Gelap, satu kata yang Lavender rasakan. dia berjalan menyusuri tempat yang tidak ada cahaya sama sekali. Hingga beberapa saat kemudian dia melihat secercah cahaya dari kejauhan.
Lavender berjalan ke arah cahaya tersebut, namun semakin dia mendekat cahaya itu semakin jauh. Lavender berlari hingga terengah-engah dia terus mengejar cahaya itu.'Aku harus keluar dari sini!' tekad Lavender.Samar-samar dia seperti mendengar suara putranya yang memanggil dirinya. Hal itu membuat Lavender sangat ingin bertemu lagi dengan Ezra.Perjuangan Lavender untuk mencapai cahaya itu akhirnya membuahkan hasil dan Lavender berhasil masuk ke dalam cahaya tersebut.DEGH.Jantung Lavender terasa sangat sakit seperti di tikam oleh belati yang sedang mengoyak jantungnya.'Sakit.' batin Lavender."Aarrgh." Lavender mengerang keras dan membuka kelopak matanya secara paksa.Dia terperangah saat melihat ruangan yang menjadi tempatnya tidur selama menjadi istri Elios."Apa ini? bukannya aku sudah mati." heran Lavender sembari menatap sekelilingnya.Dia bangun dari rebahannya dan berjalan menuju jendela kamarnya. Dia melihat keluar jendela. Suasana yang sama dan musim panas masih berlangsung seperti saat dia belum meninggal dunia."Mungkinkah aku kembali hidup?" raut bingung terlihat jelas di wajah Lavender.Dia berjalan menuju cermin, wajahnya masih sama seperti saat dia belum meninggal dunia."Tanggal berapa sekarang." gumam Lavender .Dia melangkah menuju nakas untuk mengambil ponselnya. Saat dia menghidupkan ponsel Lavender tak bisa menutupi rasa terkejutnya ."Aku benar-benar kembali ke masa lalu." ujarnya tak percaya.Tanggal di ponselnya menunjukan hari Selasa tanggal satu bulan Maret, yang artinya dia kembali hidup dua bulan sebelum kematiannya.Rasa haru menyelimuti perasaan Lavender, dia tidak pernah mengira jika Tuhan masih berbaik hati memberinya kesempatan kedua untuk hidup.Di tengah perasaan bahagia yang Lavender rasakan, tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk dari luar hingga membuat Lavender terlonjak kaget.Tok! Tok! Tok!"Nyonya." panggil seorang pelayan dari balik pintu kamar Lavender.Lavender melangkah menuju pintu, dia membukanya perlahan hingga terlihat sosok pelayan yang sedang menundukkan kepalanya."Ada apa?" ujar Lavender datar."T-tuan muda de-demam, Nyonya. Dia terus me-memanggil nama anda." ucap pelayan tersebut gagap.Degh!"Demam sejak kapan Ezra demam?" tanya Lavender panik.Pelayan itu mendongak, dia mengernyit heran melihat respons nyonya rumahnya yang tidak seperti biasanya.Lavender yang tak mendapat jawaban dari pelayan di hadapannya menjadi geram, dia menatap tajam sosok pelayan tersebut."Kenapa kamu tidak menjawab, apa kamu bisu?" tanya Lavender dingin.Seketika pelayan tersebut langsung menunduk lagi, dia meremas kedua tangannya yang sudah berkeringat dingin."Ma-maaf, Nyonya. Saya salah." cicit pelayan tersebut.Lavender berdecak sebal. "Ck sudahlah biar saya lihat sendiri kondisi Ezra.""Y-yah?" bingung pelayan itu."Kamu tuli? Saya bilang saya akan melihat kondisi Ezra sendiri!" geram Lavender."Tapi, Nyonya-""Kamu berani menghalangi saya?" ucap Lavender penuh penekanan.Pelayan itu menggeleng pelan. "Maaf Nyonya saya telah lancang."Lavender tak menjawab, dia mengambil ponsel lalu menghubungi dokter pribadi keluarganya untuk segera datang ke mansion Greyson.Selang beberapa saat Lavender keluar dari kamarnya dan berjalan menuju pintu bercat hitam.Ceklek!Saat pintu terbuka suasana kamar Ezra terlihat sangat kotor dan tidak terawat, banyak sarang laba-laba di setiap dindingnya. Lavender terdiam di depan pintu dia ragu untuk masuk. Namun beberapa saat kemudian dia memberanikan diri melangkah maju menuju ranjang yang terlihat sudah usang dan rapuh .'Bisa-bisanya aku menempatkan Ezra di ruangan kotor