Share

Taruhan Dua Pemuda

Suara derum mesin motor terdengar saling bersahutan. Keadaan jalan malam itu ramai didatangi anak-anak muda yang sengaja datang untuk menonton kompetisi adu kecepatan.

"Kamu yakin akan mengikuti balapan ini?"

Juan mengangguk yakin. "Hmm, lagi pula aku tidak punya pilihan. Sekarang aku harus pintar-pintar mencari uang."

"Aku yakin kamu bisa. Good luck, Bro!"

Diam-diam Juan pergi dari rumah untuk mengikuti balap liar yang berhadiahkan uang sebesar sepuluh juta rupiah. Dulu, bagi Juan, sepuluh juta tidak ada arti apa-apa. Tapi sekarang uang sebesar itu sangat berarti demi kelanjutan hidupnya.

Laki-laki dengan gaya rambut under cut itu mulai menaiki motor sport berwarna merah yang dia pijam dari temannya - Aksa. Kemudian melajukan kendaraan beroda dua itu ke garis start.

Tidak lama menunggu, sang lawan main datang dengan motor sport berwarna hitam. Terdengar suara pekikan tertahan dari para gadis yang datang menyaksikan, saat sang pengendara melepas helm full face yang semula menutupi wajahnya.

Terlihat keterkejutan dari wajah Juan saat melihat siapa lawan mainnya malam ini. Tapi buru-buru dia menormalkan kembali ekspresi wajahnya.

"Jadi kamu, lawan main saya malam ini? Juana Mahesa. Long time no see, Bro."

Juan berdecih. Setelah empat tahun tidak bertemu, sekarang mereka kembali dipertemukan di arena balap. Sejujurnya Juan sangat tidak ingin melihat wajah mantan sahabatnya ini.

"Saya turut berduka atas meninggalnya Om Arkan, dan kebangkrutan perusahaan Hakan Grup tentunya. Saya tahu, kamu mengikuti balapan ini untuk mencari sesuap nasi demi kelangsungan hidup, bukan?"

Juan tidak peduli dengan apa yang dibicarakan oleh laki-laki itu. Seandainya Juan tahu kalau lawan mainnya adalah Arthur Maverick, maka ia memilih untuk tidak mengikuti balapan ini. Bukan karena takut, hanya saja ia terlalu malas menghadapi dia.

Seorang perempuan berpakaian seksi dengan selembar kain, datang melangkah dan memposisikan diri di antara kedua pemuda tersebut.

"Ready?"

Sebelum mengenakan helmnya, lebih dulu Arthur melempar senyuman remeh kepada mantan sahabatnya itu. Sementara Juan tidak peduli dan segera mengenakan helm.

"1.... 2.... 3. Go!"

Kain yang dilempar ke atas udara menjadi pertanda kalau balapan dimulai. Kedua motor sport berbeda warna itu langsung melaju dengan cepat, saling unjuk kelihaian di jalan.

Mulanya Arthur dan Juan bersahabat baik. Mereka saling mendukung satu sama lain. Sampai akhirnya badai tiba-tiba menerjang hingga membuat ikatan persahabatan mereka putus. Karena memperebutkan hati seorang gadis, membuat mereka saling bersaing sampai akhirnya bermusuhan. Siapa yang memenangkan hati gadis itu? Jawabannya adalah Arthur. Dan sang gadis mengalami kecelakaan saat membuat janji dengan Arthur. Hingga membuat Juan marah dan mencap kematian sang gadis dikarenakan kelalaian Arthur yang tidak bisa menjaganya.

Setelah beberapa menit berlalu, para penonton kembali berteriak heboh menyerukan nama kedua pemain.

"Arthur! Arthur! Arthur!"

"Juan! Juan! Juan!"

Awalnya Arthur memimpin di depan, akan tetapi saat mendekati garis finis laju motornya menjadi pelan, sampai akhirnya Juan datang sebagai pemenang.

