Share

Permintaan Mama Mertua

Katya keluar dari dalam kamar mandi dengan rambut yang masih basah. Alisnya menaut saat melihat Arthur tertawa-tawa sambil menatap layar ponsel. Tidak berniat bertanya, Katya duduk di meja rias lalu bergegas mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer.

"Dasar bodoh! Berani bermain-main dengan saya. Kamu pikir saya anak TK yang bolot?"

Melalui pantulan cermin, Katya dapat melihat Arthur yang sedang mengetikkan sesuatu di sana. Entah apa yang tertampil di layar handphone suaminya, sampai membuat laki-laki itu kesenangan.

Juan: Fuck you man! Maksud kamu apa membawa pergi Aya ke tempat terkutuk itu?!

Arthur: Santai, Kakak Ipar. Adik kamu menikmatinya kok. Tidak perlu khawatir.

Juan: BAJINGAN SIALAN! KITA KETEMU MALAM INI JAM 10 DI MARKAS BLACK TIGER!

Arthur: Dengan senang hati Kakak ipar, ha! Ha! Ha!

Arthur tersenyum puas karena berhasil memancing emosi Juan. "Kamu pikir semudah itu memutus hubungan? Dasar bego," batinnya seraya menyimpan handphone ke atas nakas.

"Haus! Ambilkan saya minum!" Arthur berseru dengan punggung bersandar di kepala ranjang.

Katya segera menyimpan hairdryer nya lalu menoleh menatap Arthur. "Kak Arthur mau aku buatkan minuman apa?"

"Americano cofee." Arthur mengangkat kedua sudut bibirnya. "Saya mau minuman itu yang ada di Riel Cafe."

Katya terdiam sejenak. Bukankah tadi Arthur mengatakan kalau dirinya haus? Sementara Riel Cafe tempatnya cukup jauh dari sini.

"Saya memang mempunyai banyak pengawal yang bisa saya perintahkan ini dan itu. Tapi kamu tidak lupa kan, kalau menuruti perintah suami itu adalah kewajiban istri?"

"Iya, Kak. Sebentar, aku ganti baju dulu." Segera Katya pergi ke walk in closet untuk berpakaian karena sebelumnya ia hanya mengenakan bathrobe.

Arthur membaringkan tubuhnya dengan menjadikan tangan sebagai bantalan. Dulu, Juan sangat tega menghajarnya habis-habisan atas kesalahan yang tidak Arthur perbuat. Maka sekarang, jangan salahkan Arthur karena memperlakukan Katya sesuka hatinya.

***

Katya keluar dari dalam kafe dengan membawa pesanan yang Arthur minta. Terhitung sudah satu jam Katya meninggalkan Arthur yang kehausan dan menginginkan Americano Cofee dari Riel Cafe. Katya berpikir, apakah benar Arthur sangat menginginkan minuman kopi dari Riel Cafe atau mungkin ini hanya akal-akalan dia saja untuk mengerjai Katya?

Matahari bersinar sangat cerah hari ini. Jalanan sudah mulai padat dipenuhi kendaraan. Katya melangkahkan kaki ke tepi jalan untuk mendapat taksi. Meski Arthur memiliki banyak anak buah, tapi dia tidak memerintahkan satu orang pun untuk mengantar Katya pergi.

"JAMBRET!"

Teriakan mengejutkan dari arah samping kanan berhasil mengalihkan perhatian Katya. Belum sempat Katya melihat yang sebenarnya terjadi, laki-laki yang diduga pelaku penjambretan tersebut menyenggol cukup kuat bahu Katya hingga membuat perempuan itu terjatuh.

"Ah!"

Katya meringis kesakitan. Kulit tangannya yang mulus kini terkena luka gores. Sementara jambret tersebut berlari menghindari kejaran beberapa orang di belakangnya.

Rasa perih luka di tangan seketika hilang saat Katya melihat minuman kopi pesanan Arthur berada di dekatnya dengan wadah yang sudah pecah.

"Ya ampun, Aya! Ceroboh banget sih. Kenapa bisa jatuh minumannya? Kak Arthur bisa marah banget kalau aku pulang semakin lama." Katya berdecak menyalahkan diri sendiri.

Katya hentak bangun agar segera masuk ke kafe dan memesan kembali Americano Cofee. Namun, sebuah tangan tiba-tiba terulur di hadapannya. Sebelum menerima uluran tangan tersebut, Katya mendongak untuk melihat siapa orang yang berada di hadapannya ini.

