Di sebuah ruangan yang terlihat cukup berantakan dengan adanya kertas yang berserakan di atas meja, terlihat seorang pria sedang sibuk menatap layar ponselnya sejak tadi.
Dia Elios Greyson, pemilik perusahaan bernama G Group perusahaan raksasa yang sudah berdiri selama delapan tahun .Kedua netranya tak berkedip selama dia melihat layar ponselnya, beberapa kali terlihat guratan halus di wajah tampan pria itu. Hingga beberapa saat kemudian dia kembali mematikan ponselnya dan meletakannya di atas meja.Elios merebahkan kepalanya pada sandaran kursi. Dia menatap langit-langit ruangannya yang berwarna abu-abu."Trik apa lagi yang dia gunakan kali ini?" gumam Elios.Baru saja dia mendapat pesan dari pelayan di rumahnya yang dia tugaskan untuk mengawasi Lavender, Elios sungguh tidak mempercayai rekaman yang dia dapat barusan ."Sepertinya aku harus pulang dan melihat sendiri sikap, Lavender. Dia pasti menyiapkan siasat buruk lagi untuk menyingkirkan Ezra." gumam Elios.Dia mengambil kembali ponselnya dan menghubungi supir pribadinya untuk menyiapkan mobil.Elios berdiri dari kursi kebesarannya, dia mengambil jas yang tergeletak di kursi lalu memakainya dan bergegas keluar dari ruangan tersebut .___________Di rumah besar itu, Lavender sedang sibuk menginstruksi para pelayan untuk memindahkan barang-barang Ezra ke dalam kamarnya. Lavender berniat untuk tidur bersama putranya. Dia tidak tenang dan takut jika demam Ezra tidak kunjung membaik."Kalian bawa semua barang-barang putraku sekarang." titah Lavender tegas."Baik Nyonya."Para pelayan mulai membongkar lemari milik Ezra, baru saja mereka menurunkan beberapa pakaian tiba-tiba Lavender meminta mereka untuk berhenti."Tunggu!" ujarnya sembari berjalan menghampiri para pelayan.Dia mengambil pakaian Ezra dan melihatnya dari dekat, seketika raut wajah Lavender berubah dingin ."Siapa yang memberikan pakaian seperti ini pada putraku?" ujar Lavender penuh penekanan.Tidak ada satu pun yang menjawab pertanyaan Lavender, hal itu membuat amarahnya naik."Jawab, apa kalian semua tuli hah!" bentak Lavender .Bentakan Lavender membuat Ezra terkejut, dia bersembunyi di balik selimut."Ny-nyonya." panggil pelayan yang sejak tadi menemani Ezra.Lavender menoleh. "Ada apa?!"Pelayan itu menjawab dengan takut-takut, "Nyonya, maaf jika saya lancang hanya saja bisakah Anda menurunkan nada suara anda saya rasa tuan muda ketakutan."Degh!'Ah benar, aku tidak boleh membuatnya semakin takut denganku.' Batin Lavender."Kamu bawa, Ezra ke dalam kamarku." perintah Lavender tak terbantahkan."Baik, Nyonya." sahut pelayan tersebut sopan.Dia mengajak Ezra keluar dari dalam ruangan tersebut, meninggalkan Lavender dan beberapa pelayan yang sedang menunggu amarah dari Lavender.Setelah kepergian Ezra, Lavender kembali berbalik ke arah para pelayannya."Ma-maaf, Nyonya, ka-kami tidak tau tentang baju ini." jawaban pelayan di depannya membuat Lavender semakin marah.Tanpa basa basi Lavender menarik rambut pelayan tersebut hingga membuat kepalanya mendongak ke atas."Akhh... sakit, Nyonya." rintih pelayan itu."Kamu tau kan, saya paling benci dengan jawaban yang tidak berguna seperti tadi." geram Lavender.Pelayan tersebut mengangguk ketakutan, seluruh tubuhnya bergetar hebat. Cengkeraman di rambut pelayan itu semakin kencang hingga membuat kulitnya berdenyut nyeri.Melihat pelayan di depannya gemetaran ketakutan, sudut bibir Lavender naik dia terkekeh sinis. " Pfftt jadi kamu tidak mau menjawab sampai akhir?""Saya benar-benar tidak tau, Nyonya." sahut pelayan itu tetap dengan pendiriannya.Lavender mengangguk-anggukan kepalanya pelan, dia meletakan baju Ezra yang sudah usang dan terdapat beberapa lubang di dalam baju tersebut ke atas meja."Baiklah jika itu yang kamu inginkan." ucap Lavender enteng ."Kalian semua perhatikan baik-baik kejadian hari ini. Jika ke depannya masih ada yang berani berbohong dan merendahkan putraku, saat itu juga nyawa kalian akan hilang