Alih-alih senang karena bisa menaklukan balapan ini, justru Juan turun dari atas motor dan menghampiri Arthur dengan perasaan marah.

"Maksud kamu apa tadi?" Juan mencengkram kuat kerah baju Arthur. "Kamu sengaja mengalah dari saya, kan?!"

"Hey, kamu datang sebagai pemenang, Juan. Harusnya kamu merayakan kemenangan ini, bukan marah-marah sama saya."

Juan melepas kasar cengkraman di baju Arthur. "Tidak usah sok mengasihani saya. Saya tidak butuh belas kasihan dari kamu."

"Sudahlah, Bro. Tidak perlu seperti ini. Saya tahu, kamu sangat membutuhkan uang sepuluh juta yang tidak seberapa itu. Tidak usah sombong. Kamu sudah jatuh miskin sekarang."

"FUCK!"

Juan menghantam pipi sebelah kanan Arthur, hingga membuat laki-laki itu mundur beberapa langkah.

"JANGAN HINA SAYA DAN KELUARGA SAYA!"

Arthur mengusap lebam di sudut bibirnya, lalu tersenyum mengejek. "Terima saja kenyataan kalau kamu sudah jatuh miskin. Tidak perlu malu, Juan."

"GOD DAMMIT!"

Kedua pemuda itu saling menghajar satu sama lain. Meski banyak orang di sana, tapi tidak ada satupun yang bergegas memisahkan keduanya. Justru mereka kesenangan dengan perkelahian ini. Mereka saling bersorak hingga membuat keadaan semakin memanas. Tidak sedikit pula hang mengabadikan momen demi konten di sosial media nya.

Arthur terjatuh ke atas aspal. Tidak ada ringisan. Justru dia tertawa mengejek karena berhasil memancing emosi Juan.

"Bagus. Ternyata ilmu bela diri kamu semakin berkembang."

Arthur kembali berdiri.

"Sekarang saya mau kita mengulang balapan ini dengan serius. Saya menang karena saya bisa. Bukan karena belas kasihan dari kamu!"

"Kak Juan!"

Teriakan dari arah belakang membuat semua mata tertuju kepada seorang gadis yang tidak lain adalah Katya.

"Kamu kenapa ada di sini?" Juan bertanya khawatir pada sang adik.

"Aku diam-diam mengikuti Kakak tadi. Maaf."

Juan berdesah pelan. "Katya.... Kenapa kamu tidak menunggu di rumah saja?"

"Aku khawatir."

"Katya?" Arthur bersuara ragu. Ditatapnya gadis itu penuh telisik dari kaki hingga kepala. Gadis ini banyak berubah dari yang terakhir Arthur lihat.

"K-Kak Artur," gumam Katya.

Arthur melangkah maju dengan tangan bersidekap. "Kamu terlihat semakin cantik dan mmm..... Seksi."

Sontak saja Juan memajukan langkah, menyembunyikan sang adik dibelakang punggung besarnya.

Arthur tertawa. "Kenapa, Bro? Kamu menutupi pemandangan indah saya."

"Jangan macam-macam sama adik saya!"

Arthur menyunggingkan senyum miring. "Saya tertarik sama dia."

Juan sudah akan kembali menghajar Arthur, namun Katya segera menahannya.

"Kita pulang yuk, Kak." Katya bercicit ketakutan.

"Tunggu dulu, Sayang. Kita baru saja bertemu lagi. Jangan buru-buru," ucap Arthur membuat Katya mengerutkan dahi tidak suka.

Juan segera menepis tangan Arthur saat laki-laki itu hendak menyentuh sang adik. "Saya bilang jangan macam-macam sama adik saya!"

"Ayo, Ya. Kita pulang."

"Saya terima tantangan dari kamu!" seru Arthur, membuat pergerakan Juan terhenti. "Kita tanding ulang. Tapi kali ini bertaruh."

Juan diam menatap Arthur dengan tajam.

"Kalau kamu menang, saya akan memberi kamu tiga ratus juta."