"Tante Sabrina?"

Sabrina mengulas senyum. "Ayo bangun."

Katya mengangguk lalu menerima uluran tangan ibu mertuanya. "Terima kasih, Tante."

"Mama."

"Ha?"

"Jangan panggil Tante lagi. Kamu sudah menikah dengan putra Mama dan itu berarti sekarang kamu juga putri Mama," ucap Sabrina dengan senyum hangatnya yang terpancar.

Katya tersenyum kaku sambil mengangguk. "Iya, Ma."

Sabrina melihat sekilas ke arah minuman yang tumpah di dekat Katya. Kemudian matanya menangkap luka yang tergores di kulit tangan menantu perempuannya ini.

"Tangan kamu luka. Kita ke rumah sakit sekarang."

Katya buru-buru menggeleng. "Tidak perlu, Ma. Tak apa, ini hanya luka kecil. Nanti aku obati kalau sudah sampai di apartemen."

Sabrina menatap Katya cukup lama. Dan itu membuat Katya salah tingkah. "Sekarang masuk mobil. Mama juga mau ke apartemen kalian."

"Mama duluan saja. Aku mau ke dalam lagi."

"Arthur?"

"Hmm?"

Sabrina mengusap bahu Katya. "Nanti biar orang Mama yang belikan Americano Cofee untuk suami kamu. Sekarang ayo masuk ke mobil."

Merasa tidak ada pilihan lain, akhirnya Katya masuk ke dalam mobil dan pergi ke apartemen bersama ibu mertuanya.

***

"Ssshhh...."

Katya meringis saat luka di tangannya sedang di obati oleh Sabrina. Sekarang mereka sudah berada di apartemen dengan Arthur yang duduk sambil bermain handphone.

"Sudah."

"Terima kasih, Ma."

Sabrina membalasnya dengan senyuman.

Katya mengambil kotak P3K lalu membawanya untuk di simpan ke tempat semula. Meninggalkan Arthur berdua bersama mamanya.

"Ekhm!"

Suara dehaman itu membuat perhatian Arthur seketika teralihkan. Laki-laki tersebut langsung melempar senyum lebar saat beradu tatap dengan mamanya.

"Maksud kamu apa? Membiarkan istri kamu pergi seorang diri ke Riel Cafe? Lihat kan jadinya. Dia terluka karena ulah kamu."

Arthur sudah akan membuka mulut untuk menjawab ucapan Sabrina. Akan tetapi, lebih dulu Katya datang lalu menyahut.

"Bukan salah Kak Arthur kok, Ma. Ini memang keinginan aku sendiri. Aku mau berbakti sama suami."

Arthur merangkul pundak Katya yang sudah duduk di sampingnya. "Tuh, Ma. Dengar sendirikan apa yang dikatakan sama menantunya? Aku sudah melarangnya tadi. Tapi Aya bersikeras mau pergi sendiri. Jadi ya sudah, daripada kita ribut-ribut kan?"

Sabrina berdecak. "Kalian ini kan pengantin baru. Kalian bisa pergi bersama ke sana. Gak harus membiarkan Aya pergi sendiri dan tanpa ditemani bodyguard. Dulu waktu Papa sama Mama masih pengantin baru, keluar kamar aja harus bersama-sama."

Arthur terkekeh pelan. "Iya, Ma. Aku pastikan kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi," ucapnya lalu mengecup pipi Katya. "Iya kan, Sayang?"

Katya mencoba tersenyum. "Iya, Kak."

"Terus kapan kalian pergi honeymoon?"

Pertanyaan dari Sabrina membuat Katya menoleh menatap suaminya. Mereka belum membicarakan tentang jawaban yang akan diberikan saat mendapat pertanyaan seperti ini.

"Sementara ini aku sama Aya belum ada rencana buat pergi honeymoon. Mengingat Aya yang baru pindah kampus ke Jakarta, jadi dia harus segera mengenal lingkungan kampusnya dan supaya tidak tertinggal jauh pelajaran," jawab Arthur yang langsung dibalas anggukan oleh Katya.

"Iya, Ma. Benar kata Kak Arthur. Aku takut makin keteteran nanti."

