Share

Hari Pertama

Katya melangkah keluar dari dalam kamar mandi dengan mata sembab. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, sementara Arthur belum kembali ke apartemen. Entah apapun yang sedang dilakukan oleh suaminya, Katya benar-benar tidak peduli. Katya masih sangat marah sekaligus kecewa karena perlakuan Arthur padanya.

"Belum sehari menjadi istri saja sudah diperlakukan seperti ini. Lalu bagaimana dengan enam bulan ke depan?" Katya menghela napas panjang. Tidak bisa membayangkan penderitaan apa yang akan dia rasakan atas perlakuan Arthur selama enam bulan ke depan.

Mata yang baru saja terpejam kini kembali terbuka. Menatap langit-langit kamar sambil memikirkan Juan. Apa laki-laki itu sudah tahu tentang pernikahannya dengan Arthur?

"Aku rindu Kak Juan. Apa Kak Juan di sana juga merindukan aku?"

Jelas terlihat dari kedua mata Katya kalau dia sangat sedih. Tentu saja, siapa yang tidak akan sedih kalau berada di posisi Katya?

Pintu kamar terbuka secara tiba-tiba, membuat Katya tersentak kaget lalu buru-buru mengusap air matanya. Arthur seperti setan yang datang mengejutkan tiba-tiba.

"Kenapa pulang buru-buru, Sayang?" Arthur terlihat sempoyongan karena terlalu banyak meneguk minuman alkohol. Segera Katya beranjak untuk membantu Arthur agar tidak jatuh.

Arthur tersenyum menggoda sambil menatap Katya dari dekat. "Kamu pasti sudah tidak sabar melewati malam pertama kita kan, Sayang?"

Katya menyingkirkan tangan Arthur yang hendak mendekap pipinya. "Lebih baik Kak Arthur mandi sekarang."

"Kamu mau mandi sama saya, hm?" Arthur semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Katya. Aroma alkohol begitu menyengat indera penciuman Katya dan itu sangat tidak nyaman.

"Kak...."

Arthur berdecak kesal karena Katya menjauhkan wajahnya saat dia hendak mencium bibir Katya. "Kenapa kamu menghindar, hm?" tanyanya, tersinggung.

"Kak Arthur mabuk. Sekarang lebih baik Kakak mandi biar segar."

"Saya tidak mabuk, Sayang. Ayolah, kita harus melakukan malam pertama." Arthur tersenyum nakal dengan mata menatap sendu. Lalu dia menarik tengkuk Katya dan membuat jarak mereka semakin tertangkis. Namun tiba-tiba....

"Huek! Huek!"

Arthur memuntahkan semua isi perutnya hingga mengenai pakaian tidur Katya. Lalu dengan tanpa dosanya dia jatuh pingsan.

Katya mengeluh kesal. Aroma muntahan Arthur benar-benar menusuk indera penciuman. Ingin memaki, tapi yang melakukannya suami sendiri. Menyebalkan.

***

Mentari pagi bersinar indah. Katya dengan celemek yang terpasang sedang membuat sarapan di dapur. Sementara Arthur masih terlelap di kamar. Katya tidak menguasai berbagai menu masakan, tapi dia juga tidak terlalu buta tentang dapur.

Dua piring nasi goreng dengan telur mata sapi di atasnya sudah tersaji di meja makan. Sekarang Katya bergegas ke kamar untuk membangunkan Arthur dan mengajaknya sarapan bersama.

"Kak, bangun, Kak."

Suara Katya tidak mampu mengusik tidur Arthur sedikit pun, sehingga perempuan itu memberikan tepukan pelan di lengannya.

"Kak Arthur....."

Tepukan pelan itu berhasil mengusik tidur Arthur. Laki-laki itu berdecak kesal tanpa membuka matanya yang terasa berat.

"Ayo sarapan, Kak. Aku sudah membuat nasi goreng."

Arthur mengambil bantal lalu menutup kedua telinganya agar tidak mendengar suara Katya yang mengganggu.

Katya menghela napas. Bagaimana pun juga sekarang ia sudah menjadi seorang istri dan jelas tertulis di surat perjanjian pernikahan mereka, kalau Arthur mau hubungan rumah tangga mereka berjalan seperti pada umumnya. Katya menjalankan tugas sebagai seorang istri dan Arthur juga akan memberinya nafkah.

"Apa aku bawa sarapannya ke kamar saja, Kak?"

Arthur berdecak kesal. Meski telinganya sudah ditutup oleh bantal, tetap saja suara Katya masih dapat terdengar.

"Ya sudah, aku pergi ambil sarapannya dulu ya, Kak."

Arthur benar-benar tidak peduli. Sementara Katya beranjak ke dapur lalu mengambil sepiring nasi goreng serta segelas air putih.

"Kak, ini sarapannya. Aku simpan di me-, aaaa!"

Arthur tiba-tiba saja bangun lalu menepis kasar piring serta gelas di tangan Katya. Suara pecahan dua benda tersebut terdengar memenuhi kamar.

"BERISIK BANGET SIH! TIDAK TAHU ORANG SEDANG TIDUR ENAK YA?!"

Tubuh Katya menggigil ketakutan. Marahnya Arthur membuat Katya tak kuasa menahan air mata. Dia sangat sensitif dengan bentakan.

"M-Maaf, Kak. Aku cuma mau menjalankan,-"

"SHUT UP!"

