Share

Let's Get Married

Yang pertama Katya lihat begitu membuka mata adalah ruangan bernuansa putih. Katya langsung sadar kalau ini bukanlah kamarnya. Ingatan Katya berputar pada kejadian sebelum akhirnya dia bisa berada di sini.

Arthur Maverick. Dimana laki-laki itu sekarang? Dan tunggu, Katya baru menyadari kalau ini bukan kamar hotel. Lalu dimana dia sekarang?

"Aku harus segera pergi. Aku tidak boleh tertahan di sini."

Katya bergegas turun dari atas tempat tidur. Bersyukur karena tubuhnya masih lengkap dengan dress terakhir yang Katya pakai.

Tangan Katya sudah terangkat hendak menyentuh gagang pintu. Namun lebih dulu seseorang membuka pintu dari luar. Jantung Katya berdetak kencang saat melihat sosok laki-laki bertubuh tinggi muncul dari balik pintu.

"K-Kak Arthur."

"Sudah bangun, Sayang?"

Katya memundurkan langkah saat Arthur berjalan maju ke arahnya. Dia sangat ketakutan. Arthur terlihat menyeramkan dengan senyum miring di bibirnya.

Punggung Katya terbentur dinding. Dia semakin terpojokkan saat Arthur mengurungnya dengan tangan dikedua sisi.

"M-Menyingkirlah. Aku mau pulang."

"Pulang kemana? Ini rumah kamu, Cantik."

Kemudian Arthur mengusap pipi Katya menggunakan jari telunjuk tangannya.

"K-Kak, tolong...."

"Tolong apa, hm?"

Katya refleks memalingkan wajah saat Arthur hendak mencium bibirnya. Penolakan dari Katya membuat Arthur semakin tertantang.

"Kamu ada di Jakarta sekarang."

Katya tersentak kaget. Bagaimana bisa? Berapa lama Katya pingsan sampai sekarang sudah ada di Jakarta? Dan bagaimana dengan Juan? Pasti laki-laki itu sangat mengkhawatirkan Katya karena tidak pulang dan tidak ada kabar.

"Terkejut?"

Menyebalkan! Arthur benar-benar menyebalkan. Kalau Katya mempunyai kekuatan super, mungkin dia sudah menendang Arthur dari puncak Monas sekarang juga.

"Kak Arthur kenapa melakukan ini sama aku?"

Arthur tersenyum miring. "Harusnya saya yang tanya sama kamu. Kenapa kamu ingkar janji malam itu? Bukankah kamu yang mengatakan kalau kamu tidak akan pergi? Tapi ternyata, kamu mau bermain-main dengan saya."

Katya sudah akan membuka mulut untuk membalas ucapan Arthur, akan tetapi laki-laki itu lebih dulu mengeluarkan sebuah cincin berlian dari saku jasnya. Katya terkejut saat Arthur menarik tangan kanannya lalu menyematkan cincin tersebut di jari manisnya.

"Ini maksudnya apa?"

Ibu jari tangan Arthur membelai bibir bawah Katya. Sejak semalam bibir ini sangat menggoda dirinya.

"Kak...."

"Kita akan menikah Minggu depan."

"A-Apa? Tidak bisa seperti ini. Kak Arthur jangan-,"

"Jangan apa?" Arthur memotong ucapan Katya. "Saya tidak terima penolakan. Minggu depan kita akan menikah."

"Aku tidak mau."

"Saya bilang saya tidak terima penolakan."

"Tap-, Ah!"

Katya memekik kesakitan saat Arthur menarik rambutnya, sampai membuat kepala Katya terangkat.

"Sejak dua tahun yang lalu, kamu sudah menjadi milik saya, Katya. Kamu mainan saya. Jadi kamu tidak mempunyai hak untuk menentang perintah saya."

Mendengar kata 'mainan' yang terucap dari bibir Arthur, membuat hati Katya tergores.

Arthur melepaskan tangannya dari rambut Katya. "Sebelum pernikahan tiba, saya akan memberi kamu waktu bersama Juan di Bali. Tapi ingat, kamu tidak boleh melakukan kesalahan yang sama seperti dulu, atau....."

Katya menatap Arthur penuh tanya. Menunggu ucapan laki-laki itu yang sudah pasti berupa ancaman.