selamanya!"Peringatan Lavender berhasil membuat semua pelayan yang ada di ruangan tersebut bergidik ngeri.Melihat respons pelayan yang patuh, Lavender kembali fokus untuk memberi pelajaran pada pelayan di hadapannya .PLAK!PLAK!PLAK!Tiga tamparan penuh tenaga yang Lavender lakukan pada pelayan itu mampu membuat beberapa giginya patah.Siksaan terus berlanjut, Lavender menyeret pelayan itu ke arah tembok dan menghantamkan kepalanya ke arah tembok.Buugh!"A-argh....sa-sakit, Nyonya." cicit pelayan itu."Sakit? Sekarang jawab siapa yang melakukan itu pada putraku?" ujar Lavender tajam."K-kepala pelayan, Nyonya. D-dia yang mengurus keperluan T-tuan muda." jawab pelayan tersebut terbata-bata."Ha~ jadi dia orangnya." gumam Lavender.Dia melepas cekalan pada rambut pelayan tersebut."Kalian bawa dia ke rumah sakit, saya yang menanggung biayanya." Titah Lavender."Baik, Nyonya." sahut pelayan yang sedang membantu rekannya itu.Beberapa saat kemudian Lavender telah selesai mencuci tangannya, Lavender berjalan keluar dari kamar putranya. Baru saja dia keluar tiba-tiba muncul Elios yang menghalangi jalannya di depan pintu.Elios menatap Lavender dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kulit mulusnya terekspos karena pakaian Lavender yang mengenakan gaun tidur tipis."Minggir." ujar Lavender datar."Apa yang sedang kamu rencanakan dengan semua ini, Lav?" ucap Elios curiga.Lavender menaikan satu alisnya. "Maksudmu apa, El? Aku tidak mengerti.""Jangan pura-pura, Lav. Sebenarnya apa tujuan kamu memperlakukan, Ezra seperti sekarang?" sinis Elios.Mendengar hal itu Lavender tersenyum tipis, dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada."Ah~ jadi kamu mengawasiku secara diam-diam?" cetus Lavender .Elios tak menjawab, dia hanya menatap istrinya dengan tatapan dingin. Perlahan Lavender mendekat dia mengikis jarak di antara mereka berdua ."Elios Greyson, kamu tau kan aku paling tidak suka jika ada yang mengawasiku diam-diam. Jika kamu memang penasaran, kenapa tidak kamu saja yang melihat perilaku dariku mulai sekarang. Dan kalau aku membahayakan, Ezra kamu bisa langsung membunuhku bukan?" tawar Lavender yang membuat Elios terkejut."Jaga bicaramu, Lav! Siapa yang akan membunuhmu hah? Aku sama sekali tidak punya niatan seperti itu padamu!" hardik Elios tak terima dengan ucapan Lavender.Lavender tertawa lirih. "Pfft kamu sangat lucu, El padahal selama ini kamu sudah membunuh aku dan, Ezra. dengan cara pengabaianmu itu.""Itu karena kamu, Lavender. Kamu yang membuatku melakukan hal ini!" bentak Elios."Yah, terserah kamu saja, toh pendapatku tidak pernah kamu dengarkan jadi lakukan sesukamu aku tidak peduli." sahut Lavender.Tanpa menunggu jawaban Elios dia kembali melanjutkan langkahnya menuju kamarnya.Sedangkan Elios? dia termenung mendengar ucapan istrinya barusan.'Aneh, Mungkinkah dia benar-benar berubah?' batin Elios heran.Lamunan Elios sirna saat ponselnya berbunyi, dia mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan melihat nama yang tertera di layar ponselnya.Dengan gerakan malas Elios menggeser icon berwarna hijau yang membuat panggilan tersambung."Sayang." terdengar nada manja dari seberang telepon."May, berapa kali harus aku katakan hah? jangan ganggu aku lagi!" hardik Elios."Tapi aku kangen kamu, El." sahut perempuan tersebut di seberang telepon."Wanita murahan sepertimu benar-benar tidak tau diri, aku jijik mendengar suaramu, Maya!" ujar Elios dingin.Dia langsung mematikan sambungan telfonnya dengan wanita tersebut, helaan nafas berat terdengar dari mulut Elios dia memijit pelipisnya pelan."Sialan, banyak sekali kejadian dalam sehari sampai membuat kepalaku pening." Gumam Elios.Dia menoleh ke belakang tepat ke pintu kamar milik Lavender, selang beberapa saat Elios berbalik dan mulai melangkah menuju kamarnya sendiri.Waktu berlalu dengan begitu cepat, tanpa terasa siang telah berganti malam. Dan Saat ini Lavender baru saja melihat