Share

Bab 2 Pria Arogan

Penulis: Iin Romita
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-19 09:23:29

"Permisi, Tuan. Saya Anna membawakan kopi panas Anda."

Damar yang mendengar suara Anna tidak lekas menyahut. Bahkan memandang wajahnya saja ia muak.

Baginya, tidak akan ada wanita lain yang akan mampu singgah di hatinya. Hanya ada satu nama wanita semasa kecilnya dulu. Tidak ada yang lainnya.

Damar menyibukkan tangan dan mata hanya pada meja kerjanya saja. Tidak menggubris ucapan Anna yang telah berdiri sedikit lama di ambang pintu.

Tak berani melangkahkan kaki selangkah pun maju. Sebelum pria culas itu mempersilahkan masuk.

Anna menghembuskan nafas panjang. Haruskah ia mengulang perkataannya? Padahal yang di rasakan, Damar sudah mendengarnya.

"Permisi Tuan, saya mengantarkan kopi untuk Anda."

Sementara Damar masih dengan urusan pekerjaannya sendiri.

'Rasakan, diam saja kau di situ mematung. Sampai kakimu gemetar karena pegal! Siapa suruh berani datang ke perusahaan ku!' batin Damar tertawa senang.

Anna menetralkan debaran jantungnya. Tak tahu sekarang, ia harus mundur atau melangkah maju. Ia sadar, jika pria itu tidak menyukai keberadaannya.

"Tuan Damar, saya tahu, jika Anda tidak menyukai saya berada di sini. Jika demikian, lebih baik saya pergi."

Mendengar itu, Damar langsung menyahut, "Good! Baguslah kalau kau sudah paham tanpa aku jelaskan, lebih baik kau pergi saja, daripada kau terkena murkaku, Nona Anna yang terhormat. Sampai kapanpun, aku tidak akan sudi menjadikanmu sebagai pendamping hidupku!! Kubur Saha mimpimu itu!"

Benar dugaan Anna, Damar memang tidak mengharapkan kehadirannya. Lantas untuk apa sang kakek menjodohkannya dengan pria culas itu? Ia harus mengambil tindakan agar perjodohan ini dibatalkan.

Anna memberanikan diri untuk berjalan maju mendekati meja kerja Damar. "Saya letakkan kopi Anda di sini."

Dalam kesibukannya, Damar memperhatikan lengan tangan Anna meletakkan cangkir di tepi mejanya. Meski yang ada di sana terdapat dua buah cangkir di tempat sama. Kornea mata Damar tak lepas dari rangkaian gelang yang terbuat dari kain berwarna hitam melingkar di pergelangan tangannya.

'Gelang itu ... Bagaimana mungkin wanita itu memiliki gelang yang sama? Apa ...' (Berpikir jika sebenarnya dia ...) 'Tidak! Itu tidak mungkin. Dia tidak mungkin Hanna. Itu hanya kebetulan? Atau wanita itu mempunyai segudang cara untuk mendekatiku dengan cara yang busuk?!' duga Damar

Saat Anna memutar tubuhnya, Damar gegas menahannya. Pria itu dengan kasar menggenggam erat tangan Anna, hingga wanita itu kesakitan.

"Lepaskan tangan Anda Tuan Damar! Apa yang Anda perbuat?" Sorot mata Anna melihat ia makin kuat memegang pergelangan tangannya.

Tanpa menjawab, Damar menarik gelang yang dipakai Anna hingga terlepas. Sepintas ia melihat wajah Anna yang sangat cantik. Saat Anna menyibak rambutnya yang panjang, Damar melihat wanita itu memakai alat bantu pendengaran yang terpasang di telinga.

'Wanita itu memiliki masalah dengan pendengarnya?' batinnya bertanya.

Sementara Anna tidak terima jika barang miliknya diambil paksa oleh siapapun. Apa lagi barang itu sangat berarti dalam hidupnya.

Damar berdiri dengan mengacungkan jari telunjuknya. "Dari mana kau dapat gelang imitasi ini? Katakan!" Sorot matanya t4j4m.

"Kembalikan! Itu gelang milikku!" Anna berusaha memintanya kembali.

"Aku tahu wanita apa seperti kamu ini, berbagai cara akan kaulakukan demi mendapatkan satu keberhasilan meski dengan cara kotor!"

"Apa maksud Anda? Saya tidak mengerti," sanggah Anna bingung dengan ucapannya.

"Pergi kau dari sini wanita hina!" Pria dengan otot kekarnya itu mendorong tubuh Anna hingga wanita itu terjatuh. Alat bantu pendengaran berwarna putih itu pun ikut terlepas. Gegas Anna mengambil dan memasangnya kembali. Sempat suara dengungan menyakitkan saat alat itu lepas.

Anna mencoba untuk bangkit. "Aku akan pergi, tapi tolong, kembalikan gelang milikku!"

Damar berjalan mendekati tubuh Anna satu tangannya mencengkram kedua pipinya kuat. Terlihat deretan giginya gemertak mengucapkan, "Sebenarnya aku tahu niatmu datang ke mari. Kau ingin menunjukkan identitas palsu mu. Ya kan?"

Tanpa perduli lagi, Anna merebut gelangnya kembali dari tangan Damar. Ia menganggap pria itu psikopat.

'Maafkan saya Kakek Kim Wijaya, sepertinya saya tidak bisa memenuhi keinginan Kakek untuk menjadi pendampingnya. Pria ini tingkat kewarasan dibawah rata-rata,' batin Anna mengingat perjanjian dengan Kakek Damar beberapa bulan lalu.

Anna gegas pergi meninggalkan ruang kerja Damar. Sampai ambang pintu, tanpa sengaja tubuhnya bertabrakan dengan Kakek Wijaya.

