Share

Keputusan Katya

"Menikah?!"

Katya tersentak kaget saat Juan membanting majalah ke atas meja. Seperti apa yang Arthur katakan sebelumnya, sekarang Katya sudah berada di Bali dan tentunya dalam pengawasan Arthur.

Katya menunduk dalam sambil memberikan anggukan.

"Dengan si bajingan itu?!"

Sekali lagi Katya menjawabnya dengan anggukan. Dia tidak berani menatap bola mata Juan. Sudah lama Katya tidak melihat Juan marah. Dan sekarang yang menjadi alasan kemarahan Juan adalah dirinya.

Juna menarik napas dalam lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Tidak habis pikir dengan permintaan Katya kali ini. Setelah gadis itu tiba-tiba pergi tanpa pamit, sekarang dia meminta restu agar dinikahkan dengan Arthur.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Katakan yang sejujurnya, Aya."

"Aku hanya perlu restu dari Kak Juan. Aku mau menikah dengan Kak Arthur." Katya menjawab dengan suara pelan, namun masih dapat di dengar oleh Juan.

"Kenapa? Tiba-tiba seperti ini tanpa ada sesuatu itu tidak mungkin."

Juan menatap lekat wajah sang adik yang masih tertunduk. Juan sangat yakin, kalau ada sesuatu yang Katya sembunyikan darinya.

"Kamu habis bertemu dengan dia?" tebak Juan. "Benar, Aya? Dia mengancam kamu agar mau menikah dengan dia, begitu?"

Katya diam tidak menjawab pertanyaan dari Juan. Sejujurnya Katya ingin sekali mengadu pada laki-laki itu, akan tetapi ia terlalu takut dengan ancaman dari Arthur. Katya tidak mau keluarganya kembali jatuh. Dan jika flashback ke masa lalu, memang Arthur berhak atas dirinya. Juan menerima tantangan tersebut dalam kondisi sadar dan menjadikan Katya sebagai bahan taruhan.

"Aya, kenapa kamu diam? Katakan yang sejujurnya sekarang. Kamu pasti-,"

"Karena aku mencintai Kak Arthur!" Katya menjawab dengan suara lantang.

Juan terkejut bukan main.

Keadaan menjadi hening dalam beberapa detik. Ini terlalu mengejutkan untuk didengar. Juan tidak percaya kalau Katya mencintai Arthur. Bagaimana bisa?

Katya mengangkat kepala dan langsung beradu pandang dengan Juan. "Aku mencintai Kak Arthur. Karena itu aku ingin menikah dengannya."

Juan menggeleng tidak percaya. "Tidak. Kamu pasti bercanda kan? Kamu tidak mungkin mencintai dia, Aya."

"Kak, please.... Restui pernikahan aku sama Kak Arthur."

Juan membuang wajah ke arah lain. Tidak sudi dia menyerahkan adik satu-satunya pada Arthur.

"Aku juga mau seperti Kak Juan dan Mbak Listy. Menikah dengan orang yang kita cintai dan mempunyai keluarga kecil. Aku mau seperti itu, Kak...."

Listy datang menghampiri setelah menidurkan Shaka. Perempuan anggun itu duduk bersebelahan dengan suaminya. Ia mendengar semua pembicaraan antara suami dan adik iparnya tadi.

"Mas, biarlah Aya yang menentukan jalan hidupnya sendiri. Menikah di usia muda juga banyak dilakukan orang-orang. Dan itu tidak akan menggangu kuliah, Aya."

"Tidak, Sayang. Ini bukan masalah menikah di usia muda atau tentang pendidikan. Tapi tentang masa depan Aya, kebahagiaan Aya. Karena aku tidak percaya kalau si bajingan Arthur akan membuat hidup Aya bahagia."

Listy menatap sang adik ipar dengan tatapan sendu. Ia tidak tahu masalah apa yang terjadi antara Juan dan Arthur di masa lalu, tapi melihat Katya sedih membuatnya lebih berpihak pada gadis itu.

"Mas, aku tahu kamu sangat menyayangi Aya. Tapi dia sudah besar. Dia tahu mana yang terbaik untuk hidupnya. Dan menikah dengan orang yang kita cintai, tentu mimpi semua orang di dunia ini bukan?"

Juan sudah akan membuka mulut untuk membalas ucapan sang istri, namun lebih dulu suara Katya terdengar.

"Ini sudah jadi keputusan aku. Jadi aku minta sama Kakak, untuk menghargai keputusan aku."

Katya bangun dari posisi duduknya. "Aku akan tetap menikah dengan Kak Arthur. Tidak peduli meski Kak Juan tidak memberi kami restu."

"AYA!"

Bentakan itu membuat air mata Katya jatuh menetes. Pertama kali dalam hidup Katya dibentak oleh sang kakak. Sakit sekali rasanya.

"Apa? Selama ini aku selalu menuruti perintah Kak Juan. Jadi tolong, kali ini biarkan aku memilih jalan hidup aku sendiri."

Juan mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Sementara itu, Listy mengusap-usap lengan suaminya dengan harapan bisa sedikit meredakan emosi Juan.

"Katya!" sentak Juan saat Katya hendak melangkahkan kakinya. "Berani kamu melangkah keluar dari rumah ini. Itu berarti kamu telah memutus hubungan sama Kakak."