Sabrina menghela napas. "Ya sudah kalau memang itu menjadi keputusan kalian untuk menunda honeymoon. Tapi Mama tidak mau munafik, kalau Mama ingin segera mendapat cucu dari kalian."

Katya tersenyum miris dalam hati. Tentu saja permintaan ibu mertuanya yang menginginkan cucu dari mereka tidak akan bisa terkabul. Kontrak pernikahan mereka saja hanya sampai enam bulan. Katya tidak juga tidak sudi kalau harus mengandung darah daging Arthur. Laki-laki kejam dan egois yang telah membuat hidupnya hancur seperti ini.

"Cucu?" Arthur bertanya ulang sambil menampilkan senyum remeh.

"Hmm, Mama juga mau seperti teman-teman arisan Mama yang bisa membicarakan dan membanggakan cucu-cucu mereka. Lagi pula, usia kamu juga kan sudah tiga puluh tahun. Sudah pantas menjadi seorang Ayah."

Arthur menanggapinya dengan mengangguk-anggukkan kepala. Tentu saja dia tidak ambil pusing dengan permintaan dari mamanya.

"Aya," panggil Sabrina.

"Iya, Ma?"

"Kamu tidak masalah bukan kalau harus mengandung di usia muda dan masih kuliah? Banyak kok, mahasiswi yang mengandung bahkan sudah punya anak."

Katya melirik sekilas pada Arthur yang tampak biasa saja. Mungkin bagi Arthur memberikan harapan palsu pada orang tua sendiri, tidak akan membuatnya merasa bersalah. Tapi Katya rasanya tidak akan tega kalau harus melakukan itu. Namun, bagaimana pun juga pernikahannya dengan Arthur bukanlah pernikahan sungguhan. Ini hanya sebatas permainan yang diciptakan oleh laki-laki itu.

"Aku sedikasihnya saja, Ma. Kalau memang harus mengandung di usia muda, itu tidak akan menjadi masalah."

Jawaban Katya berhasil menerbitkan senyum di bibir Sabrina. Wanita yang sudah tak lagi muda itu terlihat sangat senang mendengarnya.

"Syukurlah. Semoga kalian cepat dipercaya sama yang di atas untuk menjadi orang tua."

"Aamiin!" Arthur berseru menjawab sambil melihat Katya dengan senyum menyebalkan di mata perempuan itu.

Setelah mengantar ibu mertuanya keluar, Katya hendak masuk ke dalam kamar. Akan tetapi, tangannya ditarik tiba-tiba dari belakang hingga membuat tubuh Katya berbalik. Arthur langsung menyerang bibir Katya dengan bibirnya. Menarik pinggang perempuan itu hingga membuat tubuh mereka semakin tak berjarak. Ciuman yang Arthur berikan sangat menggebu dan itu membuat Katya kewalahan. Bahkan tanpa ragu, Arthur menggigit cukup kuat bibir Katya sampai mengeluarkan darah, sebelum akhirnya dia melepaskan ciumannya.

Katya terpejam sejenak karena Arthur menekan kedua pipinya dengan satu tangan.

"Senang kan kamu sekarang, ha? Puas sudah membuat saya terlihat buruk di mata Mama sebagai seorang suami, hm?"

Arthur sangat kesal dan marah karena Katya telah membuat Sabrina menyalahkannya atas luka yang didapat oleh Katya.

"K-Kak lepas...."

"Dengar ya, kamu ini hanya menantu sementara. Tidak usah manja, sok baik, dan mengakrabkan diri sama Mama. Apalagi sampai membuat Mama saya sayang sama kamu," ucap Arthur dengan tegas lalu melepas kasar tangannya di pipi Katya.

"Sshhhh...."

Arthur mendengus kasar sambil menyisir rambut ke belakang. "Sekarang buatkan saya makan siang. Lapar!"

"Iya, Kak."

Katya bergegas pergi ke dapur. Sementara Arthur memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas sofa sambil bermain handphone.

Bahan masakan yang tersedia di kulkas tinggal sedikit. Katya harus segera pergi belanja nanti. Sementara untuk menu makan siang, Katya akan membuat ayam goreng crispy, capcay bakso, dan cumi saos tiram. Karena seingat Katya, saat hubungan pertemanan Arthur dan Juan masih terjalin baik, Arthur pernah memakan ketiga menu tersebut saat makan di rumahnya bersama Juan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status