"Mahesa Resto akan bangkrut dan keluarga kamu akan merasakan jatuh untuk yang kedua kalinya."

Kedua tangan Katya sudah terkepal kuat. Selama ini tidak ada yang berani mengancam Katya. Sekarang Arthur semena-mena pada dirinya.

"Dan bukan hanya itu. Juan dan istri serta anaknya, akan ada dalam pengawasan saya. Jadi kalau kamu macam-macam, mereka bisa celaka kapan saja."

Katya terpejam saat Arthur menekan kedua pipinya menggunakan satu tangan.

"Kamu tahu saya siapa. Saya bisa melakukan apapun yang saya inginkan. Menjatuhkan Mahesa Resto bagaikan membalikkan telapak tangan. Itu sangat mudah."

Kemudian Arthur membelai lembut puncak kepala Katya. "Sekarang kamu pergi mandi, setelah itu bersiaplah. Saya akan membawa kamu bertemu dengan keluarga saya."

Itu menjadi ucapan terakhir sebelum Arthur keluar meninggalkan Katya di dalam kamar.

Gadis berusia dua puluh tahun itu menghempaskan tubuh ke atas sofa. Hidupnya benar-benar berubah semenjak ditinggal pergi oleh sang ayah. Dan sekarang Katya seolah sudah menjadi mainan Arthur. Ini semua gara-gara taruhan sialan dua tahun yang lalu.

Katya mengangkat tangan kanannya. Menatap cincin berlian yang tersemat di jari manisnya. Bagaimana bisa Katya harus menikah dengan laki-laki yang tidak dia cintai? Dan kenapa Arthur harus mengikatnya dengan status pernikahan? Bagaimana dengan Juan nanti? Sudah pasti laki-laki itu tidak akan menyetujuinya. Namun Katya tahu kalau ancaman yang keluar dari mulut Arthur tidak akan main-main. Dan Katya tidak ingin Mahesa Resto jatuh bangkrut, apalagi membuat keluarganya celaka. Katya tidak mau menyulitkan mereka dan membuat mereka sengsara. Katya tidak ingin membuat senyum Juan pudar. Laki-laki itu sangat bersemangat saat membangun Mahesa Resto hingga sukses sampai sekarang.

Argh, bagaimana ini?

***

Katya menatap diri pada pantulan cermin. Tubuhnya sudah terbalut dress berwarna hitam di atas lutut. Sekarang dua orang suruhan Arthur sedang mendandani Katya.

"Selera Tuan Arthur memang tidak main-main ya. Nona Katya sangat cantik. Pasti Tuan Arthur akan semakin klepek-klepek saat nanti melihat penampilan Nona Katya."

Katya berdecih dalam hati. Mana mungkin Arthur jatuh hati padanya. Dia hanya mainan Arthur dan selamanya akan menjadi mainan laki-laki itu.

Ternyata dua tahun tidak cukup membuat Arthur melupakan kejadian malam itu. Padahal Katya sudah sangat berharap kalau Arthur akan melepaskannya begitu saja, walau mereka kembali bertemu.

"Nah, sudah selesai nih, Non."

Katya bangun dari posisi duduknya. Gadis yang memang sudah terlahir cantik itu, semakin terlihat cantik dengan polesan make up natural dan dress hitam yang membalut tubuh seksinya.

"Mari, Nona, saya antar ke luar. Tuan Arthur sudah menunggu di sana."

Katya mengangguk pasrah. Berjalan bersama orang suruhan Arthur yang membawanya keluar dari dalam gedung apartemen ini.

Katya muak saat melihat wajah Arthur yang sedang tersenyum menyambutnya di depan mobil. Ada enam orang bodyguard yang berdiri di samping mobil dengan berpakaian rapi. Katya tahu, Arthur memang bukan berasal dari keluarga sembarangan. Dia bahkan sudah menjadi seorang milyarder.

Arthur menarik pinggang Katya hingga membuat tubuh mereka menempel. Katya mencoba melepaskan diri, tapi tentu tenaganya tak cukup kuat melawan Arthur.

"Kamu bukan hanya cantik, tapi juga sangat seksi." Arthur berbisik lalu pandangannya jatuh menatap dada Katya yang tercetak jelas dibalik dress.