seperti ini, pantas saja dia sakit.' Batin Lavender.Tap! Tap! Tap!Lavender tiba di sisi ranjang milik Ezra, dia lalu membungkukkan badannya dan menempelkan telapak tangannya di kening Ezra."Suhu tubuhnya sangat panas." gumam Lavender.Lavender tak menghiraukan tatapan pelayan di belakangnya. Samar-samar dia juga mendengar bisik-bisik mereka yang keheranan. Dia menatap wajah Ezra dalam diam hingga beberapa saat kemudian Ezra mulai terbangun."Eugh." Ezra, melenguh pelan dia mengucek kedua matanya lalu membukanya perlahan.Seketika raut ketakutan tak bisa Ezra sembunyikan, kedua pupil matanya bergetar hebat begitu juga dengan tubuhnya ."Ma-mamah?" ucap Ezra gugup, dia langsung duduk tegap di atas ranjang.Lavender tersenyum kecut. Dia meremas kedua tangannya tanpa sadar, Lavender ingin mendekat tapi dia ragu dan takut jika putranya akan mengusir dirinya dari sana."Sayang, k-kamu sakit? kenapa kamu tidak bilang sama Mamah."Raut wajah Lavender tak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, Lavender hendak menyentuh rambut Ezra, meski ragu jika putranya itu akan menolak namun Lavender tetap memberanikan diri.'Aku tidak ingin menyesal seperti dulu.' batin Lavender.Sayangnya belum sempat tangan Lavender menyentuh surai Ezra, anak kecil itu sudah lebih dulu berlutut dengan tubuh yang bergetar ketakutan di atas ranjang."Maafin, Eza Mah, Eza salah, Eza ndak cakit, Eza ndak apa-apa, Mah." ucap Ezra cadel.Degh!"Ah jadi begini kelakuanku di masa lalu, aku membiarkan anakku kesakitan sendirian di dalam ruangan kumuh seperti ini. Aku benar-benar bukan ibu yang baik." gumam Lavender sedih.Lavender memaksakan senyumnya, satu-satunya cara agar dia bisa lebih dekat dengan putranya adalah menjalin komunikasi dengan baik bersama Ezra. "Sayang, kamu nggak salah jadi kamu nggak perlu minta maaf." Ujar Lavender selembut mungkin.Ezra mendongak dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Eza ndak mau nyusahin Mamah, Eza ndak cakit Mah."Lavender menghela nafas berat, dia harus bekerja keras untuk membujuk putranya agar mau makan bersama dengannya."Ezra." panggil Lavender yang kini sudah duduk di samping Ezra.Dia memberanikan diri mengangkat tubuh mungil Ezra ke dalam pangkuannya, lalu mengusap surai hitam milik putranya dengan sayang."Maafin, Mamah yah selama ini, Mamah udah jahat sama kamu." Ucap Lavender sungguh-sungguh.Ezra mendongak, dia melihat kedua netra Lavender yang sudah berkaca-kaca. Tanpa diduga, Ezra langsung turun dari pangkuan Lavender. Dia beringsut mundur menjauhi Lavender."Mamah, ndak calah. Acu yang calah, Mah maafin, Eza udah nyusahin Mamah." Ucap Ezra sendu.Air mata Lavender yang sejak tadi dia tahan kini tumpah membasahi kedua pipinya, hatinya sakit melihat Ezra enggan berdekatan dengannya."Maaf....maaf, sayang selama ini, mamah udah jahat sama kamu." Racau Lavender .Perasaan Lavender terasa sangat sesak. Dia melihat Ezra turun dari ranjang dan berjalan menghampiri salah satu pelayan yang berdiri di ruangan itu."Ezra." lirih Lavender.Namun Ezra tak menjawab, dia memilih bersembunyi di balik tubuh pelayan itu."Nyonya, sepertinya tuan muda belum terbiasa dengan sikap Nyonya. Seiring berjalannya waktu tuan muda pasti mau menerima, Nyonya." nasehat pelayan itu.Lavender terdiam, perasaannya terasa kosong saat Ezra lebih memilih pelayan itu dibanding dirinya.Di sebuah ruangan yang terlihat cukup berantakan dengan adanya kertas yang berserakan di atas meja, terlihat seorang pria sedang sibuk menatap layar ponselnya sejak tadi.Dia Elios Greyson, pemilik perusahaan bernama G Group perusahaan raksasa yang sudah berdiri selama delapan tahun .Kedua netranya tak berkedip selama dia melihat layar ponselnya, beberapa kali terlihat guratan halus di wajah tampan pria itu. Hingga beberapa saat kemudian dia kembali mematikan ponselnya dan meletakannya di atas meja.Elios merebahkan kepalanya pada sandaran kursi. Dia menatap langit-langit ruangannya yang berwarna abu-abu."Trik apa lagi yang dia gunakan kali ini?" gumam Elios.Baru saja dia mendapat pesan dari pelayan di rumahnya yang dia tugaskan untuk mengawasi Lavender, Elios sungguh tidak mempercayai rekaman yang dia dapat barusan ."Sepertinya aku harus pulang dan melihat sendiri sikap, Lavender. Dia pasti menyiapkan siasat buruk lagi untuk menyingkirkan Ezra." gumam Elios.Dia mengambil kembali
