Share

Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....
Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....
Author: Iin Romita

Bab 1 Damar Wijaya

Author: Iin Romita
last update Last Updated: 2024-10-19 09:22:48

Siang ini langit Jakarta tampak kelam karena hujan deras tak kunjung reda, terlihat dari dalam membasahi kaca jendela kantor Wiharta Wijaya Group yang megah. Suara turunnya hujan yang teratur seolah menjadi latar belakang menambahnya kesan suram di ruang kerja para pegawai.

Di salah satu lantai tertinggi gedung pencakar langit itu, sebuah kantor dengan pintu kaca transparan menjadi pusat perhatian. Di dalamnya, Damar Wijaya, seorang Presiden Direktur Wiharta Wijaya Group yang baru kembali dari luar negeri, duduk di belakang meja kayu yang mengkilap. Sosoknya yang tegap dan wajahnya yang dingin memancarkan aura kekuasaan.

Damar Wijaya dikenal sebagai pengusaha yang keras dan tak kenal kompromi. Karyawan di sana pun tahu bahwa berurusan dengan Damar berarti harus siap menghadapi tekanan yang tak tertandingi. Namun, hari ini adalah hari yang istimewa bagi Damar—hari di mana dia akan memberikan pelajaran kepada seorang wanita, Anna, wanita yang akan dijodohkan dengannya. Pria itu berencana memberikan segudang pelajaran untuk wanita tersebut.

Sebelum Anna datang, ia memiliki banyak urusan dengan asistennya.

"Apa kau sudah menemukan wanita itu?!!" tanya Tuan Anna pada asisten kepercayaannya.

Sorot mata tajamnya tidak memandang kearah pria yang bernama Asisten Lian itu. Pandangan jauh menembus jendela ruang kerjanya yang terletak di lantai 47 pada perusahaan yang dipimpinnya.

Asisten Lian menundukkan kepala takut, namun ia berusaha menutupinya dengan mengusahakan diri agar tetap tenang. Karena jawaban dari pertanyaan Tuannya akan menimbulkan teriakan yang pastinya menggetarkan ruangan serta isinya.

Masih dalam posisi jantung berdebar pria itu menunduk—kedua tangan bersatu ia menjawab. "Maaf Tuan Damar, saya belum bisa menemukan gadis itu."

"Shitt!! Harus berapa lama lagi kamu bisa membantuku menemukan gadis itu, hah!!" teriaknya hampir seluruh otot lehernya terlihat. Ia sampai memutar tubuhnya untuk menatap tajam manik mata asisten Lian.

Asisten Lian makin menjatuhkan kepalanya kebawah, merasa ia tidak berguna.

"Maafkan saya, Tuan. Barang bukti yang Anda beri belum cukup kuat untuk menunjukkan keberadaannya dimana—" Berharap satu alasan itu dapat membuat Tuannya berhenti berteriak.

"Kamu terlalu banyak alasan Asisten Lian!!!"

"Beri sepuluh triliun untuk menemukan wanita itu, hidup atau mati!!"

'Tapi, kuharap gadis itu tumbuh dewasa menjadi gadis yang cantik.' Damar memutar tubuhnya, sorot matanya menerawang jauh pada bayangan kejadian silam yang sudah berlalu selama dua belas tahun.

Asisten Lian membeliak, terkejut. "Bukankah nominal itu terlalu tinggi, Tuan Lee?!"

Seketika bayangan masa lalu itu buyar. Damar bergerak cepat ke arah Lian memberikan satu pukulan di dadanya hingga pria itu bergerak mundur karena kesakitan.

Tidak berani membantah, ia memang salah. Terlalu lancang bicara seperti itu pada Tuannya.

"Dasar asisten b0d0h kau!! Berani-beraninya kau mengatakan itu?! Harga itu tidak sebanding dengan apa yang diperbuatnya padaku!! Gadis itu telah menyelamatkan nyawaku Asisten Lian!! Berapa kali lagi harus ku jelaskan padamu!! Jika wanita itu sangat berarti di hidupku!!" teriaknya. Seluruh wajahnya yang semula putih tampak memerah karena murka.

"Maaf Tuan. Saya benar-benar minta maaf!! Saya akan menjalankan perintah Tuan sekarang. Saya permisi," ucapnya sembari memegangi perutnya.

"Kuberi waktu kau tiga hari untuk dapat menemukan gadis itu. Jika perintahku gagal kau jalankan, aku akan memecatmu. Dan kucari sendiri dia," ucap Lian tegas.

Asisten Lian menganggukkan kepalanya dan undur diri.

Beberapa saat kemudian, seseorang sedang mengetuk pintu.

"Masuk!!" titah Damar. Pria tampan dan dingin yang mengenakan kacamata berbalut setelan jas hitam itu duduk di kursi kebesarannya. Terlihat ia memijit keningnya karena pusing.

Setelah seorang wanita membuka pintu ruangannya Damar menyambutnya dengan datar, "Katakan!!" Satu tangannya memegang gagang sebuah cangkir lalu menyeruput kopi panas yang tidak lama diantarkan seorang office boy.

