Suara tangisan bayi terdengar memenuhi ruangan bernuansa abu-abu. Katya bergegas membawa bayi berjenis kelamin laki-laki itu ke dalam gendongannya.
"Hey, Sayang. Jangan menangis, Tampan. Tante Aya ada di sini."Tidak sampai lima menit, Katya berhasil membuat keponakannya kembali terlelap. Lalu dengan hati-hati Katya menyimpan baby Shaka ke tempat tidur.Jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Sudah satu jam Juan dan istrinya - Listy, pergi menghadiri acara pernikahan teman Juan yaitu Aksa."Shaka, Tante tinggal ke dapur sebentar ya. Kamu yang lelap tidurnya." Katya mengecup pelan pipi lembut bayi berusia enam bulan tersebut, sebelum akhirnya dia melangkah keluar dari dalam kamar.Katya berjalan pelan menuruni anak tangga. Pandangannya mengedar ke sekeliling. Senyum manis terukir dari wajah cantiknya. Dua tahun telah berlalu. Kehidupan Katya dan Juan kembali membaik seperti dulu.Juan berhasil membawa Katya dari tangan Arthur di malam yang sama setelah balapan mereka berakhir. Malam itu, Juan meminta agar diberi waktu satu hari bersama Katya sebelum Arthur membawa adiknya pergi. Awalnya Arthur tidak mengizinkannya. Tapi karena Katya yang memohon dengan sungguh-sungguh dan berjanji tidak akan kabur, akhirnya Arthur memberi izin dengan syarat harus dijaga oleh dua anak buahnya.Di jam yang tepat, saat kedua anak buah Arthur mulai tidak fokus dengan jaganya, Juan mengambil kesempatan dengan mengajak Katya pergi dari rumah kontrakan yang bahkan belum dua puluh empat jam mereka tinggali.Mungkin malam itu semesta sedang ada di pihak mereka. Mereka dipertemukan dengan salah seorang teman Arkan yang memberitahu mereka tentang asuransi yang sudah Arkan siapkan semasa hidupnya. Dan dari asuransi tersebut, Juan mulai membuka bisnis kuliner di Bali. Tidak lama mereka tinggal di sana, Juan menemukan tambatan hatinya dan menikah dengan Listy, gadis asli Yogyakarta yang mempunyai usaha butik terkenal di Bali.Katya tidak tahu kabar tentang Arthur setelah mereka pindah ke Bali. Tidak peduli bagaimana marahnya laki-laki itu karena Katya melanggar janji untuk tidak kabur. Katya hanya berharap kalau Arthur sudah melupakan kejadian itu. Mungkin saja sekarang Arthur sudah menikah dan memiliki anak seperti Juan.Katya menuangkan air ke dalam gelas. Lalu pandangannya bertemu dengan Juan dan Listy yang baru kembali."Belum tidur, Ya?" Listy bertanya sambil berjalan menghampiri Katya. Sementara Juan langsung pergi ke kamar."Belum, Mbak. Tapi kalau Shaka sudah tidur, kok."Listy tersenyum mengangguk. "Baiklah. Ini Mbak belikan sate buat kamu. Makan gih.""Terima kasih, Mbak.""Ya sudah, Mbak ke kamar ya."Katya sangat bersyukur memiliki kakak ipar yang sayang padanya. Listy menganggap Katya seperti adik kandungnya sendiri, begitupun dengan Katya yang menganggap Listy seperti kakak kandungnya sendiri.