Waktu berlalu dengan begitu cepat, tanpa terasa siang telah berganti malam. Dan Saat ini Lavender baru saja melihat putranya selesai di periksa dan meminum obatnya."Bagaimana kondisi putraku, dok?" tanya Lavender."Tuan muda, hanya kelelahan, nyonya. anda tidak perlu khawatir setelah tuan muda istirahat dengan baik pasti tubuhnya kembali sehat." sahut dokter itu sopan.Lavender mengangguk paham, dia lalu mengantar dokter itu keluar dari mansion Greyson. Selepas kepergian sang dokter Lavender kembali masuk ke dalam rumah, namun tatapannya terkunci pada foto pernikahan yang terpajang di ruang keluarga.Dia melangkah menuju foto tersebut, Lavender mengamati foto itu dengan seksama. Foto pernikahan tanpa adanya raut bahagia di wajah masing-masing."Sepertinya aku harus membuat foto lagi agar, Ezra, bisa ikut." Gumamnya.Setelah memikirkan beberapa hal, dia memilih kembali naik ke lantai dua namun kali ini tujuannya bukan kamarnya melainkan kamar sang suami yang berseberangan dengan kamar
Di sebuah bar yang terletak di salah satu kota italia. Tempat biasa bagi orang-orang menghabiskan uang mereka, terlihat seorang wanita sedang duduk di pojok ruangan sembari menggerutu.Dia Maya Harper, mantan pacar Elios Greyson yang dulu sempat menjadi satu-satunya wanita bagi hidup Elios sebelum sebuah insiden menghancurkan hubungan mereka."Ck brengsek, kenapa Elios sulit sekali di dekati?" gerutunya.Di saat itu pula datanglah dua pemuda yang menghampiri Maya, mereka mengenakan pakaian santai dan memegang wine di tangan masing-masing."Kamu kenapa, May?" tanya salah satu pemuda yang baru saja tiba di hadapannya.Maya mendongak menatap kedua pemuda tersebut. "Elios, susah banget di deketin ngeselin banget sumpah.""Pfftt lagian kamu bego banget, May. kamu kan tau Elios, udah nikah dimana-mana kalo orang udah married nggak mungkin mau sama cewek lain." ujar pemuda berambut coklat bernama Levi Miles. "Yah aku setuju pendapat Levi, kamu harusnya sadar Elios bukan milik kamu lagi, May
Sinar matahari mulai menerobos masuk, melalui celah-celah kecil dari jendela kamar Lavender. Di atas ranjang king size, terlihat dua orang masih tertidur pulas.Beberapa saat kemudian, orang yang tak adalah Lavender dan Ezra mulai menggeliat di atas tempat tidur. Lavender perlahan membuka kedua kelopak matanya."Eugh, sudah pagi ternyata." Gumamnya lirih.Tangannya yang masih memeluk Ezra, perlahan dia angkat. Lavender menyentuh kening Ezra perlahan."Sukur lah, panasnya sudah turun." Ucap Lavender lega.Lavender perlahan keluar dari selimut tebal itu, dia turun dari ranjang dan bergegas menuju kamar mandi.Lima belas menit kemudian, Lavender kembali keluar dari kamar mandi setelah membasuh wajahnya dan sikat gigi.Dia mendekat ke arah Ezra, lalu mengecup singkat kening Ezra penuh kasih sayang.Dia menatap dalam sosok mungil, yang terbungkus selimut di atas ranjang king sizenya.'Akhhh, aku sangat ingin memakan pipinya yang gembul itu.' Batin Lavender menjerit gemas.Sesaat kemudian,