"Tuan, Nyonya Anna telah sampai. Saya menyuruhnya untuk menunggu di depan ruangan resepsionis. Apakah Anda akan menemuinya sekarang??!" tanya seorang wanita yang bekerja sebagai pegawai disana.

'Rupanya dia berani menginjakkan kaki di kandang singa. Tidak ada takutnya, dia pikir, aku akan menyambutnya dengan hangat? Tidak akan terjadi, harapannya hanya ada pada angannya semata! Cih!!'

Cepat ia merespon, "Tidak perlu!! Berikan saja pekerjaan terendah untuknya!" ucapnya dengan menaikkan satu kaki diatas lutut.

"T—tapi Tuan, bukankah Nyonya Anna akan menggantikan sekretaris lama Anda?!"

Damar memandang penuh murka padanya.

BRAKK!! Tumpukan berkas dengan cepat di banting di atas meja kerjanya.

Seketika jantung bawahannya terhenti. Tubuhnya terasa panas dingin tidak berani menatap wajah Damar

"Apa kau sudah tuli? Pasang telingamu baik-baik, berikan pekerjaan terendah untuknya!!"

"Baik, Tuan."

"Ajak dia ke dapur, dan suruh dia membuatkan kopi untukku. Dia sendiri yang mengantarkannya keruangan ku!" suruhnya.

"Baik Tuan."

Gegas wanita itu pergi, langkahnya cepat kembali ke luar menemui seorang wanita yang hampir sepuluh menit menunggunya.

"Nona Anna, maaf dengan segala hormat saya. Tuan Damar menyuruh Anda ke pantry untuk membuatkan kopi untuknya. Apakah Anda bersedia?" Wanita yang diperintahkan itu menundukkan kepala karena sangat malu, bahkan tidak seharusnya Tuannya memerintahkan pekerjaan tersebut.

Sesungguhnya, Nona Anna adalah wanita yang akan di jodohkan Kakek Wijaya untuk Damar, cucunya. Namun, Damar tak menerimanya.

Nona Anna tersenyum tanpa beban. Ia berdiri dan menerima perintahnya. Ia menaikkan tas ke bahunya seraya mengatakan, "Boleh saya tahu, di mana letak pantry kantornya? Saya sama sekali tidak keberatan atas perintah Tuan Lee padaku."

"Terima kasih Nona Anna, mari saya antarkan."

Anna berjalan mengikuti langkah kakinya hingga berhenti pada sebuah tempat yang dijaga kebersihannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Iin Romita
wkwk ............ kek Mbak Kunti ada di sana sini gentayangan
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
msh diawal bab j aq dah gemas bnget m c damar.hai thor apa lbr?mumet2 dah km liat aq gentayangan dimn2 heheheee
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 41

    Cepat ia merogoh saku mengambil gawai pintarnya. Menghubungi pihak berwajib. Terlihat Delia duduk berjongkok memegangi kaki Damar. "Tolong jangan penjarakan aku," pintanya dengan memasang wajah menyedihkan. Ia sudah tidak dapat melanjutkan drama itu karena Damar sudah membuka kedoknya. Dengan satu kakinya ia menendang tubuh Delia hingga tersungkur. Ia meraih gelang hitam ditangannya, menariknya paksa. "Aku tidak mau mendengar apapun lagi dari mulutmu!! Kau sudah menunjukkan betapa dirimu sangat menjijikkan!!""Cukup Damar, cukup!!" serunya masih tidak terima atas umpatan Damar padanya. Tubuhnya gemetaran karena ia tak siap untuk dipenjarakan."Ternyata selama ini, kalian bersekongkol untuk menipuku!! Lian telah menyuruhmu menjadi Hanna. Dan kau membuat sandiwara yang sangat hebat, wanita penipu!! Aku sangat bodoh telah mempercayaimu. Malah aku sudah menyia-nyiakannya cinta tulus Anna untukku, harusnya aku dari awal percaya pada Anna. Saat ini aku sadar, jika Lian berusaha membunvh

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 40

    "Sudahlah Kakek ... Kakek terlalu mengkhawatirkan Anna. Damar yang menyuruh Anna memasak! Biar dia ada gunanya di rumah ini!"Kemarahan kakek yang sudah diambang batas akhirnya meledak. Ia melempar piring ke lantai hingga pecah berkeping-keping."Kamu sudah keterlaluan!! Dasar cucu bodoh!! Sampai kapan kau buta!! Kamu tak bisa melihat wanita didepan kau ini siapa??!" Kakek ingin membongkar rahasia Anna sekarang. Rasanya ia tak sanggup melihat penindasan Damar pada Anna. Anna yang mengerti jika Kakek akan membongkar rahasianya itu menggeleng kepala. Sebagai isyarat, 'Jangan katakan pada Damar sekarang.'Tanpa Damar tahu, Anna memohon untuk tidak mengatakannya. Kakek yang melihat wajah Anna penuh permohonan itu pun menggeleng. 'Maaf Nona Anna. Kali ini Kakek akan mengatakan semuanya pada Damar.' Seketika Anna menunduk lemas."Maksud Kakek apa?? Apa kakek juga ingin menjelaskan jika Anna adalah Hanna? Begitukah?" tanya Damar dengan emosi tersulut."Tuan Damar, alangkah baiknya jika na

