Share

Bab 3

Di sebuah ruangan yang terlihat cukup berantakan dengan adanya kertas yang berserakan di atas meja, terlihat seorang pria sedang sibuk menatap layar ponselnya sejak tadi.

Dia Elios Greyson, pemilik perusahaan bernama G Group perusahaan raksasa yang sudah berdiri selama delapan tahun .

Kedua netranya tak berkedip selama dia melihat layar ponselnya, beberapa kali terlihat guratan halus di wajah tampan pria itu. Hingga beberapa saat kemudian dia kembali mematikan ponselnya dan meletakannya di atas meja.

Elios merebahkan kepalanya pada sandaran kursi. Dia menatap langit-langit ruangannya yang berwarna abu-abu.

"Trik apa lagi yang dia gunakan kali ini?" gumam Elios.

Baru saja dia mendapat pesan dari pelayan di rumahnya yang dia tugaskan untuk mengawasi Lavender, Elios sungguh tidak mempercayai rekaman yang dia dapat barusan .

"Sepertinya aku harus pulang dan melihat sendiri sikap, Lavender. Dia pasti menyiapkan siasat buruk lagi untuk menyingkirkan Ezra." gumam Elios.

Dia mengambil kembali ponselnya dan menghubungi supir pribadinya untuk menyiapkan mobil.

Elios berdiri dari kursi kebesarannya, dia mengambil jas yang tergeletak di kursi lalu memakainya dan bergegas keluar dari ruangan tersebut .

___________

Di rumah besar itu, Lavender sedang sibuk menginstruksi para pelayan untuk memindahkan barang-barang Ezra ke dalam kamarnya. Lavender berniat untuk tidur bersama putranya. Dia tidak tenang dan takut jika demam Ezra tidak kunjung membaik.

"Kalian bawa semua barang-barang putraku sekarang." titah Lavender tegas.

"Baik Nyonya."

Para pelayan mulai membongkar lemari milik Ezra, baru saja mereka menurunkan beberapa pakaian tiba-tiba Lavender meminta mereka untuk berhenti.

"Tunggu!" ujarnya sembari berjalan menghampiri para pelayan.

Dia mengambil pakaian Ezra dan melihatnya dari dekat, seketika raut wajah Lavender berubah dingin .

"Siapa yang memberikan pakaian seperti ini pada putraku?" ujar Lavender penuh penekanan.

Tidak ada satu pun yang menjawab pertanyaan Lavender, hal itu membuat amarahnya naik.

"Jawab, apa kalian semua tuli hah!" bentak Lavender .

Bentakan Lavender membuat Ezra terkejut, dia bersembunyi di balik selimut.

"Ny-nyonya." panggil pelayan yang sejak tadi menemani Ezra.

Lavender menoleh. "Ada apa?!"

Pelayan itu menjawab dengan takut-takut, "Nyonya, maaf jika saya lancang hanya saja bisakah Anda menurunkan nada suara anda saya rasa tuan muda ketakutan."

Degh!

'Ah benar, aku tidak boleh membuatnya semakin takut denganku.' Batin Lavender.

"Kamu bawa, Ezra ke dalam kamarku." perintah Lavender tak terbantahkan.

"Baik, Nyonya." sahut pelayan tersebut sopan.

Dia mengajak Ezra keluar dari dalam ruangan tersebut, meninggalkan Lavender dan beberapa pelayan yang sedang menunggu amarah dari Lavender.

Setelah kepergian Ezra, Lavender kembali berbalik ke arah para pelayannya.

"Ma-maaf, Nyonya, ka-kami tidak tau tentang baju ini." jawaban pelayan di depannya membuat Lavender semakin marah.

Tanpa basa basi Lavender menarik rambut pelayan tersebut hingga membuat kepalanya mendongak ke atas.

"Akhh... sakit, Nyonya." rintih pelayan itu.

"Kamu tau kan, saya paling benci dengan jawaban yang tidak berguna seperti tadi." geram Lavender.

Pelayan tersebut mengangguk ketakutan, seluruh tubuhnya bergetar hebat. Cengkeraman di rambut pelayan itu semakin kencang hingga membuat kulitnya berdenyut nyeri.

Melihat pelayan di depannya gemetaran ketakutan, sudut bibir Lavender naik dia terkekeh sinis.

" Pfftt jadi kamu tidak mau menjawab sampai akhir?"

"Saya benar-benar tidak tau, Nyonya." sahut pelayan itu tetap dengan pendiriannya.

Lavender mengangguk-anggukan kepalanya pelan, dia meletakan baju Ezra yang sudah usang dan terdapat beberapa lubang di dalam baju tersebut ke atas meja.

"Baiklah jika itu yang kamu inginkan." ucap Lavender enteng .

