Share

Air Mata Katya

Suasana resepsi di malam hari terlihat ramai oleh tamu undangan yang terus berdatangan. Banyak ucapan serta doa yang Arthur dan Katya terima. Permainan sandiwara mereka benar-benar berhasil menipu semua orang yang hadir. Pasangan pengantin baru itu terlihat sangat bahagia seperti dua orang yang saling mencintai.

Jantung Katya seolah berhenti sejenak saat melihat kedatangan Bara dan kedua orang tuanya.

"Selamat atas pernikahan Pak Arthur dan Nak Katya. Semoga sakinah, mawadah, warahmah. Langgeng terus sampai maut memisahkan," ucap Beni sambil bersalaman dengan Arthur dan Katya.

"Terima kasih atas doa dan kehadirannya, Pak Beni dan keluarga." Arthur membalas sambil tersenyum ramah.

Karina memeluk Katya.

"Jodoh memang tidak ada yang tahu ya. Tante sempat berharap kalau kamu dan Bara bisa bersama. Tapi ternyata kamu jodohnya Pak Arthur." Karina terkekeh. "Semoga pernikahan kalian bahagia selalu dan cepat diberi momongan."

Katya masih setia menampilkan senyum palsunya. "Terima kasih sudah menyempatkan untuk datang ke sini, Tante."

"Sama-sama, Nak."

Sekarang tibalah saatnya Katya berhadapan dengan Bara. Laki-laki yang sudah membuat Katya nyaman dan mungkin sebentar lagi jatuh cinta.

"Bar...."

Bara tetap tersenyum meski hatinya tercabik-cabik. Dekat dengan Katya selama beberapa bulan ini, membuatnya jatuh hati pada sosok perempuan yang selalu terlihat ceria itu. Bara sudah ada rencana untuk mengajak Katya serius. Tapi sayang, dia kalah cepat oleh Arthur. Dan sekarang yang tersisa hanya penyesalan.

"Saya selalu bertanya-tanya, apa yang membuat kamu mendadak pindah kampus dan menghilang tanpa kabar." Bara menjeda ucapannya. "Dan sekarang saya sudah dapet jawaban dari pertanyaan itu walaupun masih janggal."

"Hmm?"

"Kenapa kamu merahasiakan pernikahan kamu? Bahkan dari Seli, sahabat kamu sendiri." Bara tidak akan tahu kabar pernikahan Katya kalau bukan dari ayahnya. Karena ingin membuktikan langsung, jadi Beni ikut datang ke sini dan ternyata benar, bahwa perempuan yang dinikahi Arthur adalah Katya yang dia cintai.

Katya tidak bisa mengundang Seli datang ke sini. Dia terlalu malu. Lagi pula pernikahan ini bukan pernikahan yang Katya inginkan. Jadi momen ini bukanlah suatu hal yang harus dirayakan. Apalagi bersama sahabat. Ini adalah momen pahit yang sangat Katya benci.

"Bahkan sejak tadi saya tidak melihat keberadaan Kak Juan, Mbak Listy, dan Shaka. Mereka ada di sini kan, Ya? Saya mau bertemu dengan mereka."

Katya memainkan jari-jari tangannya. Tidak tahu harus menjawab apa. Katya sangat malu kalau sampai Bara tahu kejadian yang sebenarnya. Dia menikah tanpa restu dan kehadiran dari keluarganya. Bara akan dengan mudah menilai kalau Katya tidak sebaik apa yang dia pikirkan. Dia seorang perempuan yang pembangkang dan keras kepala.

Jangan kalian pikir Arthur tidak mendengar obrolan antara Katya dan Bara. Tentu saja dia mendengarnya dengan jelas. Arthur juga tahu kalau Bara ada rasa pada Katya.

"Kenapa kamu diam saja?"

Katya tersentak saat Arthur melingkari pinggangnya. Membuat pandangan Bara juga teralihkan pada sosok yang telah menjadi suami Katya.

"Maaf mengganggu pembicaraan kalian. Tapi masih banyak tamu undangan yang mau mengucapkan selamat dan memberikan doa pada kami," ucap Arthur yang tentunya sambil menampilkan senyum.

Bara mengangguk. Dia menatap Katya lebih dulu sebelum akhirnya turun dari pelaminan.

"Kekasih kamu, hm?"

Katya menggelengkan kepala. "Bukan."

"Tapi sepertinya dia tertarik untuk menjadi kekasih kamu," ucap Arthur lalu mengecup singkat pipi Katya, sebelum kembali bersalaman dengan tamu undangannya.