Katya terpejam rapat. Arthur begitu mudah melayangkan umpatan pada dirinya. Padahal niat Katya baik ingin menjalankan tugas sebagai seorang istri.

Suara dering handphone yang terdengar membuat pandangan Arthur teralihkan. Lalu dia mengambil benda pipih canggih tersebut dari atas nakas, kemudian menjawab panggilan yang masuk.

"Apa?"

"...."

"Hmm."

Arthur menutup sambungan telepon, lalu dia turun dari atas tempat tidur. Berjalan melewati Katya yang menangis dengan kepala tertunduk. Arthur tidak peduli, dia masih sangat marah karena tidurnya di ganggu.

"Tidak usah menangis. Seperti anak kecil saja. Cepat bereskan pecahan beling itu!" Itu ucapan Arthur sebelum akhirnya dia masuk ke dalam kamar mandi.

Katya mengusap air mata di pipi. Nasi goreng serta pecahan beling dan kaca berserakan di lantai. Tidak ingin membuat Arthur kembali memarahinya, Katya berjongkok dan mulai mengumpulkan pecahan-pecahan beling itu dengan hati-hati agar tidak melukai tangannya.

Setelah selesai, Katya menyiapkan pakaian Arthur lalu menyimpannya di atas tempat tidur. Kemudian ia melangkah keluar dan menunggu suaminya di meja makan.

Arthur tersenyum remeh begitu keluar dari kamar mandi dan melihat pakaian miliknya ada di atas tempat tidur. Tentu saja Arthur tahu siapa yang sudah menyiapkannya.

"Jadi dia benar-benar menjalankan perannya sebagai istri?" Arthur berdecih. Lalu apa dia memakai pakaian yang sudah Katya siapkan untuknya? Jawabannya adalah tidak. Arthur memilih untuk mengambil pakaiannya yang lain di lemari. Setelah itu, barulah Arthur berjalan keluar dan melihat Katya yang sedang duduk di meja makan dengan sepiring nasi goreng yang masih utuh di depannya.

Merasakan kedatangan seseorang, Katya mengalihkan pandangan dari luar jendela dan menatap Arthur yang duduk bergabung bersamanya. Katya menautkan alisnya karena Arthur tidak mengenakan pakaian yang telah ia siapkan.

"Kenapa?"

"Apa?"

"Kenapa tidak dimakan?"

Katya menatap nasi gorengnya sekilas dan kembali menatap Arthur. "Ini sarapan punya Kakak," ucapnya lalu mendorong pelan piring tersebut.

"Saya tidak mau makan nasi goreng."

"Terus maunya makan apa?"

Arthur beranjak dari posisi duduknya dan berdiri di belakang tubuh Katya. Kemudian ia mendekatkan wajahnya dengan telinga Katya yang membuat perempuan itu bergidik ngeri. "Saya mau makan kamu sekarang."

***

Restoran tampak ramai didatangi oleh para pengunjung. Banyak wisatawan asing yang mampir dan menikmati berbagai menu yang tersedia di Mahesa Resto.

Bara duduk di dekat jendela dengan segelas kopi yang tersaji di meja. Sudah sekitar dua puluh menit ia menunggu Juan datang ke restoran. Pernikahan Katya yang tidak dihadiri oleh keluarganya, membuat Bara penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya. Memang tidak ada hubungan keluarga antara Bara dan Juan, akan tetapi rasa tertariknya pada Katya membuat Bara ingin tahu lebih jelas. Karena selama dekat dengan Katya, yang Bara tahu perempuan itu tidak sedang menjalin hubungan dengan laki-laki.

Juan keluar dari dalam mobil yang baru saja dia parkir kan. Melihat kedatangan orang yang ditunggu-tunggu, Bara segera beranjak keluar dan menghampiri Juan.

"Kak Juan!"

Langkah Juan terhenti saat Bara memanggilnya. "Bara? Ada apa, Bar?"

"Kenapa Kak Juan tidak ada di pernikahan Aya kemarin?" Bara langsung bicara to the point. Sementara Juan yang diajukan pertanyaan seperti itu, seketika diam membisu.

Juan menghela napas. "Bara maaf, saya harus ke dalam sekarang. Banyak pengunjung yang datang," jawabnya yang justru mengalihkan pembicaraan. Kemudian Juan melangkah pergi begitu saja.

Bara menarik sebelas sudut bibirnya. "Benar kan dugaan saya. Pasti ada yang tidak beres. Karena sesibuk apapun Kak Juan, dia tidak mungkin tidak hadir di pernikahan adiknya sendiri."

Sementara di dalam ruangan bernuansa putih, Juan duduk dengan perasaan tak karuan. Mungkin Juan sedang gelisah memikirkan Katya. Tapi dia terlalu sulit untuk mengakui kalau dirinya benar-benar mengkhawatirkan sang adik.

Juan mengusap wajahnya dengan kasar. Kemudian mengeluarkan ponsel yang berbunyi dari dalam saku. Ada pesan masuk dari nomor tak dikenal.

+628128392****

Thanks, Bro. Aya memang selezat itu

*Picture

Tangan Juan meremas kuat ponselnya. Bisa-bisanya Arthur membawa Katya ke dalam klub malam dan memberikannya pada para bajingan di sana.

"ARGH! FUCK!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status