***Katya melanjutkan pendidikan dengan kuliah dan mengambil fakultas desain. Sejak dulu, memang mimpinya ingin menjadi seorang desainer yang sukses. Di tambah lagi sekarang Katya mempunyai kakak ipar yang memiliki hobi yang sama, yaitu di bidang fashion."Aya!"Katya langsung menoleh ke arah seorang gadis yang tadi memanggilnya. Dia adalah sahabat Katya, namanya Selia Natami."Ini ada cokelat dari Bara."Katya mengambil alih sebatang cokelat yang dihiasi dengan pita dari tangan Seli. "Kenapa Bara tidak memberikannya langsung kepada ku?""Dia buru-buru ke ruang dosen. Jadi dia menitipkannya kepada ku."Katya mengangguk sambil ber'oh' ria."Sepertinya sebentar lagi akan ada yang pacaran nih," ucap Seli menggoda Katya."Apa sih, Sel?"Seli merangkul pundak Katya. "Pokoknya aku akan mendukung hubungan kamu dengan Bara. Kalian sangat serasi untuk menjadi pasangan. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana tampan dan cantiknya anak kalian nanti.""Seli! Belum apa-apa sudah membicarakan anak.""Aku tahu tipikal laki-laki seperti Bara itu bagaimana. Dia tidak akan mau pacaran lama-lama."Katya tertawa pelan sambil menggelengkan kepala. Enam bulan terakhir ini, Katya sangat dekat dengan Bara, bahkan banyak yang mengira kalau mereka pacaran."Oh iya, kamu sudah menyiapkan keperluan untuk pergi ke Jakarta belum?"Katya menggeleng. "Aku tidak ikut pergi ke sana.""Why?"Katya tidak diizinkan oleh Juan pergi ke Jakarta. Meski ibu kota Indonesia itu luas, tapi Juan khawatir kalau Katya akan bertemu dengan Arthur."Apa yang membuat Kak Juan tidak memberikan izin buat kamu pergi ke sana? Kamu kan sudah besar. Bukan anak kecil lagi yang harus terus dipantau dua puluh empat jam. Lagi pula kita ke sana juga buat tour."Katya hanya memberi gelengan kepala pada Seli."Atau bagaimana kalau aku yang membujuk Kak Juan? Siapa tahu kalau aku yang meminta izin, Kak Juan akan memperbolehkan kamu untuk pergi ke Jakarta. Bagaimana?""Tidak perlu, Sel. Percuma juga. Kak Juan tidak akan memberikan izin."Seli mengerucutkan bibir."Sudah ah, ayo kita ke kelas. Masih ada tugas yang belum aku selesaikan."***Kelas berakhir pukul empat sore. Katya dan Seli berjalan bersama menuju parkiran. Terlihat ada laki-laki tampan berjaket denim yang sedang menunggu di depan mobil Katya."Cie-cie ditungguin calon pacar tuh," bisik Seli sengaja menggoda Katya."Apa sih, Sel? Jangan menggodaku."Seli tahu kalau sahabatnya juga mempunyai rasa tertarik pada Bara. Lagi pula, siapa yang bisa menolak pesona ketampanan Bara? Dia tampan, tinggi, berwibawa. Dia juga baik sehingga mempunyai banyak teman.Bara tersenyum menyambut kedatangan Katya."Hai, Bar." Katya menyapa. "Terima kasih buat cokelat nya tadi pagi. Aku suka.""Syukurlah kalau kamu menyukainya. Aku jadi senang mendengarnya," ucap Bara membalas."Oh iya, aku mau mengajak kalian pergi ke party ulang tahun perusahaan Ayah ku nanti malam. Tempatnya di hotel A. Bisa tidak?"Katya dan Seli saling beradu pandang."Maaf, Bara, aku tidak bisa. Nanti malam ada acara di rumah Nenek," ucap Seli yang memang mempunyai urusan lain.Bara mengangguk. Lalu pandangannya beralih pada Katya. "Kalau kamu bagaimana, Ya? Kak Juan juga di undang ke sana.""Aku tidak ada acara apa-apa sih.""Ya sudah, kalau begitu kamu datang ya? Nanti aku jemput jam delapan.""Okay."