"Dari mana, Rei?" tanya Daskar yang sudah membuat Reina menghentikan langkahnya.Pertanyaan itu membalikkan tubuh Reina yang kini mengarah pada Daskar, lelaki bertubuh tegas yang sudah berjalan mendekati dirinya."Dari halaman belakang." Reina menjawab cepat."Ngapain?" tanya Daskar ingin tahu. Sudah biasa bagi Reina karena sejak dulu Daskar sering kepo sama urusan dia. Jadi Reina tidak merasa heran sama sekali.Hubungan pertemanan mereka memang sudah dekat sejak dulu."Lihatin Princess soalnya tadi Allesa nyuruh aku ngecek Princess sama temen-temennya." Reina berkata jujur.Memang iya. Allesa tadi sempat meminta tolong pada Reina untuk mengecek keadaan Princess. Maklum saja Allesa selalu khawatir dengan kondisi Princess yang sebenarnya baik-baik saja."Princessnya bisa ngobrol?" Daskar memastikan. Membuat Reina mengerutkan keningnya.Oh, Reina baru sadar kalau arah pertanyaan Daskar sejak tadi kemana. Rupanya d
"AKU NORMAL LAH MAKSUD KAMU APAAHHH?!" tanya Allesa dengan nada sekeras mungkin.Tidak terima dengan pertanyaan Algazka yang sudah memberikan pertanyaan semacam itu. Masa iya Algazka mengatakan kalau Allesa tidak normal. Bukan sebuah pernyataan sih, tetapi pertanyaan yang sudah dia lontarkan dengan semena-mena.Bisa-bisanya Algazka mengajukan pertanyaan demikian. Allesa tidak normal? Tentunya Allesa yang sangat normal hari ini, kemarin, dan selamanya. Mungkin Algazka yang tidak normal huh."Allesa, bisa kan ngomong nggak usah teriak-teriak?""YA KENAPA KAMU YANG SEENAKNYA NGOMONG KAYAK GITUUUUH? MUNGKIN KAMU YANG ENGGAK NORMALLLL!" Allesa yang masih berteriak dengan nadanya.Penuh semangat di hadapan wajah Algazka yang memejamkan matanya sejenak. Algazka menghela nafas dan kembali menatap Allesa. Diamatinya wajah dia yang tengah cemberut, merengut, dan jengkel pada Algazka."Aku kan nanya. Wajar kan aku nanya setelah kamu yang be
"Kamu kenapa? Kok kayak lagi kesel gitu?" tanya Nadya saat melihat Garvin yang sudah masuk ke dalam kamarnya.Ekspresi Garvin terlihat tegang dan diliputi amarah yang Nadya sudah pahami. Tahu betul karakter suaminya seperti apa. Garvin tidak banyak bicara, namun dia melihat hanya dengan ekspresi saja. Contohnya sekarang saat dia melihat Garvin yang sudah duduk di sofa dan masih belum menanggapi ucapannya."Kenapa, Sayang?" tanya Nadya lagi. Dia meletakkan Almana yang baru saja tidur pulas dengan hati-hati.Baru bisa tidur karena sejak tadi diajak main oleh Allesa. Dan sekarang Almana yang tertidur sendiri itu dalam gendongan Nadya sudah membuat dia menghampiri Garvin setelah meletakkan Almana.Garvin belum menanggapi. Dia meraih tubuh Nadya sehingga istrinya yang duduk di pangkuan Garvin dan mengusap-usap pinggangnya.Kedua tangan Nadya merangkul leher Garvin dengan wajah yang mendekat dan memberikan kecupan hangat sesaat.Garvin jadi tersenyum. Keberadaan Nadya mampu membuat hatinya
"Tuan Garvin." Panggilan yang sudah mengarah pada Garvin membuat lelaki berumur 40 tahun itu menghentikan langkahnya.Dia menoleh. Rupanya Daskar, penjaga Algazka yang memanggil dirinya dan berjalan ke arah Garvin. Tubuhnya yang tegas dan tatapan dia yang memiliki sorot tajam. Sama persis seperti tuannya yang sudah membuat dia bekerja bertahun-tahun dan mengabdi."Selamat siang, Tuan Garvin." Daskar tersenyum tipis pada Garvin yang kini berdiri di hadapan dia."Siang. Ada apa?" tanya Garvin langsung tanpa ingin basa basi. Malas berbicara sebenarnya karena mengingat Daskar yang juga pernah membawa Allesa dari rumahnya.Meski Garvin tahu kalau semua itu hanya mengikuti perintah dari Algazka, tapi mereka tidak ada bedanya sama sekali bagi Garvin.Pertanyaan Garvin yang masih terkesan dingin pada dirinya membuat Daskar masih memberikan senyuman kecil."Saya ingin membicarakan sesuatu." Daskar memperlihatkan wajahnya yang mulai serius
Alan menghembuskan nafas kasar setelah Garvin pergi dari hadapannya. Tangannya mengepal kuat merasakan kekesalan yang masih dia harus tahan dan memang mungkin pantas tidak dia lampiaskan.Sudah tahu arah kemana ucapan Garvin yang memang perlu Alan waspadai. Pikirannya kembali mengingat tentang apa yang pernah terjadi dan tidak seorang pun tahu kecuali Garvin. Hanya Garvin dan Alan yang menyimpan sebuah rahasia mendalam."Kamu kenapa?" Pertanyaannya membuat Alan refleks menoleh dengan rasa terkejut.Kaget karena tiba-tiba ada suara yang mengarah pada dirinya dengan nada super dekat. Dan eskpresi terkejut Alan jadi membuat Reina terkekeh. Rupanya Reina yang datang."Kamu kaget, ya?" Reina yang masih terkekeh melihat Alan yang sudah tersenyum.Sengaja menghampiri karena dia melihat Alan yang berdiri di halaman luar rumah. Tadi Reina sempat melihat kalau Alan yang pergi keluar dan entah kemana dia. Seperti lelaki itu memang ada urusan karena
"Maksudnya kamu apa, Algazka? Kamu mau menikah sama Zie emangnya?" Allesa balik bertanya.Memastikan keinginan apa yang ingin Algazka lakukan untuk melakukan tanggung jawab. Apakah benar Algazka akan menikahi Zie demi menyelamatkan bayi yang dikandung perempuan itu?"Kamu mau menikah sama dia?" tanya Allesa lagi."Aku kan nanya.""Aku juga nanyaaak! Kamu jawab aja kamu mau ngapain? Emangnya bener kamu mau menikahi dia? Mau punya istri lagi biar istrinya ada di lantai satu sama lantai dua? Terus nanti mau nambah lagi biar ada juga di lanta tiga, iya begitu?" tanya Allesa yang sudah nyerocos panjang lebar.Pertanyaan itu membuat Algazka jadi menggeleng-geleng kepala. Dia terkekeh di dalam ahtinya mendengar sederet pertanyaan Allesa. Padahal dia sendiri yang tadi bertanya. Bisa-bisanya juga dia yang jadi emosi dengan pertanyaannya sendiri. Dasar gadis yang super menggemaskan."Aku nggak ngomong apa-apa kan padahal? Aku aja sejak tad