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 39

    Sebuah tamparan mendarat di pipi Damar. "Cucu kurang ajar!!" umpatnya. "Kakek tidak mendidik mu untuk melukai hati wanita yang baik seperti Nona Anna."Manik mata Damar sedikit melebar, sembari memegangi pipinya karena panas. "Bisa-bisanya kakek membela Anna!" bantah Damar."Ya karena kamu adalah cucu kurang ajar!! Kamu bicara seolah tak punya otak. Mudah sekali mengatakan perceraian! Memang kau pikir pernikahan adalah sebuah mainan?? Kakek sudah mempertemukan kau denhan Nona Anna. Wanita yang tulus." Rasanya Kakek geram melihat cucunya."Kakek telah diperdaya oleh wanita hina itu!!" ucap Damar dengan menunjuk ke arah Anna berdiri."Diam kau Damar!!"Kakek Wijaya menatap tajam ke arah Delia. Menumpahkan kemarahannya yang tertahan. "Dan kau!! Aku muak melihat wanita sepertimu! Lekas kau angkat kaki dari rumah ini!! Wanita penuh dengan kemunafikan!! Pembohong!!" cemooh kakek. Damar yang mendengarnya tak terima. "Cukup Kakek! Hentikan ucapan Kakek!! Dari dulu sampai sekarang kakek tida

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 38

    Siang itu, matahari menggantung malas di langit yang sedikit berawan. Setelah melewati masa krisis dan perawatan intensif, Anna akhirnya diperbolehkan pulang oleh dokter. Meski tubuhnya masih lemah, senyum hangat tetap menghiasi wajahnya yang pucat. Di sisinya, Damar berjalan pelan, membawa tas kecil berisi obat dan perlengkapan pribadi Anna.Karena Damar pun harus kembali ke rutinitas kerjanya di kantor, beberapa hari ia terpaksa absen, demi menuruti perintah kakeknya menjaga Anna. Ada dokter juga yang akan memeriksanya, memantau perkembangan keadaan Anna setiap harinya.Damar tanpa Lian bekerja lebih berat, ia turun dari mobilnya membuka pintu untuk istrinya. Bukan tanpa alasan, ini atas dasar perintah sang kakek."Turun, tak usah manja!" celotehnya. Anna turun dengan perlahan-lahan. Mobil kakek yang menyusul dari belakang pun berhenti tepat disamping mobil Damar.Ia dengan bantuan supir segera turun, melihat perlakuan Damar pada Anna, ia pun berteriak. "Damar!! Papah istrimu! Kea

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 37

    Ruangan rumah sakit dipenuhi ketegangan. Suara detak jam di dinding terdengar jelas, seakan menghitung waktu. Di ranjang mayat, Mira, perawat yang sebelumnya dibius oleh Lian, kini telah sadar. Wajahnya masih pucat. Ia menekan kepalanya pusing. Matanya mengedar ke sekelilingnya, banyak orang dalam ruangan itu. Dokter kembali bertanya, "Perawat Mira, coba ceritakan pada Pak Damar, apa yang sebenarnya terjadi terhadapmu?" Ini adalah kesempatan terbaik untuk mengatakan pada Damar. Karena posisi Lian sudah terpojok. Ia menceritakan semua, tentang kejahatan Asisten Lian, ia telah membiusnya, karena perawat Mira mengetahui jika suntikan yang berisi cairan racun itu adalah milik Lian. "Tuan Damar, suntikan racun itu adalah milik asisten Anda. Pria itu berusaha membunuh istri Anda!" serunya, menatap langsung ke arah Damar dan petugas keamanan yang mengelilingi ruangan. Tidak tinggal diam, Lian segera membela diri. "Bohong, dia berkata bohong, Tuan percayalah pada saya. Saya telah

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 36

    Malam itu, rumah sakit terasa lebih sunyi dari biasanya. Hanya sesekali terdengar suara langkah kaki para perawat yang bergantian berjaga. Di koridor yang temaram, perawat Mira—wanita yang sebelumnya bertugas menangani hasil laboratorium Anna—melangkah dengan perasaan waspada.Entah kenapa, sejak tadi ia merasa ada seseorang yang mengikutinya. Ia menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa. Namun, perasaan tidak nyaman itu semakin kuat. Kali ini memang ia harus lebih berhati-hati, karena ia telah mengetahui satu hal dan ia harus segera memberitahukan pada Damar akan perbuatan asistennya yang tidak ia ketahui."Seharusnya aku tidak melewati lorong sepi ini. Aku merasa takut sendri. Takut jika pria itu akan berbuat sesuatu yang membuatku celaka. Semoga Tuhan menyelamatkan nyawaku." Dengan sedikit mempercepat langkahnya, ia menuju ruang arsip, tempat ia harus menyerahkan beberapa laporan terakhir sebelum pulang.Di tikungan lorong yang sepi, bayangan hitam muncul dari balik pilar. Sebelu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status