***Tepat pukul delapan malam, Bara tiba di kediaman rumah Katya. Laki-laki itu tampak gagah dengan balutan jas hitam serta rambut yang di tata rapi.Pandangan Bara langsung terkunci saat melihat Katya muncul dari balik pintu utama rumah. Gadis dua puluh tahun itu terlihat sangat cantik dan anggun. Tubuhnya terbalut dress hitam di atas lutut dengan rambut tergerai yang dibuat ikal dibagian ujung. Perfect. Itu yang menggambarkan penampilan Katya malam ini.Katya tersenyum malu karena tatapan memuja Bara padanya."Wow! You look so beautiful."Mungkin sekarang sudah ada rona merah yang menghiasi kedua pipi Katya."Terima kasih, Bar. Kamu juga terlihat keren pakai jas."Bara tertawa pelan. Lalu dia mengulurkan satu tangan ke hadapan Katya. Gadis itu pun langsung menggapainya."Kita berangkat sekarang?"Katya tersenyum mengangguk. Membiarkan Bara membukakan pintu untuknya."Silahkan masuk, Puteri Katya.""Terima kasih, Bar."Setelah kurang lebih lima belas menit menempuh perjalanan, akhirnya mereka tiba di depan sebuah hotel berbintang yang menjadi tempat dirayakannya ulang tahun perusahaan papanya Bara.Sambil bergandengan tangan, Katya dan Bara melangkah menuju ruangan tempat party berlangsung."Itu orang tua aku. Kita ke sana dulu yuk," ajak Bara dan Katya menjawabnya dengan anggukan."Ayah, Bunda," panggil Bara membuat sepasang suami istri itu menoleh ke sumber suara.Wanita yang telah melahirkan Bara ke dunia itu tersenyum merekah begitu melihat putranya datang membawa seorang gadis. "Masyaallah, kamu membawa bidadari darimana ini, Bar?"Katya tersenyum malu."Ini teman aku, Bunda. Namanya Katya. Dia adiknya Kak Juan, pemilik Mahesa Resto.""Jadi kamu adiknya Juan? Cantik sekali." Karina menarik lembut lengan Katya. "Lihat deh, Yah, agak-agaknya ini calon menantu kita."Katya semakin tersipu malu.Beni - Ayah Bara, ikut tersenyum senang atas kehadiran Katya. "Iya, Bun, cantik. Seperti Bunda waktu muda dulu.""Ah, Ayah bisa saja nih."Katya tertawa bersama Bara dan orang tuanya. Kesan pertama bertemu dengan keluarga Bara adalah menyenangkan. Mereka menyambut Katya dengan ramah.Kemudian Bara mengajak Katya duduk di bangku yang kosong dekat kolam renang."Itu Kak Juan dan Mbak Listy," ucap Bara memberitahu Katya keberadaan kakaknya.Juan dan Listy memang pergi lebih dulu. Sementara Shaka ditinggal di rumah bersama asisten rumah tangga."Bar!""Aku tinggal sebentar ya. Nanti ke sini lagi kok."Katya mengangguk. Membiarkan Bara pergi untuk menemui temannya yang baru tiba.Karena tidak tahu harus berbuat apa, Katya memilih untuk bermain ponsel. Akan tetapi, saat Katya mengeluarkan benda canggih dari dalam tas nya, Katya dikejutkan oleh seseorang yang mengambil paksa ponsel tersebut.Bagai petir di siang bolong. Katya benar-benar terkejut akan kehadiran seseorang yang selama dua tahun ini ia hindari. Arthur Maverick. Dia di undang juga di acara ini."Katya Mahesa." Arthur tersenyum smirk menatap wajah Katya yang pucat. "Ternyata kamu masih hidup. Saya pikir kamu dan kakak kamu yang pecundang itu sudah hilang ditelan bumi."Bola mata Katya bergerak ke sana kemari mencari keberadaan Juan. Tapi sayang, dia tidak menemukan keberadaan sang kakak. Banyaknya tamu yang hadir, membuat Katya juga kesulitan mencari keberadaan Bara.Tidak ingin sesuatu buruk terjadi padanya, Katya buru-buru mengambil langkah lebar pergi dari hadapan Arthur. Namun tentunya Arthur tidak tinggal diam. Dia memerintahkan para bodyguard nya untuk mengikuti Katya.Jantung Katya sudah berdetak tak