"Kalian semua perhatikan baik-baik kejadian hari ini. Jika ke depannya masih ada yang berani berbohong dan merendahkan putraku, saat itu juga nyawa kalian akan hilang selamanya!"

Peringatan Lavender berhasil membuat semua pelayan yang ada di ruangan tersebut bergidik ngeri.

Melihat respons pelayan yang patuh, Lavender kembali fokus untuk memberi pelajaran pada pelayan di hadapannya .

PLAK!

PLAK!

PLAK!

Tiga tamparan penuh tenaga yang Lavender lakukan pada pelayan itu mampu membuat beberapa giginya patah.

Siksaan terus berlanjut, Lavender menyeret pelayan itu ke arah tembok dan menghantamkan kepalanya ke arah tembok.

Buugh!

"A-argh....sa-sakit, Nyonya." cicit pelayan itu.

"Sakit? Sekarang jawab siapa yang melakukan itu pada putraku?" ujar Lavender tajam.

"K-kepala pelayan, Nyonya. D-dia yang mengurus keperluan T-tuan muda." jawab pelayan tersebut terbata-bata.

"Ha~ jadi dia orangnya." gumam Lavender.

Dia melepas cekalan pada rambut pelayan tersebut.

"Kalian bawa dia ke rumah sakit, saya yang menanggung biayanya." Titah Lavender.

"Baik, Nyonya." sahut pelayan yang sedang membantu rekannya itu.

Beberapa saat kemudian Lavender telah selesai mencuci tangannya, Lavender berjalan keluar dari kamar putranya. Baru saja dia keluar tiba-tiba muncul Elios yang menghalangi jalannya di depan pintu.

Elios menatap Lavender dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kulit mulusnya terekspos karena pakaian Lavender yang mengenakan gaun tidur tipis.

"Minggir." ujar Lavender datar.

"Apa yang sedang kamu rencanakan dengan semua ini, Lav?" ucap Elios curiga.

Lavender menaikan satu alisnya. "Maksudmu apa, El? Aku tidak mengerti."

"Jangan pura-pura, Lav. Sebenarnya apa tujuan kamu memperlakukan, Ezra seperti sekarang?" sinis Elios.

Mendengar hal itu Lavender tersenyum tipis, dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Ah~ jadi kamu mengawasiku secara diam-diam?" cetus Lavender .

Elios tak menjawab, dia hanya menatap istrinya dengan tatapan dingin. Perlahan Lavender mendekat dia mengikis jarak di antara mereka berdua .

"Elios Greyson, kamu tau kan aku paling tidak suka jika ada yang mengawasiku diam-diam. Jika kamu memang penasaran, kenapa tidak kamu saja yang melihat perilaku dariku mulai sekarang. Dan kalau aku membahayakan, Ezra kamu bisa langsung membunuhku bukan?" tawar Lavender yang membuat Elios terkejut.

"Jaga bicaramu, Lav! Siapa yang akan membunuhmu hah? Aku sama sekali tidak punya niatan seperti itu padamu!" hardik Elios tak terima dengan ucapan Lavender.

Lavender tertawa lirih. "Pfft kamu sangat lucu, El padahal selama ini kamu sudah membunuh aku dan, Ezra. dengan cara pengabaianmu itu."

"Itu karena kamu, Lavender. Kamu yang membuatku melakukan hal ini!" bentak Elios.

"Yah, terserah kamu saja, toh pendapatku tidak pernah kamu dengarkan jadi lakukan sesukamu aku tidak peduli." sahut Lavender.

Tanpa menunggu jawaban Elios dia kembali melanjutkan langkahnya menuju kamarnya.

Sedangkan Elios? dia termenung mendengar ucapan istrinya barusan.

'Aneh, Mungkinkah dia benar-benar berubah?' batin Elios heran.

Lamunan Elios sirna saat ponselnya berbunyi, dia mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

Dengan gerakan malas Elios menggeser icon berwarna hijau yang membuat panggilan tersambung.

"Sayang." terdengar nada manja dari seberang telepon.

"May, berapa kali harus aku katakan hah? jangan ganggu aku lagi!" hardik Elios.

"Tapi aku kangen kamu, El." sahut perempuan tersebut di seberang telepon.

"Wanita murahan sepertimu benar-benar tidak tau diri, aku jijik mendengar suaramu, Maya!" ujar Elios dingin.

Dia langsung mematikan sambungan telfonnya dengan wanita tersebut, helaan nafas berat terdengar dari mulut Elios dia memijit pelipisnya pelan.

"Sialan, banyak sekali kejadian dalam sehari sampai membuat kepalaku pening." Gumam Elios.

Dia menoleh ke belakang tepat ke pintu kamar milik Lavender, selang beberapa saat Elios berbalik dan mulai melangkah menuju kamarnya sendiri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status