Katya mengedarkan pandangan mencoba mencari keberadaan Bara. Akan tetapi dia tidak berhasil menemukannya. Ah, Katya yakin kalau Bara akan memberitahu Seli mengenai pernikahannya. Katya tidak bisa membayangkan betapa kecewanya Seli setelah tahu semuanya.

***

Resepsi berakhir di jam sepuluh malam. Saat ini Arthur dan Katya sedang berada di jalan. Katya pikir mereka akan ke apartemen karena jarak dari gedung pernikahan ke apartemen tidak jauh, jadi sepertinya tidak mungkin kalau Arthur membawanya ke hotel.

Katya menautkan alis saat mobil melaju melewati gedung apartemen. Kemana mereka akan pergi?

"Kita mau kemana, Kak?"

Arthur menarik tengkuk Katya lalu mencuri ciuman dan memberinya lumatan sebentar. "Kita have fun dulu sebentar."

Have fun? Apa Katya tidak salah dengar? Setelah serangkaian acara yang mereka lalui seharian ini, apa Arthur tidak capek? Katya saja sudah pegal-pegal ingin segera istirahat.

Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya Katya tahu kemana Arthur membawanya pergi.

"Klub malam?"

Arthur mengulas senyum smirk.

"Aku tidak mau masuk, Kak."

"Kenapa? Saya tahu kamu tidak asing sama tempat ini. Tidak usah sok jaim. Ayo turun."

Katya menggigit bibirnya sambil menggeleng menolak. Karena dia tahu klub malam seperti apa, makanya dia tidak mau masuk. Apalagi sekarang bersama Arthur. Laki-laki yang terlihat menyeramkan di mata Katya.

"Jadi tidak mau turun?"

Katya menjawabnya dengan anggukan.

"Okay. Itu pilihan kamu." Arthur mengecup pipi Katya. "Nanti saya tinggal minta beberapa pelacur cowok untuk menemani kamu di sini," ucapnya kemudian turun dari mobil.

Buru-buru Katya menyusul langkah lebar Arthur. Dia tahu kalau Arthur tidak akan ragu untuk membuktikan ucapannya.

Mengetahui kalau Katya mengejarnya, Arthur hanya bisa tersenyum sombong. Begitu mudah mengancam perempuan itu. Membuatnya semakin percaya diri kalau rencananya akan berjalan sesuai yang dia inginkan.

Arthur langsung dihampiri beberapa jalang yang bergelayut manja menggodanya. Laki-laki itu tidak menolak, tentu saja. Dia membiarkan tubuhnya disentuh bahkan dicium oleh para jalang tersebut. Sementara Katya jijik melihatnya.

"Kak, aku tunggu di sana ya."

Arthur langsung menarik tangan Katya dan membawanya bergabung bersama orang-orang yang berjoget. Sungguh, Katya tidak nyaman berada di sini. Tubuhnya terdorong ke sana-kemari karena senggolan dari orang-orang di dekatnya yang asik berjoget. Sementara Arthur tidak mempedulikannya dan malah asyik berjoget dengan gelas berisi minuman di tangannya. Bahkan dia peduli dengan jalang yang berusaha menggodanya.

Katya muak. Arthur membawanya masuk ke dalam klub dan menariknya ke tengah-tengah kerumunan, lalu dia mengabaikannya begitu saja.

Seorang laki-laki memeluk Katya dari belakang lalu mencuri ciuman di pipinya.

"Brengsek!" Katya berusaha melepas pelukan laki-laki ini. "Lepas!"

"Kamu cantik sekali, Sayang."

Katya mulai panik karena pelukan laki-laki ini selain erat. Berteriak meminta tolong pun akan percuma di tempat ini.

"Lepas! Jangan ganggu saya!"

"Kenapa, Cantik? Santai saja. Menari dan nikmati musiknya."

Katya sudah sangat berharap kalau Arthur akan menolongnya saat laki-laki itu melihat ke arahnya. Namun, bukannya bergegas menolong, justru dia mengeluarkan ponsel lalu memotret Katya. Mengharapkan pertolongan pada orang seperti Arthur memang sebuah kesia-siaan.

Air mata kecewa dan sakit hati menetes begitu saja. Ikut atau tidak ikutnya Katya masuk ke dalam klub, dia tetap direndahkan.

Arthur mengangkat dagunya seolah memberi sinyal pada bodyguard-nya yang bertugas. Lalu Katya dibantu lepas dari lelaki brengsek itu dan memberi jalan pada Katya untuk pergi. Katya segera berlari sekencang mungkin keluar dari dalam klub. Hatinya sangat sakit seperti ditusuk ribuan duri."

"Kenapa kamu tega melakukan ini sama aku, Kak? Kesalahan apa yang aku perbuat, sampai kamu tega perlakukan aku serendah ini?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status