karuan. Keringat dingin bahkan sudah membasahi telapak tangannya. Katya sangat ketakutan saat ini. Apalagi dia tahu kalau bodyguard Arthur mengikuti setiap pergerakannya."Ah!" Katya menjerit terkejut saat salah satu bodyguard Arthur menghadangnya di depan.Dari belakang, seseorang membungkam hidung serta mulut Katya dengan sebuah kain. Hanya dalam hitungan detik, tubuh Katya sudah jatuh pingsan tak sadarkan diri. Lalu mereka memasukkan Katya ke dalam kamar yang berada di hotel tersebut."Keluar."Para bodyguard tersebut mengangguk patuh, lantas meninggalkan Arthur bersama Katya di sana.Jangan tanya bagaimana marahnya Arthur setelah tahu kalau Juan membawa pergi Katya pada malam itu. Sampai-sampai para bodyguard serta karyawan di kantor menjadi bahan amukan Arthur.Laki-laki yang tahun ini sudah masuk usia tiga puluh tahun tersebut, mulai melepas jas hitamnya dan menghempasnya ke lantai. Dengan senyum terukir smirk, Arthur menggulung lengan kemeja sampai sebatas siku.Di tatapnya Katya begitu lekat. Gadis yang dulu masih kecil dan polos, sekarang sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik dan seksi.Arthur memposisikan tubuhnya di atas tubuh Katya. "Saya sudah menanti kamu selama dua tahun ini. Sekarang kamu tidak bisa lepas dari genggaman saya lagi, Katya."Tatapan Arthur terkunci pada bibir merah Katya. Sangat menggoda. Ditambah dengan kulit leher gadis itu yang putih bersih. Membuat pertahanan Arthur mudah sekali goyah.Kini ibu jari tangannya mengusap bibir bawah Katya."Kamu memang menggoda. Tapi kalau saya lakukan sekarang dalam keadaan kamu yang masih pingsan. Rasanya tidak akan puas."Yang pertama Katya lihat begitu membuka mata adalah ruangan bernuansa putih. Katya langsung sadar kalau ini bukanlah kamarnya. Ingatan Katya berputar pada kejadian sebelum akhirnya dia bisa berada di sini. Arthur Maverick. Dimana laki-laki itu sekarang? Dan tunggu, Katya baru menyadari kalau ini bukan kamar hotel. Lalu dimana dia sekarang? "Aku harus segera pergi. Aku tidak boleh tertahan di sini." Katya bergegas turun dari atas tempat tidur. Bersyukur karena tubuhnya masih lengkap dengan dress terakhir yang Katya pakai. Tangan Katya sudah terangkat hendak menyentuh gagang pintu. Namun lebih dulu seseorang membuka pintu dari luar. Jantung Katya berdetak kencang saat melihat sosok laki-laki bertubuh tinggi muncul dari balik pintu. "K-Kak Arthur." "Sudah bangun, Sayang?" Katya memundurkan langkah saat Arthur berjalan maju ke arahnya. Dia sangat ketakutan. Arthur terlihat menyeramkan dengan senyum miring di bibirnya. Punggung Katya terbentur dinding. Dia semakin terpojokkan saat
"Menikah?!"Katya tersentak kaget saat Juan membanting majalah ke atas meja. Seperti apa yang Arthur katakan sebelumnya, sekarang Katya sudah berada di Bali dan tentunya dalam pengawasan Arthur.Katya menunduk dalam sambil memberikan anggukan."Dengan si bajingan itu?!"Sekali lagi Katya menjawabnya dengan anggukan. Dia tidak berani menatap bola mata Juan. Sudah lama Katya tidak melihat Juan marah. Dan sekarang yang menjadi alasan kemarahan Juan adalah dirinya.Juna menarik napas dalam lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Tidak habis pikir dengan permintaan Katya kali ini. Setelah gadis itu tiba-tiba pergi tanpa pamit, sekarang dia meminta restu agar dinikahkan dengan Arthur."Sebenarnya apa yang terjadi? Katakan yang sejujurnya, Aya.""Aku hanya perlu restu dari Kak Juan. Aku mau menikah dengan Kak Arthur." Katya menjawab dengan suara pelan, namun masih dapat di dengar oleh Juan."Kenapa? Tiba-tiba seperti ini tanpa ada sesuatu itu tidak mungkin."Juan menatap lekat wajah sang adik y
