"Jadi aku rasa kamu bisa menghitung sendiri udah berapa lama aku ada disini." Zie menjelaskan setelah Allesa menuntut untuk menceritakan semuanya.
Allesa yang mendengarkan dengan baik-baik dan menelan semua meski perasaan dia tidak jelas dan juga tidak karuan. Namun apakah dia akan marah pada Zie? Tentu tidak. Dia tidak akan menyalahkan zie karena posisinya yang berada di rumah Algazka.Semua memang salah Algazka dan juga Daskar. Zie hanya korban dan tidak sepatunya Allesa semakin menyalahkan dia yang juga tengah mengandung."Dan bersyukur kita bisa bertemu sebelum kamu nggak bisa melihat aku lagi, Allesa." Zie menambahkan.Ucapan Zie sungguh membuat Algazka menghajar Zie. Dia pasti akan leluasa mengatakan apapun pada Allesa karena memang itu niat Zie yang ingin menyakiti hati gadisnya."I said enough!" ucap Algazka yang membuat tatapan Zie menoleh."Kenapa? Apa kamu sendiri yang mau bilang kalo aku dan bayi ini akan dihilangkan?"Jadi aku rasa kamu bisa menghitung sendiri udah berapa lama aku ada disini." Zie menjelaskan setelah Allesa menuntut untuk menceritakan semuanya.Allesa yang mendengarkan dengan baik-baik dan menelan semua meski perasaan dia tidak jelas dan juga tidak karuan. Namun apakah dia akan marah pada Zie? Tentu tidak. Dia tidak akan menyalahkan zie karena posisinya yang berada di rumah Algazka.Semua memang salah Algazka dan juga Daskar. Zie hanya korban dan tidak sepatunya Allesa semakin menyalahkan dia yang juga tengah mengandung."Dan bersyukur kita bisa bertemu sebelum kamu nggak bisa melihat aku lagi, Allesa." Zie menambahkan.Ucapan Zie sungguh membuat Algazka menghajar Zie. Dia pasti akan leluasa mengatakan apapun pada Allesa karena memang itu niat Zie yang ingin menyakiti hati gadisnya."I said enough!" ucap Algazka yang membuat tatapan Zie menoleh."Kenapa? Apa kamu sendiri yang mau bilang kalo aku dan bayi ini akan dihilangkan?
Gerakan dinding yang bergerak membuat Allesa menghentikan langkahnya. Kaget karena dia baru saja ingin menuju lantai bawah yang dimana dia pernah dibawa oleh Daskar. Soalnya tadi Allesa sempat melihat Algaza masuk ke ruang bawah tanah dan hal jadi membuat dirinya menyusul dan memaksa untuk dibukakan pintu oleh penjaga yang akhirnya mengikuti perintah Allesa.Dan setelah berada di dalam, Allesa masih berjalan santai untuk menuju tempat yang ingin dia kunjungi. Tidak ada rasa takut sama sekali ketika melewati lorong yang sempat membuat Reina takut. Sedangkan Allesa tetap santai tanpa merasa harus takut apapun.Lalu ketika gerakan dinding yang seharusnya tidak bergerak itu kontan saja sudah membuat langkah Allesa terhenti. Dia cukup terkejut karena dimana dinding itu seharusnya tidak bergerak. Pasalnya waktu Allesa pernah melewatinya, dinding itu seperti dinding biasa.Bagaimana juga bisa bergerak karena dinding itu hanya dinding yang tidak memiliki apapun. S
