Cerita Richard tentang gadis 10 tahun yang menjadi cinta pertamanya, begitu menyita hati dan pikiran Kimberly. Hal tersebut membuat Kimberly pada malam harinya bermimpi bertemu dengan seorang gadis kecil dengan rambut panjang kepang dua, yang tersampir di bahu kanan dan kiri. Gadis itu memakai rok putih tipis yang terkibar saat terkena tiupan angin, seperti sedang menari mengikuti kemana arah angin bertiup. Gadis itu muncul dari tengah hamparan bunga di bukit yang dirinya datangi bersama Richard. Situasinya menjadi menakutkan ketika gadis itu menatap dirinya dengan tatapan kosong, membuat bulu kuduk berdiri. Jantungnya berdetak kencang saat gadis itu bergerak mendekat ke arahnya. Dadanya tiba-tiba terasa sesak dan sulit bernafas, ingin rasanya lari menghindari gadis itu, namun kakinya seolah tertanam di tanah di tempatnya berpijak. Dia berusaha menjerit minta tolong, namun suaranya hanya berhenti di tenggorokan tanpa bisa keluar dari mulut. Gadis kecil itu berhenti tepat di depan K
Seulas senyuman terus terkembang di bibir Kimberly saat wanita itu menyiram bunga di halaman rumah. Ingatan tentang Richard yang memeluknya semalaman, menari-nari di kepala. Hatinya semakin berbunga-bunga ketika paginya saat dia membuka mata, pria itu masih mendekapnya.Bukan hanya itu, hatinya semakin melambung tinggi ketika sebelum beranjak dari ranjang, Richard memberinya kecupan manis di kening dan bibir. Dirinya dibuat melayang oleh sikap suaminya yang sangat lembut dan manis, berbeda dengan Richard yang dia kenal sebelumnya.Kini aroma tubuh pria itu melekat kuat di indra pembaunya. Rasa mint bibir suaminya, membuatnya ingin merasakan dan melumatnya lagi.“Ternyata pernikahan ini tidak semenakutkan yang aku bayangkan,” kata Kimberly dalam hati.Kimberly mengungkapkan kebahagiaannya dengan mendendangkan sebuah lagu, pinggul dan tubuhnya ikut bergerak mengikuti nada lagunya. Tangannya yang memegang selang air, juga ikut bergerak hingga airnya ikut menari mengiringi kebahagiaannya.
Setelah kedatangan Jimmy, sikap Richard kembali seperti dulu lagi. Tidak ada kehangatan dan kelembutan, yang ada hanya sikap dingin yang tidak bersahabat.Kimberly sangat merasakan perubahan tersebut, bahkan ketika mereka tidur dalam satu ranjang, Richard sama sekali tak bicara padanya. Hal tersebut membuatnya merasa serba salah dan canggung.“Kalau boleh tahu, apa yang kamu bicarakan dengan Jimmy?” Kimberly mencoba membuka percakapan untuk mengurangi rasa canggungnya.“Aku sedang tidak ingin membicarakannya,” jawab Richard dengan tetap memejamkan mata, seolah tidak ingin diganggu.“Apakah ada masalah? Mungkin aku bisa membantumu,” tawar Kimberly.Richard akhirnya membuka mata dan menatap istrinya. “Aku butuh ruang dan waktu untuk sendiri.”Mendengar hal tersebut, Kimberly seketika menatap nanar ke arah suaminya. Dia kemudian menegakkan tubuhnya dan mengambil posisi duduk.“Jika kamu ingin sendiri, apakah itu artinya kamu ingin kita kembali dengan kamar terpisah seperti sebelumnya?” K
Kimberly melihat keterkejutan Richard ketika dirinya masuk ke ruang pertemuan. Dia tahu, Richard pasti sudah menyuruh Jimmy untuk melarangnya masuk. Namun dia tidak akan membiarkan dirinya seperti orang bodoh yang tidak tahu apa yang terjadi.Ada ekspresi kemarahan di wajah pria itu,tetapi Kimberly memilih untuk mengabaikannya dan tetap berada di ruang pertemuan tersebut.Tak lama setelah dirinya masuk, Jimmy muncul dan berusaha mengajaknya keluar dari ruang pertemuan, tetapi dia menolak dengan tegas.“Aku akan tetap di sini bersama suamiku,” tolaknya pada Jimmy.“Tuan Richard akan marah jika Anda tetap berada di sini,” Jimmy berusaha mengingatkan, tetapi dia tidak bergeming.Pria itu hampir saja menyentuhnya untuk membawanya keluar dari ruang pertemuan, namun tiba-tiba dia menjauh dan pergi dari ruangan tersebut, membuat Kimberly merasa bingung dengan sikap Jimmy yang berubah dengan cepat.Tanpa Kimberly tahu jika Richard menatap tajam ke arah Jimmy, membuat pria itu menyadari jika R