Pukul tiga dini hari mereka sudah sampai di Jakarta. Arthur membawa Katya pergi ke apartemen miliknya. Meski Katya juga pernah memiliki apartemen, tapi apartemennya dulu tidak ada apa-apanya dengan apartemen milik Arthur. Sangat mewah dan luas.Begitu masuk ke dalam kamar, Katya melihat ada meja rias lengkap dengan make up yang beragam. Apa semua ini telah disiapkan oleh Arthur untuk dirinya? Atau Arthur sudah biasa mengajak nginap perempuan di sini dan memfasilitasinya?"Semua itu baru. Saya tidak pernah membawa masuk perempuan ke apartemen." Arthur bicara seolah tahu apa yang ada dipikiran Katya.Arthur melepas jaketnya lalu melemparnya ke arah sofa. Katya segera menutup mata menggunakan telapak tangan, saat Arthur melepas celana jeans-nya. Dalam hati, Katya merutuki Arthur yang seenaknya melepas celana di depannya."Santai saja. Sekarang atau nanti kamu juga akan melihatnya." Arthur tersenyum miring. Hanya terbalut kan kaos oblong dan celana boxer di atas lutut, Arthur berjalan lal
Katya menatap diri pada pantulan cermin. Tidak ada kebahagiaan yang terpancar di kedua matanya. Bahkan indahnya gaun yang membalut tubuhnya, sama sekali tidak mengubah suasana hati Katya yang sedih. Hari ini Arthur akan mengucap ijab kabul atas nama dirinya dihadapan Tuhan dan semua orang yang datang menyaksikan.Air mata menetes begitu saja. Katya merasa sangat berdosa pada Juan. Dia akan menikah tanpa restu dan kehadiran dari sang kakak. Katya hanya bisa mengucap maaf dalam hati. Berharap suatu saat nanti Juan masih mau melihat wajahnya.Pintu ruangan terbuka. Seorang gadis cantik melangkah menghampiri Katya dengan senyum terukir indah. Buru-buru Katya mengusap air matanya saat melihat kedatangan Airi melalui pantulan cermin.Airi berdecak kagum melihat Katya yang semakin terlihat cantik dengan polesan make up. "Sumpah! Lo cantik banget, Ya. Udah kayak princess tahu gak."Katya mengulas senyum tipis. Setelah dua kali pertemuan dengan Airi, baru Katya ingat kalau adik perempuan Arthu
Suasana resepsi di malam hari terlihat ramai oleh tamu undangan yang terus berdatangan. Banyak ucapan serta doa yang Arthur dan Katya terima. Permainan sandiwara mereka benar-benar berhasil menipu semua orang yang hadir. Pasangan pengantin baru itu terlihat sangat bahagia seperti dua orang yang saling mencintai. Jantung Katya seolah berhenti sejenak saat melihat kedatangan Bara dan kedua orang tuanya. "Selamat atas pernikahan Pak Arthur dan Nak Katya. Semoga sakinah, mawadah, warahmah. Langgeng terus sampai maut memisahkan," ucap Beni sambil bersalaman dengan Arthur dan Katya. "Terima kasih atas doa dan kehadirannya, Pak Beni dan keluarga." Arthur membalas sambil tersenyum ramah. Karina memeluk Katya. "Jodoh memang tidak ada yang tahu ya. Tante sempat berharap kalau kamu dan Bara bisa bersama. Tapi ternyata kamu jodohnya Pak Arthur." Karina terkekeh. "Semoga pernikahan kalian bahagia selalu dan cepat diberi momongan." Katya masih setia menampilkan senyum palsunya. "Terima kasih