putranya selesai di periksa dan meminum obatnya."Bagaimana kondisi putraku, dok?" tanya Lavender."Tuan muda, hanya kelelahan, nyonya. anda tidak perlu khawatir setelah tuan muda istirahat dengan baik pasti tubuhnya kembali sehat." sahut dokter itu sopan.Lavender mengangguk paham, dia lalu mengantar dokter itu keluar dari mansion Greyson. Selepas kepergian sang dokter Lavender kembali masuk ke dalam rumah, namun tatapannya terkunci pada foto pernikahan yang terpajang di ruang keluarga.Dia melangkah menuju foto tersebut, Lavender mengamati foto itu dengan seksama. Foto pernikahan tanpa adanya raut bahagia di wajah masing-masing."Sepertinya aku harus membuat foto lagi agar, Ezra, bisa ikut." Gumamnya.Setelah memikirkan beberapa hal, dia memilih kembali naik ke lantai dua namun kali ini tujuannya bukan kamarnya melainkan kamar sang suami yang berseberangan dengan kamar
Di sebuah bar yang terletak di salah satu kota italia. Tempat biasa bagi orang-orang menghabiskan uang mereka, terlihat seorang wanita sedang duduk di pojok ruangan sembari menggerutu.Dia Maya Harper, mantan pacar Elios Greyson yang dulu sempat menjadi satu-satunya wanita bagi hidup Elios sebelum sebuah insiden menghancurkan hubungan mereka."Ck brengsek, kenapa Elios sulit sekali di dekati?" gerutunya.Di saat itu pula datanglah dua pemuda yang menghampiri Maya, mereka mengenakan pakaian santai dan memegang wine di tangan masing-masing."Kamu kenapa, May?" tanya salah satu pemuda yang baru saja tiba di hadapannya.Maya mendongak menatap kedua pemuda tersebut. "Elios, susah banget di deketin ngeselin banget sumpah.""Pfftt lagian kamu bego banget, May. kamu kan tau Elios, udah nikah dimana-mana kalo orang udah married nggak mungkin mau sama cewek lain." ujar pemuda berambut coklat bernama Levi Miles. "Yah aku setuju pendapat Levi, kamu harusnya sadar Elios bukan milik kamu lagi, May
Sinar matahari mulai menerobos masuk, melalui celah-celah kecil dari jendela kamar Lavender. Di atas ranjang king size, terlihat dua orang masih tertidur pulas.Beberapa saat kemudian, orang yang tak adalah Lavender dan Ezra mulai menggeliat di atas tempat tidur. Lavender perlahan membuka kedua kelopak matanya."Eugh, sudah pagi ternyata." Gumamnya lirih.Tangannya yang masih memeluk Ezra, perlahan dia angkat. Lavender menyentuh kening Ezra perlahan."Sukur lah, panasnya sudah turun." Ucap Lavender lega.Lavender perlahan keluar dari selimut tebal itu, dia turun dari ranjang dan bergegas menuju kamar mandi.Lima belas menit kemudian, Lavender kembali keluar dari kamar mandi setelah membasuh wajahnya dan sikat gigi.Dia mendekat ke arah Ezra, lalu mengecup singkat kening Ezra penuh kasih sayang.Dia menatap dalam sosok mungil, yang terbungkus selimut di atas ranjang king sizenya.'Akhhh, aku sangat ingin memakan pipinya yang gembul itu.' Batin Lavender menjerit gemas.Sesaat kemudian,
"LAVENDER PRADIVTA!" Suara teriakan menggema dalam mansion Greyson, Lavender menoleh ke arah tangga. Dia melihat Elios sedang menuruni tangga dengan tergesa-gesa.Tap. Tap. Tap.Saat Elios sampai di depan istrinya, Elios hendak menarik pergelangan tangan Lavender namun langsung di tepis olehnya."Cepat katakan apa maumu? kenapa pagi-pagi kamu sudah berteriak seperti di hutan, El?" tukas Lavender dingin."Hah~ harusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kamu mengumpulkan semua pelayan pagi-pagi begini?" ujar Elios menurunkan nada suaranya."Aku, hanya mendisiplinkan mereka, itu saja tidak lebih." Mendengar jawaban acuh tak acuh dari Lavender, membuat kepala Elios berdenyut-denyut. Dia sulit memahami pikiran Lavender yang sering kali membuatnya salah paham."Lav, kalo kamu mau mendisiplinkan mereka tidak perlu menggunakan cara kasar seperti ini." Ujar Elios mencoba memberi pemahaman."Kasar? maksudmu kasar seperti apa? aku tidak menyentuh mereka, aku tidak memukul atau pun menampar mere