Penonton langsung bersorak begitu mendengar nominasi uang yang fantastis.

"Tapi kalo saya yang menang," ucap Arthur sengaja menggantungkannya lebih dulu dan menatap Katya penuh nafsu. "Adik kamu menjadi milik saya."

"Fuck you!"

Juan yang hendak menghajar Arthur, langsung dicegah oleh teman-teman Arthur.

"Kamu juga tidak perlu khawatir. Saya akan tetep memberi kamu hadiah sebagai sambutan dari saya, setelah kita tidak bertemu selama beberapa tahun ini. Saya akan memberi kamu modal untuk usaha sebesar seratus ratus juta rupiah, bagaimana? Deal?"

Jumlah nominal tersebut memang tidak main-main untuk keadaan Juan saat ini, yang memang sedang membutuhkan modal besar untuk membuka usaha.

"Kenapa diam? Kamu takut melawan saya? Tidak berani? Pecundang!"

Sorakan penonton membuat Juan semakin tersulut emosi.

Damn! Juan tidak terima diejek seperti itu oleh Arthur.

"Kak, ayo kita pulang. Jangan dengarkan apa yang dibicarakan Kak Arthur. Kakak bukan pecundang. Kakak hebat dan aku bangga bisa mempunyai kakak seperti Kak Juan." Katya mencoba meredam amarah Juan. Ia tahu kalau Arthur hanya sedang memancing emosi Juan.

"Katya, Sayang. Kakak kamu memang seorang pecundang. Dia payah. Apa yang mesti kamu banggakan dari sosok pecundang seperti dia?"

Katya menatap Arthur tidak suka. Ini bukan Arthur yang Katya kenal dulu. Sekarang laki-laki itu terlihat sangat bajingan. Katya membencinya.

Kedua tangan Juan sudah terkepal kuat. Tidak ingin harga dirinya semakin diinjak-injak oleh Arthur, Juan sampai tidak berpikir panjang dan memilih menerima taruhan itu.

"Saya terima tantangan dari kamu."

Arthur tersenyum puas. Didukung oleh seruan penonton atas jawaban Juan yang setuju dengan taruhan tersebut.

"Kenapa Kakak menerima taruhan itu, Kak?" Katya kecewa dengan jawaban Juan.

"Kamu tenang saja. Kakak pasti bisa mengalahkan dia. Percaya sama Kakak."

Sekarang Arthur dan Juan sudah siap kembali untuk beradu balap. Di tepi jalan, Katya sangat cemas takut terjadi apa-apa dengan Juan. Apalagi mengingat kalau dirinya menjadi bahan taruhan dalam balapan kali ini. Katya sangat takut kalau Arthur yang datang sebagai pemenang. Tidak. Katya tidak ingin itu terjadi.

Selama balapan sedang berlangsung, Katya hanya berdoa agar Juan bisa mengalahkan Arthur. Namun, sepertinya semesta tidak sedang berpihak padanya kali ini. Arthur lah yang datang lebih dulu menembus garis finis.

Juan menendang ban motornya dengan emosi membara. "Argh! Fuck!"

Katya berlari hendak menghampiri Juan, akan tetapi sebuah tangan dari belakang menahannya.

"Mau pergi kemana, Sayang?"

Katya berusaha melepaskan cekalan Arthur di tangannya. "Lepas! Kak Juan tolong!"

Juan mengangkat pandangan. Menatap penuh rasa bersalah pada sang adik. Dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dia kalah dalam taruhan ini. Dan Katya yang harus menerima imbasnya.

Arthur menarik pinggang Katya. "Itu yang kamu sebut Kakak? Dia sudah menjual kamu bodoh."

Katya menggelengkan kepala dengan derai air mata membasahi pipi. "Kak Juan tolong aku! Kak!"

Juan menunduk dalam. Mengumpati kebodohannya sendiri. Rasanya dia tak sanggup melihat tatapan memohon sang adik.

"Kakak macam apa yang tega menjual adiknya sendiri? Argh! Bangsat!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status