Share

6. Kemarahan Leon

Leon menghempaskan tubuh Abel ke ranjang dia mengambil tisu lalu mengusap tangannya bekas menyentuh Abel tadi. Membuang tisu itu ke sembarang tempat, Abel yang melihat itu merasa kesal. Apakah dia kotoran sampai Leon bersikap sangat berlebihan seperti itu.

"Dasar Pak tua sombong! Memang siapa yang mau menyentuhnya lagian dia duluan yang menyentuh tubuhku," gerutu Abel.

"Aku sudah memperingatkanmu! Masih berani memakiku, hm?" Jantung Abel hampir lepas saat Leon tiba-tiba mengukung tubuhnya, jarak wajah mereka sangat dekat. Membuat Abel dapat melihat dengan jelas kedua netra gelap milik Leon yang menatapnya sangat tajam.

"A-aku tidak memakimu, lepas! A-apa yang kau lakukan." Ucapan Abel tergagap membuat Leon tersenyum miring, tangannya mengusap rambut Abel pelan lalu semakin kuat bahkan sampai terasa seperti jambakan.

"Aku benci rambut panjang, kau tahu harus melakukan apa, Baby?" Abel mendesis sakit akan jambakan tangan Leon pada rambutnya dia mencoba melepaskannya. Namun, tarikan itu justru semakin kuat.

"Lepaskan!" sentak Abel.

Leon lantas melepaskannya dengan kasar lalu meninggalkan Abel begitu saja. Tanpa sadar air mata Abel kembali mengalir, sampai kapan dia akan merasakan semua ini. Leon sangat kasar dan kejam, dia benar-benar tidak memiliki hati nurani!

Abel menghembuskan napas panjang. Dia segera masuk ke kamar mandi tidak ingin membuat Kakek Abi menunggu terlalu lama karena mereka akan sarapan bersama. Setidaknya dengan adanya Kakek Abi akan meminimalisir perbuatan gila Leon.

****

Di meja makan semua orang terdiam, meja besar yang hanya terisi Abel, Leon, dan Kakek Abi. Abel bangkit mengambilkan nasi untuk semua orang sekaligus rendang yang tadi dia buat. Kakek Abi terlihat senang melihatnya.

"Kek, coba masakan pertama Abel. Rendang dengan bumbu rahasia dan hanya Abel yang tahu. Kakek beruntung karena bisa merasakannya secara gratis!" canda Abel dengan tawa kecilnya.

Kakek Abi terkekeh mendengarnya sedangkan Leon menatapnya datar. Dia merasa Abel sangat pandai mencari simpati kakeknya. Abel merasa sedikit deg-degan saat Kakek Abi dan Leon mencoba Rendang buatannya. Wajah keduanya tanpa ekspresi membuat Abel tidak bisa menebak apakah mereka menyukainya atau tidak.

Leon terdiam saat satu suap masuk ke dalam mulutnya, kedua matanya terpejam. Ingatan masa kecilnya terputar begitu saja, di mana Leon kecil terlihat sangat bahagia makan rendang buatan mamanya. Makanan favoritnya dan merupakan masakan dari perempuan yang sangat dia sayangi, dulu.

"Ma, masakan Mama selalu enak. Leon suka, Leon mau makan masakan Mama setiap hari!" teriaknya dengan tawa riang di bibirnya.

Kedua tangan Leon mengepal, dengan cepat dia membanting piring berisi makananya membuat suara pecahan itu menggema di seluruh rumah. Mengejutkan Abel dan seluruh penghuni rumah tak terkecuali Kakek Abi. Leon menghunuskan tatapan tajamnya ke arah Abel lalu pegi begitu saja tanpa mengatakan apa pun.

"Leon kembali! Apa yang kau lakukan!" sentak Kakek Abi. Namun, sama sekali tidak Leon hiraukan dia tetap pergi dengan di ikuti David di belakangnya.

Sedangkan Abel yang masih syok akan hal yang baru saja terjadi, terdiam cukup lama. Apa yang membuat Leon begitu murka sampai membanting makanannya di hadapan Kakek Abi. Sedangkan setahu Abel Leon sangat patuh saat berada di dekat Kakeknya. Apakah kali ini Abel telah melakukan kesalahan besar?

"Kakek, apa masakan Abel nggak enak?" tanya Abel lirih, dia tertunduk merasa takut.