Katya melangkah keluar dari dalam kamar mandi dengan mata sembab. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, sementara Arthur belum kembali ke apartemen. Entah apapun yang sedang dilakukan oleh suaminya, Katya benar-benar tidak peduli. Katya masih sangat marah sekaligus kecewa karena perlakuan Arthur padanya. "Belum sehari menjadi istri saja sudah diperlakukan seperti ini. Lalu bagaimana dengan enam bulan ke depan?" Katya menghela napas panjang. Tidak bisa membayangkan penderitaan apa yang akan dia rasakan atas perlakuan Arthur selama enam bulan ke depan. Mata yang baru saja terpejam kini kembali terbuka. Menatap langit-langit kamar sambil memikirkan Juan. Apa laki-laki itu sudah tahu tentang pernikahannya dengan Arthur? "Aku rindu Kak Juan. Apa Kak Juan di sana juga merindukan aku?" Jelas terlihat dari kedua mata Katya kalau dia sangat sedih. Tentu saja, siapa yang tidak akan sedih kalau berada di posisi Katya? Pintu kamar terbuka secara tiba-tiba, membuat Katya tersentak kage
Katya keluar dari dalam kamar mandi dengan rambut yang masih basah. Alisnya menaut saat melihat Arthur tertawa-tawa sambil menatap layar ponsel. Tidak berniat bertanya, Katya duduk di meja rias lalu bergegas mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer. "Dasar bodoh! Berani bermain-main dengan saya. Kamu pikir saya anak TK yang bolot?" Melalui pantulan cermin, Katya dapat melihat Arthur yang sedang mengetikkan sesuatu di sana. Entah apa yang tertampil di layar handphone suaminya, sampai membuat laki-laki itu kesenangan. Juan: Fuck you man! Maksud kamu apa membawa pergi Aya ke tempat terkutuk itu?! Arthur: Santai, Kakak Ipar. Adik kamu menikmatinya kok. Tidak perlu khawatir.Juan: BAJINGAN SIALAN! KITA KETEMU MALAM INI JAM 10 DI MARKAS BLACK TIGER! Arthur: Dengan senang hati Kakak ipar, ha! Ha! Ha! Arthur tersenyum puas karena berhasil memancing emosi Juan. "Kamu pikir semudah itu memutus hubungan? Dasar bego," batinnya seraya menyimpan handphone ke atas nakas. "Haus! Ambilkan s
Jam terus berdetik. Arthur sudah siap pergi ke markas tempat geng-nya berkumpul saat masa putih abu-abu. Arthur mengenakan kaos putih polos yang dipadukan dengan jaket dan celana jeans panjang robek-robek berwarna hitam. Penampilannya yang seperti ini sama sekali tidak memperlihatkan kalau dia sudah berumur tiga puluh tahun. Arthur terlihat seperti anak muda dua puluh tahunan. "Kak Arthur mau pergi kemana?" Katya bertanya saat melihat suaminya keluar kamar sambil memutar-mutar kunci motor. "Mencari janda." Arthur menjawab sembarangan. "Kamu mau ikut?"Katya menggeleng. Tapi dia tahu kalau suaminya berbohong. Tidak banyak tanya, Katya biarkan Arthur pergi. Justru kalau tidak ada Arthur di sini, Katya merasa jauh lebih aman dan nyaman. "Pergi deh sana jauh-jauh. Kalau perlu tidak usah kembali sekalian," ucap Katya yang tentu saja sudah tidak ada Arthur di sini. Karena kantuk belum datang, Katya memilih untuk menonton acara televisi di kamar. Sebelum mengambil remote TV, indera pengl