"LAVENDER PRADIVTA!" Suara teriakan menggema dalam mansion Greyson, Lavender menoleh ke arah tangga. Dia melihat Elios sedang menuruni tangga dengan tergesa-gesa.Tap. Tap. Tap.Saat Elios sampai di depan istrinya, Elios hendak menarik pergelangan tangan Lavender namun langsung di tepis olehnya."Cepat katakan apa maumu? kenapa pagi-pagi kamu sudah berteriak seperti di hutan, El?" tukas Lavender dingin."Hah~ harusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kamu mengumpulkan semua pelayan pagi-pagi begini?" ujar Elios menurunkan nada suaranya."Aku, hanya mendisiplinkan mereka, itu saja tidak lebih." Mendengar jawaban acuh tak acuh dari Lavender, membuat kepala Elios berdenyut-denyut. Dia sulit memahami pikiran Lavender yang sering kali membuatnya salah paham."Lav, kalo kamu mau mendisiplinkan mereka tidak perlu menggunakan cara kasar seperti ini." Ujar Elios mencoba memberi pemahaman."Kasar? maksudmu kasar seperti apa? aku tidak menyentuh mereka, aku tidak memukul atau pun menampar mere
Tiga hari telah berlalu sejak pertengkarannya dengan Elios, malam ini Lavender berniat mengunjungi markasnya. namun sebelum itu dia hendak menemui Elios terlebih dulu.Tok. Tok. Tok.Lavender mengetuk pintu kamar Elios tiga kali, tak berselang lama pintu terbuka menampilkan sosok Elios yang sedang bertelanjang dada."Lav, ada apa?" heran Elios."Jaga, Ezra, aku ada perlu di luar." Ujar Lavender tanpa basa basi.Mendengar hal itu, kedua alis Elios terangkat."Malam-malam begini? lebih baik besok saja kalau mau pergi keluar, Lav, hari ini sudah terlalu malam." Nasehat Elios."Aku tidak meminta pendapatmu, El, aku hanya minta kamu jagain, Ezra, selama aku pergi." Tukas Lavender dingin.Helaan nafas berat terdengar dari Elios, melihat sorot mata Lavender yang begitu dingin membuat Elios mau tak mau akhirnya mengangguk pasrah, dia tidak ingin bertengkar dengan Lavender seperti beberapa hari yang lalu."Oke, aku akan menjaganya tapi, kamu harus pergi membawa bodyguard, agar mereka bisa menj
Semilir angin malam, menerbangkan helai demi helai rambut Lavender yang sedang berdiri di balkon kamarnya.Satu minggu sudah berlalu sejak dia kembali hidup dari kematiannya. saat ini pikiran Lavender sedang menerawang jauh pada kejadian beberapa tahun yang lalu, saat dia di jual sebagai jaminan untuk mendapatkan bantuan dana dari Elios Greyson.Beberapa tahun yang lalu.........Mansion Pradivta terlihat tenang dari luar, namun berbeda dengan kondisi di dalamnya yang terlihat sangat tegang.Di ruang tamu terlihat seorang gadis yang baru saja pulang sekolah, menatap murka pada kedua orang tuanya."Maksud kalian apa? Kenapa kalian tega melakukan ini padaku." Sentak gadis yang baru menginjak usia 17 tahun, dia Lavender Pradivta."Jangan banyak tanya, Lavender! kamu cukup mengikuti perintah kami." Sahut sang ayah."Kenapa aku harus mengikuti perintah kalian? selama ini aku selalu menuruti semua ucapan kalian, tapi apa yang aku dapat hah? kalian bahkan enggan menganggap aku sebagai putri ka
Lavender sedang bersiap-siap pergi membeli pakaian bersama, Ezra. dia sudah memandikan putranya tadi, hari ini Lavender mengenakan atasan blouse berwarna putih di padukan dengan celana panjang berwarna hitam.Rambut hitamnya dia gerai begitu saja, setelah semua siap. Lavender menghampiri Ezra yang sedang duduk di ranjang king size sembari mengayun-ayunkan kedua kakinya."Sayang, maaf yah, Mamah, lama." Ujar Lavender tak enak.Ezra menoleh, dia kagum dengan wajah ibunya sendiri."Mamah, cantik." cetus Ezra.Lavender tertawa lirih, dia berjongkok di depan Ezra lalu mengecup singkat pipi chubby putranya."Kamu, juga ganteng." Sahut Lavender."Kita berangkat sekarang yuk, mumpung belum siang." ajaknya pada Ezra.Ezra mengangguk kecil, dia turun dari ranjang di bantu Lavender. mereka berdua bergandengan tangan menuju pintu keluar.Saat Lavender membuka pintu, dia terkejut melihat Elios berdiri di depannya."El? ngapain kamu berdiri di sini?" heran Lavender.Mendengar pertanyaan tersebut, E