"Brengsek."

Arthur tidak marah mendengar umpatan yang keluar dari mulut Katya. Justru dia semakin tersenyum kesenangan.

Kemudian Katya masuk lebih dulu ke dalam mobil Alphard hitam, lalu disusul oleh Arthur. Di bangku depan ada satu orang supir dan asisten pribadi Arthur, namanya Alvaro.

"Jalan."

"Baik, Tuan."

Sementara itu, di belakang ada dua mobil yang mengawal. Mereka adalah para bodyguard Arthur.

Selama di perjalanan, Katya diam menatap keluar kaca mobil. Melihat jalanan Jakarta yang baru dia nikmati lagi setelah dua tahun berlalu.

"Saat di depan keluarga saya nanti, kita harus bersikap manis layaknya sepasang kekasih yang saling mencintai."

Katya diam tidak merespon ucapan Arthur.

"Ingat, Katya. Nasib keluarga kamu berada ditangan saya."

Katya memejamkan mata sejenak, lalu mengambil napas dalam. Ingat kan Katya kalau dia adalah mainan dan Arthur adalah tuannya.

Sesampainya di tempat tujuan, Katya benar-benar dibuat kagum oleh mansion mewah di depan matanya. Dan itu menampar kesadaran Katya kalau Arthur memang bukan orang sembarangan. Dulu saat hubungan persahabatan Arthur dan Juan masih baik, Katya tidak percaya kalau Arthur memiliki mansion seperti istana. Tapi sekarang dia benar-benar percaya dengan ucapan sombong Arthur saat itu.

"Tidak perlu terkejut. Kamu tahu kalau saya terlahir dari keluarga kaya raya."

Oh My!

Katya tidak bisa protes saat Arthur menarik pinggangnya.

"Ingat. Kita harus bersikap manis."

Kemudian Arthur mengajak Katya masuk ke dalam mansion mewah tersebut dengan tangan memeluk pinggang gadis itu.

Kedatangan mereka disambut oleh para maid yang berjejer rapi, seolah mereka sudah mengetahui kalau akan kedatangan tamu.

"Mereka ada di sana."

Katya melihat ada tiga orang yang sedang berkumpul di meja makan dekat kolam renang. Terlihat mewah dan berlebihan. Tapi tidak heran, karena mereka memiliki banyak uang.

"Halo semua!" Arthur menyapa, membuat ketiganya menoleh secara bersamaan ke sumber suara.

"Hai! Sudah sampai rupanya." Wanita bernama Sabrina yang merupakan Mama Arthur, bangun dari posisi duduknya lalu menghampiri Katya.

"Nama kamu siapa?"

Katya mengulas senyum. Wanita di hadapannya ini terlihat cantik meski tak lagi muda. "Katya, Tante."

"Katya? Nama yang indah." Suara itu berasal dari adik perempuan Arthur, namanya Airi.

"Halo! Aku Airi, adik Kak Arthur."

Katya membalas jabatan tangan gadis yang tak kalah cantik darinya. Mendengar nama Airi dan melihat wajahnya, Katya seperti tidak asing.

"Dan itu Papa saya," ucap Arthur mengenalkan Katya pada pria yang duduk di kursi roda. "Namanya Raditya."

Katya melangkah maju untuk bersalaman dengan pria itu. "Katya, Om."

Radit membalasnya dengan senyuman.

Sabrina merangkul lengan Katya. "Tante senang sekali saat mendengar kalau Arthur akan membawa calon istrinya ke rumah. Selama ini, dia tidak pernah membawa satu perempuan pun ke sini. Sampai-sampai, Tante mengira kalau Arthur tidak normal."

Oh, jadi ini jawabannya. Baiklah, sekarang Katya tahu kenapa Arthur ingin mengikatnya dalam pernikahan. Mungkin dia mendapat tekanan dari orang tuanya mengenai pendamping hidup. Juan yang seusia Arthur saja, sekarang sudah punya satu buntut.

Tapi, kenapa harus Katya? Tidak mungkin kalau laki-laki itu mencintainya bukan?

"Jadi, kapan kalian akan menikah?" Pertanyaan itu berasal dari Radit.

"Minggu depan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status