mengecup pelan pipi lembut bayi berusia enam bulan tersebut, sebelum akhirnya dia melangkah keluar dari dalam kamar.Katya berjalan pelan menuruni anak tangga. Pandangannya mengedar ke sekeliling. Senyum manis terukir dari wajah cantiknya. Dua tahun telah berlalu. Kehidupan Katya dan Juan kembali membaik seperti dulu.Juan berhasil membawa Katya dari tangan Arthur di malam yang sama setelah balapan mereka berakhi
Yang pertama Katya lihat begitu membuka mata adalah ruangan bernuansa putih. Katya langsung sadar kalau ini bukanlah kamarnya. Ingatan Katya berputar pada kejadian sebelum akhirnya dia bisa berada di sini. Arthur Maverick. Dimana laki-laki itu sekarang? Dan tunggu, Katya baru menyadari kalau ini bukan kamar hotel. Lalu dimana dia sekarang? "Aku harus segera pergi. Aku tidak boleh tertahan di sini." Katya bergegas turun dari atas tempat tidur. Bersyukur karena tubuhnya masih lengkap dengan dress terakhir yang Katya pakai. Tangan Katya sudah terangkat hendak menyentuh gagang pintu. Namun lebih dulu seseorang membuka pintu dari luar. Jantung Katya berdetak kencang saat melihat sosok laki-laki bertubuh tinggi muncul dari balik pintu. "K-Kak Arthur." "Sudah bangun, Sayang?" Katya memundurkan langkah saat Arthur berjalan maju ke arahnya. Dia sangat ketakutan. Arthur terlihat menyeramkan dengan senyum miring di bibirnya. Punggung Katya terbentur dinding. Dia semakin terpojokkan saat
"Menikah?!"Katya tersentak kaget saat Juan membanting majalah ke atas meja. Seperti apa yang Arthur katakan sebelumnya, sekarang Katya sudah berada di Bali dan tentunya dalam pengawasan Arthur.Katya menunduk dalam sambil memberikan anggukan."Dengan si bajingan itu?!"Sekali lagi Katya menjawabnya dengan anggukan. Dia tidak berani menatap bola mata Juan. Sudah lama Katya tidak melihat Juan marah. Dan sekarang yang menjadi alasan kemarahan Juan adalah dirinya.Juna menarik napas dalam lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Tidak habis pikir dengan permintaan Katya kali ini. Setelah gadis itu tiba-tiba pergi tanpa pamit, sekarang dia meminta restu agar dinikahkan dengan Arthur."Sebenarnya apa yang terjadi? Katakan yang sejujurnya, Aya.""Aku hanya perlu restu dari Kak Juan. Aku mau menikah dengan Kak Arthur." Katya menjawab dengan suara pelan, namun masih dapat di dengar oleh Juan."Kenapa? Tiba-tiba seperti ini tanpa ada sesuatu itu tidak mungkin."Juan menatap lekat wajah sang adik y
Pukul tiga dini hari mereka sudah sampai di Jakarta. Arthur membawa Katya pergi ke apartemen miliknya. Meski Katya juga pernah memiliki apartemen, tapi apartemennya dulu tidak ada apa-apanya dengan apartemen milik Arthur. Sangat mewah dan luas.Begitu masuk ke dalam kamar, Katya melihat ada meja rias lengkap dengan make up yang beragam. Apa semua ini telah disiapkan oleh Arthur untuk dirinya? Atau Arthur sudah biasa mengajak nginap perempuan di sini dan memfasilitasinya?"Semua itu baru. Saya tidak pernah membawa masuk perempuan ke apartemen." Arthur bicara seolah tahu apa yang ada dipikiran Katya.Arthur melepas jaketnya lalu melemparnya ke arah sofa. Katya segera menutup mata menggunakan telapak tangan, saat Arthur melepas celana jeans-nya. Dalam hati, Katya merutuki Arthur yang seenaknya melepas celana di depannya."Santai saja. Sekarang atau nanti kamu juga akan melihatnya." Arthur tersenyum miring. Hanya terbalut kan kaos oblong dan celana boxer di atas lutut, Arthur berjalan lal
Katya menatap diri pada pantulan cermin. Tidak ada kebahagiaan yang terpancar di kedua matanya. Bahkan indahnya gaun yang membalut tubuhnya, sama sekali tidak mengubah suasana hati Katya yang sedih. Hari ini Arthur akan mengucap ijab kabul atas nama dirinya dihadapan Tuhan dan semua orang yang datang menyaksikan.Air mata menetes begitu saja. Katya merasa sangat berdosa pada Juan. Dia akan menikah tanpa restu dan kehadiran dari sang kakak. Katya hanya bisa mengucap maaf dalam hati. Berharap suatu saat nanti Juan masih mau melihat wajahnya.Pintu ruangan terbuka. Seorang gadis cantik melangkah menghampiri Katya dengan senyum terukir indah. Buru-buru Katya mengusap air matanya saat melihat kedatangan Airi melalui pantulan cermin.Airi berdecak kagum melihat Katya yang semakin terlihat cantik dengan polesan make up. "Sumpah! Lo cantik banget, Ya. Udah kayak princess tahu gak."Katya mengulas senyum tipis. Setelah dua kali pertemuan dengan Airi, baru Katya ingat kalau adik perempuan Arthu