Tiga hari telah berlalu sejak pertengkarannya dengan Elios, malam ini Lavender berniat mengunjungi markasnya. namun sebelum itu dia hendak menemui Elios terlebih dulu.Tok. Tok. Tok.Lavender mengetuk pintu kamar Elios tiga kali, tak berselang lama pintu terbuka menampilkan sosok Elios yang sedang bertelanjang dada."Lav, ada apa?" heran Elios."Jaga, Ezra, aku ada perlu di luar." Ujar Lavender tanpa basa basi.Mendengar hal itu, kedua alis Elios terangkat."Malam-malam begini? lebih baik besok saja kalau mau pergi keluar, Lav, hari ini sudah terlalu malam." Nasehat Elios."Aku tidak meminta pendapatmu, El, aku hanya minta kamu jagain, Ezra, selama aku pergi." Tukas Lavender dingin.Helaan nafas berat terdengar dari Elios, melihat sorot mata Lavender yang begitu dingin membuat Elios mau tak mau akhirnya mengangguk pasrah, dia tidak ingin bertengkar dengan Lavender seperti beberapa hari yang lalu."Oke, aku akan menjaganya tapi, kamu harus pergi membawa bodyguard, agar mereka bisa menj
Semilir angin malam, menerbangkan helai demi helai rambut Lavender yang sedang berdiri di balkon kamarnya.Satu minggu sudah berlalu sejak dia kembali hidup dari kematiannya. saat ini pikiran Lavender sedang menerawang jauh pada kejadian beberapa tahun yang lalu, saat dia di jual sebagai jaminan untuk mendapatkan bantuan dana dari Elios Greyson.Beberapa tahun yang lalu.........Mansion Pradivta terlihat tenang dari luar, namun berbeda dengan kondisi di dalamnya yang terlihat sangat tegang.Di ruang tamu terlihat seorang gadis yang baru saja pulang sekolah, menatap murka pada kedua orang tuanya."Maksud kalian apa? Kenapa kalian tega melakukan ini padaku." Sentak gadis yang baru menginjak usia 17 tahun, dia Lavender Pradivta."Jangan banyak tanya, Lavender! kamu cukup mengikuti perintah kami." Sahut sang ayah."Kenapa aku harus mengikuti perintah kalian? selama ini aku selalu menuruti semua ucapan kalian, tapi apa yang aku dapat hah? kalian bahkan enggan menganggap aku sebagai putri ka
Lavender sedang bersiap-siap pergi membeli pakaian bersama, Ezra. dia sudah memandikan putranya tadi, hari ini Lavender mengenakan atasan blouse berwarna putih di padukan dengan celana panjang berwarna hitam.Rambut hitamnya dia gerai begitu saja, setelah semua siap. Lavender menghampiri Ezra yang sedang duduk di ranjang king size sembari mengayun-ayunkan kedua kakinya."Sayang, maaf yah, Mamah, lama." Ujar Lavender tak enak.Ezra menoleh, dia kagum dengan wajah ibunya sendiri."Mamah, cantik." cetus Ezra.Lavender tertawa lirih, dia berjongkok di depan Ezra lalu mengecup singkat pipi chubby putranya."Kamu, juga ganteng." Sahut Lavender."Kita berangkat sekarang yuk, mumpung belum siang." ajaknya pada Ezra.Ezra mengangguk kecil, dia turun dari ranjang di bantu Lavender. mereka berdua bergandengan tangan menuju pintu keluar.Saat Lavender membuka pintu, dia terkejut melihat Elios berdiri di depannya."El? ngapain kamu berdiri di sini?" heran Lavender.Mendengar pertanyaan tersebut, E
Ruangan bernuansa abu-abu yang menjadi warna favorit bagi Elios, terlihat hening dan tenang sebelum seseorang menerobos masuk ke dalam ruangannya.BRAAKK.Elios yang tadinya sedang sibuk menggoreskan pulpen di atas kertas, seketika langsung melihat ke arah pintu.Dia tertegun melihat ibunya datang secara tiba-tiba tanpa memberi kabar terlebih dulu.Elios bergegas menyambut kedatangan ibunya, dia memundurkan kursi kebesarannya dan melangkah menuju tempat ibunya berdiri."Bu, tumben kesini nggak ngabarin dulu?" ucap Elios begitu berhadapan dengan ibunya."Ibu, buru-buru jadi tidak sempat memberitahu mu. ngomong-ngomong ada hal penting yang ingin, Ibu, bicarakan denganmu, Nak." sahut Ibu Elios yang bernama JASMINE GREYSON.Elios mengernyit heran, dia lantas mengajak ibunya menuju sofa panjang yang ada di samping meja kerja Elios.Mereka berdua duduk saling berjejeran, Jasmine nama ibu Elios. dia meraih tangan putranya secara mendadak hingga membuat Elios terkejut."Bu, ada apa?" heran El