"Mas!" protes Listy karena menganggap suaminya sudah sangat keterlaluan mengatakan itu.

Katya memejamkan mata sembari menarik napas dalam-dalam. Sangat diluar dugaan, Katya berani melangkah pergi keluar dari dalam rumah.

"Maafkan aku, Kak. Maaf...."

***

Sudah setengah jam lebih Katya menangis di halte bus. Tidak pernah terbayangkan kalau hubungannya dengan Juan akan seperti ini. Laki-laki itu sangat marah dan kecewa pada keputusan yang Katya ambil.

"Aku tidak tahu lagi harus apa, Kak. Aku melakukan ini karena aku sayang sama Kak Juan, Mbak Listy, dan Baby Shaka. Aku tidak mau kalian menderita karena aku mengingkari janji ku sama Kak Arthur."

Sebuah mobil Alphard hitam berhenti di hadapan Katya. Gadis itu segera mengusap air mata di pipinya saat melihat seorang laki-laki bertubuh besar keluar lebih dulu dari mobil, kemudian membukakan pintu belakang kendaraan beroda empat tersebut.

"K-Kak Arthur."

Arthur tersenyum remeh melihat penampilan Katya. Dia tahu kalau gadis dihadapannya ini baru saja menangis.

"Tengah malam begini kamu ngapain masih diluar?" Pertanyaan ini hanya sebagai bentuk basa-basi. Tentu Arthur sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Katya dan Juan dari anak buahnya. Dan perpecahan hubungan mereka, merupakan sebuah kebahagiaan bagi Arthur.

"Kenapa diem, ha?" Arthur mencapit dagu Katya menggunakan kedua jari tangannya. Memaksa Katya agar mau menatapnya. "Sudah meminta restu belum sama Kakak kamu yang pecundang itu?"

Katya terpejam menahan marah. Gara-gara Arthur membuatnya dan Juan berantem hebat untuk pertama kalinya.

"Kalau saya tanya itu jawab. Jangan hanya diem seperti orang dungu!" Arthur melepas kasar tangannya dari dagu Katya.

"Ah!"

Arthur memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Jalan terlihat sepi karena waktu sudah tengah malam.

"Sekarang masuk. Kita berangkat ke Jakarta malam ini juga."

Katya tersentak kaget. Rasanya ia belum siap meninggalkan Juan dalam keadaan mereka yang tidak baik-baik saja. Terbayang bagaimana marahnya Juan saat beradu dengannya tadi sore. Ya ampun! Katya ingin memeluk sang kakak dengan erat sambil mengatakan 'maaf' dengan lantang. Katya sangat merasa bersalah karena tidak menuruti perintahnya.

"Kamu menangis darah pun dia tidak akan peduli. Dia sudah memutus hubungan dengan kamu."

Kata-kata yang keluar dari mulut Arthur sangat menusuk hati Katya. Tidak. Katya tidak mau putus hubungan dengan saudara satu-satunya itu.

"Masuk sekarang atau harus saya seret?"

Tidak ada pilihan lain. Katya mulai mengayunkan langkah meski berat rasanya. Lalu ia masuk ke dalam mobil yang sudah dibukakan pintunya oleh pengawal Arthur.

Sementara di tempat yang berbeda dengan semilir angin pantai yang berhembus, Juan berdiri di balkon kamar sambil menatap hamparan luas lautan. Pertengkarannya dengan Katya masih sangat membekas di ingatan. Gadis kecil yang selalu menuruti perintahnya, kini sudah berani membangkang.

Listy datang dari arah belakang. Lalu disimpannya dagu di atas pundak Juan. "Kamu pasti sedang memikirkan Aya kan, Mas?"

Juan memutar tubuh menjadi berhadapan dengan sang istri. "Dia sudah berubah. Dia bukan Aya yang aku kenal. Dia berani melawan perintah aku."

Listy sangat mengerti dengan perasaan suaminya saat ini. Dari kedua mata Juan, terlihat kekecewaan yang mendalam. Bagaimana pun juga, mereka adalah sepasang kakak-beradik yang saling menyayangi.

"Dia hanya ingin mendapatkan apa yang dia mau, Mas. Dia mau hidup bersama laki-laki yang dia cintai."

"Aku tahu bagaimana Arthur. Dia bukan laki-laki yang tepat untuk menjadi pendamping Aya." Juan memalingkan wajah ke arah lain. "Aku juga tidak percaya kalau Aya mencintai si bajingan itu."

"Kenapa kamu bicara seperti itu, Mas?"

Juan tidak langsung menjawab. Mengingat perlawanan Katya padanya, membuat emosi Juan meledak-ledak. Gadis kecil itu telah mengecewakannya.

"Aku mau tidur."

Listy berjalan mengejar suaminya yang masuk ke dalam kamar. "Mas, ada apa?"

"Sudahlah. Jangan dipikirkan. Dia berani melangkah pergi dari rumah, itu berarti sudah tidak ada hubungan apapun lagi antara aku dengan dia. Jadi biarkan dia menentukan jalan hidupnya sendiri."

Listy menghela napas panjang. Juan benar-benar marah pada Katya. Dan Listy sangat menyayangkan rusaknya hubungan persaudaraan mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status