"Tidak Abel, masakan kamu sangat lezat, Kakek sangat menyukainya. Jangan hiraukan suamimu. Masakan kamu mengingatkan Kakek pada menantu Kakek yang sudah lama pergi, dia merupakan Mama dari Leon. Mungkin karena itu dia marah, sudah lupakan kejadian barusan. Kakek akan memberikan hadiah untuk masakan lezat yang sudah kamu buat!" ucap Kakek Abi.

Abel hanya diam, mama Leon? Ya, kenapa Abel tidak pernah melihat orang tua Leon? Bahkan saat pernikahan hanya ada Kakek Abi dan saudara sepupu Leon saja. Sebenarnya apa yang terjadi dan apa hubungannya dengan kemarahan Leon pagi ini?

"Abel, apa kamu tidak senang Kakek beri hadiah? atau kamu masih memikirkan kepergian Leon?" tanya Kakek Abi membuyarkan lamunan Abel.

"Ah, syukurlah kalau Kakek menyukainya. Abel pikir masakan Abel nggak enak, Kakek nggak perlu kasih Abel hadiah karena hadiah yang paling besar udah Kakek kasihkan ke Abel. Kakek adalah hadiah terbesar itu, Abel sangat bahagia karena dapat memiliki Kakek yang sangat menyayangi Abel, keluarga yang sangat menghargai keberadaan Abel di sini. Kakek tahu, masuk ke keluarga ini sudah menjadi hadiah terbesar untuk Abel," ucap Abel dengan tulus dia tidak lagi menyinggung tentang Leon.

Kakek Abi tersenyum senang. "Kakek juga sangat senang Leon bisa mendapatkan istri seperti kamu, Abel. Sudahlah kita habiskan sarapannya setelah ini Kakek harus pergi." Abel mengangguk, mereka makan dengan tenang meskipun Abel sudah kehilangan nafsu makannya.

****

"Hukum wanita itu! Berani sekali dia kembali mengingatkan aku pada wanita menjijikan itu!" sentak Leon. Kedua tangannya mengepal, matanya menajam, hawa di sekitarnya terasa sangat menyeramkan.

Semua orang tunduk pada perintah Leon, David segera membawa dua anak buahnya untuk melaksanakan apa yang Leon perintahkan. Leon tersenyum devil dia memgambil pisau dari dalam sakunya menghentikan langkah David dan dua anak buahnya yang lain. Melihat senyuman membunuh Leon membuat mereka merasa sangat ketakutan.

"Aku sendiri yang akan memberinya hukuman." Leon kembali gelap mata, dia pria terkejam di dunia ini. Leon bisa menyakiti siapa pun tanpa pandang bulu, baik pria atau pun wanita semua Leon sama ratakan. Siapa pun yang telah menganggu hidupnya pantas untuk mati.

"Pastikan Kakek sudah pergi!" David mengangguk, dia menyiapkan mobil untuk Leon setelah memastikan Kakek Abi sudah pergi. David sendiri merasa cemas entah hukuman seperti apa yang akan Leon berikan kepada nyonya baru mereka.

Mobil berhenti di mansion besar miliknya, Leon segera turun para pelayan sudah menyambutnya di luar. Namun, Leon tidak mendapati Abel di antara mereka, tangan Leon semakin terkepal. Dia merasa Abel sudah terlalu di bebaskan, sepertinya gadis itu memang perlu diberi pelajaran.

"Abel!" Teriakan Leon menggema di seluruh penjuru rumah. Abel yang tengah ada di kamar terkejut mendengar suara teriakan Leon.

Namun, Abel tetap kekeh di dalam kamar, dia tidak ingin bertemu dengan Leon. Abel takut! Terlebih Kakek Abi sudah pergi. Abel yakin dia akan mendapatkan hukuman atas kejadian tadi pagi. Abel meremat pakaian yang dia kenakan, jantungnya berpacu sangat cepat saat merasakan langkah kaki mendekat. Lalu tak lama pintu kamarnya yang kokoh di dobrak begitu saja membuat pintu itu hancur dalam sekejap.

Kedua bola mata Abel membola, saat matanya bersitatap langsung dengan mata tajam milik Leon yang menatapnya sangat tajam bahkan dari tatapannya saja Abel sudah merasa terancam.

"Kau memang menantangku, Baby!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status