Rumah yang Richard maksud bukanlah rumah mereka di Woodstock. Pria itu mengajak Kimberly ke sebuah gedung mewah dan membawanya ke lantai tertinggi gedung tersebut. Kimberly terkejut ketika masuk ke sebuah penthouse luas dan megah dengan fasilitas modern dan mewah.Penthouse tersebut berdinding kaca sehingga dia bisa melihat pemandangan kota di bawah kakinya. Seperti terhipnotis, Kimberly pun berjalan mendekati dinding kaca tersebut dan menatap pemandangan indah di depannya, rasanya seperti tinggal di atas awan.Richard berdiri di belakang istrinya dan menatap punggung wanita itu dengan tatapan tak terbaca. Ingin sekali menyentuh wanita itu, namun saat ini dia tidak bisa percaya pada siapapun termasuk istrinya sendiri. Apalagi Kimberly adalah wanita yang dipilih Johana untuk menikah dengannya.Sambil melonggarkan dasinya, Richard berjalan di belakang Kimberly sambil berkata, “disini hanya ada satu kamar, jadi kita akan tidur bersama kembali.”Kimberly langsung menoleh menatap suaminya,
Kimberly belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika Richard melumat bibirnya. Dia tidak berani memberontak karena menyadari posisi dirinya yang sebagai istri pria itu dan sudah seharusnya berkewajiban melayani kebutuhan biologis suaminya.Sayangnya, ciuman Richard terasa berbeda dengan Richard yang dulu saat masih berada di kursi roda. Dulu pria itu memperlakukannya dengan lembut, tetapi kini ciumannya begitu menuntut dan kasar, seakan suaminya itu sedang marah dengan seseorang.Bukannya membuat Kimberly senang, ciuman itu malah membuatnya takut hingga tubuhnya menegang penuh antisipasi.Respon tubuh Kimberly membuat Richard kesal. Dia kemudian merobek baju tidurnya istrinya hingga membuat wanita itu terpekik kaget. Kini kain merah yang menutupi aset Kimberly terpampang di depan matanya dan Richard sempat tersentak karena pemandangan itu menyulutkan gairahnya.Tubuh Kimberly gemetar karena khawatir pria itu akan melukainya. Tatapan Richard yang menggelap dan tajam, terlihat seperti
Kimberly menarik selimut dan menutup tubuh telajangnya, hatinya terluka ketika Richard menjauh darinya. Ternyata kejujurannya membuat pria itu tak berniat lagi menyentuhnya. “Aku tidak bisa melakukannya dengan seorang perawan,” ujar Richard sambil memakai pakaiannya. Sebenarnya bukan karena Richard tidak menyukai seorang perawan, tetapi wanita perawan terlalu baik dan spesial untuknya. Dia hanya ingin bercinta dan bersenang-senang, bukan untuk mengukir momen spesial bagi wanita yang baru pertama kali bercinta dengan seorang pria. Namun pemikiran itu disalah artikan oleh Kimberly. Dia mengira, Richard anti dengan seorang perawan. Tentu saja karena seorang perawan tidak tahu cara bercinta yang baik, jangankan memuaskan seorang pria, bahkan dia tidak tahu harus bagaimana. Kimberly yakin dirinya terlihat begitu bodoh dan membosankan dalam urusan ranjang. Dia hanya bisa mendesah pasrah tanpa berbuat apa-apa ketika suaminya menginginkan lebih. Menahan rasa malu akan ketidakmampuannya, d
Richard memegangi kepalanya yang terasa berat, meminta Jimmy membuatkan secangkir kopi kental berharap kafein bisa membuat kepalanya lebih ringan. Dirinya mengingat lagi pertemuannya dengan Emma tempo hari di bar yang dia kunjungi.Wanita itu tanpa rasa malu mendekatinya setelah mengetahui jika dirinya telah sehat dan tidak duduk lagi di kursi roda.Beruntung dia tidak menikahi wanita seperti itu, wanita egois yang mementingkan kepentingannya sendiri. Meskipun begitu, dia tidak bisa melepaskan Emma begitu saja. Dia butuh pelampiasan atas rasa marah yang menghantuinya selama ini karena harga dirinya yang terinjak.“Aku akan membalas apa yang dulu kamu lakukan padaku,” gumam Richard dengan seringai sinis.Lamunan Richard buyar saat pintu ruangan terbuka. Dia menegakkan tubuhnya melihat Jimmy datang membawa apa yang dia minta.“Apakah Anda butuh obat pereda rasa nyeri kepala?” tanya Jimmy memastikan keadaan Richard baik-baik saja.“Obat akan membuatku ngantuk, sebentar lagi akan ada pert