"Adammm!" panggilan yang memanggil dirinya membuat Adam menoleh.Rupanya teman dia di kepolisian. Jack begitu dia dipanggil oleh kawanan yang lain. Tugasnya sebagai keamanan yang mengawasi bagian lapangan. Bisa dibilang Jack adalah senior dari Adam."Kenapa, Pak?" tanya Adam melihat Jack yag sudah ada di hadapan dia.Tatapan Jack selalu mengintimidasi, namun Adam tidak pernah merasa tertekan karena dirinya yang tidak pernah berbuat kesalahan. Dia selalu hati-hati dalam melakukan apapun."Abis dari mana?" tanya Jack inin tahu."Dari luar, tapi mau keluar lagi beli makan. Mau nitip?" tanya Adam hangat dengan senyumannya."Nggak. Saya belum lapar. Dari luar mana emangnya?" Jack kembali bertanya. Ingin tahu dan begitu memang sifatnya yang senang mencampuri apa yang dikerjakan oleh teman di tempat kepolisiannya.Posisinya yang sebagai senior selalu membuat dia merasa berkuasa dan perlu ditakuti. Namun sekarang Adam tetap tena
"Kalau begitu saya permisi. Saya ucapkan terima kasih untuk pertemuannya hari ini.""Sama-sama.""Ohh ..." Adam yang ingin bergegas pergi kembali berbalik melihat Algazka yang mengantarkan dirinya untuk keluar.Sudah selesai, tapi ada yang ingin Adam sampaikan pada Algazka."Saya masih akan tetap memantau anda, Tuan Algazka. Karena masih ada yang harus saya pertanyakan pada anda." Adam menyampaikan dengan wajah senyumannya.Hal yang memang perlu dia telusuri lebih jauh. Apalagi perihal Algazka yang mungkin banyak memiliki rahasia dan pastinya orang dalam."Dengan senang hati." Algazka melemparkan senyuman dan tidak lama dia bergegas masuk.Meninggalkan Adam yang masih berdiam diri di halaman rumah Algazka. Tatapannya mulai menyoroti luas rumah Algazka yang sangat luas. Kekayaan yang Adam juga ketahui begitu melimpah. Perusahan Algazka memang berada dimana-mana. Namun Adam masih ingin tetap menggali lebih dalam.
Adam yang datang saat itu sebagai detektif sudah duduk di ruang tengah yang telah Algazka persilahkan untuk masuk. Bisa ditebak kalau Adam adalah detektif baru yang dipindahkan ke bagian titik daerah dimana tempat Algazka berada.Dan benar saja kalau tadi dia telah memperkenalkan diri sebagai detektif baru. Pantas Algazka baru melihatnya. Dan melihat sosok Adam sudah membuat Algazka tahu kalau otak lelaki itu pasti kritis, pintar, senang menjebak, dan dia bukan datang dari sosok yang mudah diajak kerja sama seperti detektif sebelumnya yang bisa Algazka suap dengan uang."Sudah melihat jasad-jasadnya?" tanya Adam yang telah meletakkan beberapa penemuan jasad yang sudah dia abadikan di sebuah foto.Dan foto itu dia berikan pada Algazka yang sudah melihat secara sekilas."Sudah.""Apakah anda mengenalnya, Tuan Algazka?" tanya Adam dengan sorot penuh selidik namun sangat tenang.Setiap gerakan Algazka dia baca. Gerakan santai, tidak
"Ihhhh, jangan mesummm!!" Allesa yang lagi-lagi menjauh dari Algazka.Jantungnya yang masih berdebar dan bikin Allesa jadi kesal. Seharusnya Algazka tidak tega melakukan apapun apalagi hal yang selalu berhasil membuat jantungnya berdebar.Allesa yang sudah mendorong Algazka agar minggir dan kini dia duduk di atas kasur. Sementara Algazka pun juga sudah duduk di hadapan Allesa. Wajahnya tersenyum kecil melihat Allesa yang selalu salah tingkah.Sifat polosnya semakin membuat Algazka yakin kalau dia adalah lelaki paling beruntung."Kamu kok pulang cepet?" tanya Allesa kemudian."Kenapa? Kamu nggak suka?" tanya Algazka yang sudah membuat Allesa berdecak kesal."Aku nanya. Jangan sensitif. Lagian tadi kamu pagi kayak buru-buru banget soalnya. Padahal aku pikir kamu nggak kerja." Allesa menjelaskan apa adanya.Hal itu membuat Algazka jadi terdiam sejenak. Pikirannya kembali melayang mengingat apa yang tadi terjadi di kantor. P