"Kakek Wijaya. Maafkan saya tidak sengaja." Anna menunduk dengan merapatkan dua tangan.

"Nona Anna? Anda terlihat tergesa-gesa sekali? Apakah Lee sudah memberikan jabatan untukmu di perusahaan ini?" tanya pria tua yang usianya lebih dari enam puluh tahunan.

Pertanyaan itu tak kunjung di jawab Anna. Sampai suara pria dingin itu tiba-tiba menyambar di dekat mereka.

"Aku tidak sudi jika wanita hina itu berdampingan dengan Damar, Kakek. Bagaimana Kakek bisa mengenal wanita hina ini? Cih, apalagi menjodohkan Damar dengannya! Sangat menjijikkan!!"

Tangan putih yang mulai keriput itu pun melayang ke udara, berhasil men4mpar pipi cucunya.

Tenaganya pun masih lumayan menyakitkan. Damar saja sampai memegangi pipinya—panas.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
gebukin kek gebukin j tamparan segitu mah cuma sakit sebentar cucu laknat mah harus di gebukin biar waras otaknya hih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   bab 29

    Delia bingung apa yang ingin dijawabnya. Sedangkan ia tak mendengar pria itu mengatakan apa."Hanna ... Sepertinya kamu sangat merindukan tempat ini. Hingga kamu tidak dengar perkataanku."Hanna tersenyum. "Ya, Damar. Banyak kenangan di sini." Tidak berani bicara banyak-banyak takut Damar bertanya macam-macam.Beberapa kali ia bertanya lewat ponselnya pada Asisten Lian, ia tidak ingin salah dalam menjawab. Ia mengetik cepat dalam pesan chat. [Ini rumah siapa, Sayang?]Lian pun lekas membalas. [Rumah Damar, Sayang.]Damar hanya melihat Hanna sepintas. Ia membebaskan dia bermain dengan gawainya. Ia pun tidak curiga dengan mereka.Damar pun berjalan melihat-lihat kondisi ruangan yang tidak terawat itu. Tanpa sadar ia menginjak sesuatu. Melihat ke bawah sebuah pigura yang dijatuhkan Anna tadi.Gegas ia membungkuk untuk mengambil. 'Foto ini terjatuh di lantai. Dan kacanya bersih dari debu. Aneh sekali.' pikir Damar.Menepis semua praduga. Senyum terbit di sudut ditunjukan di bibirnya. Ia

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 28

    Damar segera memeluk tubuh Delia erat. "Jangan katakan apapun lagi, aku sudah katakan. Tidak terjadi apapun di dalam kamar mandi itu, Hanna. Percayalah."***Pagi itu ..."Tuan Damar, hari ini aku minta izin untuk keluar. Aku sangat merindukan tempat tinggal ku dulu. " Anna berdiri dengan takut—meminta izin pada Damar yang kala itu sedang menyeruput kopi di depan rumah. Tidak sedetikpun ia menengok Anna disampingnya."Tuan ... Apa saya mohon berikan saya izin."Karena risih Damar menoleh cepat. Tangannya yang Kokok dan kekar menggebrak meja. Hingga cangkir berisi kopi yang tinggal separuh itu tumpah."Aku tidak perduli, kamu mau pergi ke manapun! Pergi saja sesuka hatimu, wanita hina!" umpatnya. Setelah itu ia berdiri meninggalkan Anna seorang diri.Karena Damar telah menjawab demikian, ia pun pergi. Anna mengayunkan kakinya pergi, sampai di pintu gerbang, Anna berpapasan dengan Asisten Lian. Pria itu menghentikan mobilnya, dan keluar menghampiri Anna."Maaf Nyonya, saya menghalangi p

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   bab 27

    Sore itu, Anna yang baru selesai mandi di kamar tamunya merasa panik. Keran air tiba-tiba berhenti mengalir saat ia masih penuh dengan busa sabun. Matanya perih karena busa yang masuk ke dalamnya, dan dalam kebingungan, ia meraba-raba keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuhnya.Anna dalam hati, panik. "Aduh, kenapa airnya mati sih sekarang?! Aduh, mataku... Pedih! Bibi! Bibi! Tolong!"Sambil meraba-raba dengan satu tangan, yang lain mengusap-usap matanya yang perih, ia berhasil menangkap lengan seseorang yang ia kira adalah asisten rumah tangga. Tanpa berpikir panjang, Anna langsung ditarik olehnya.Anna berjalan penuh kehati-hatian. Ia mengira seseorang yang berada di hadapannya itu adalah asisten rumah tangga yang akan membantunya. Tapi ..."Bik. Antarkan aku ke kamar mandi kamu Bik! Kran dikamar mandi ku tidak keluar. Cepat Bik, tuntun aku. Mataku pedih sekali. Aku malu jika Tuan Damar nanti melihatku seperti ini, aku takut jika dia berpikir macam-macam terhadapku,

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 26

    Delia mendekati Anna dan bertanya, "Aku tidak akan membiarkan Damar meninggalkan kamu, Ann."Anna tersenyum tanpa sepengatahuan nya. 'Dasar pembohong besar kau. Bilang saja saat ini kau tengah ketakutan, jika kedokmu Terbongkar!' batin Anna."Sudahlah. Banyak asisten rumah tangga yang akan menemani dia. Lagian, aku tidak ingin melihatnya bermanja-manja di kediaman ku. Aku bisa tegaskan padanya, jika dia bukan siapa-siapaku? Dia hanya istri di atas kertas!!" Berbicara tanpa melihat ke arah Anna. Hanna palsu datang menghampirinya dengan senyum yang tampak tidak tenang, meski dalam hatinya, rasa takut menggeliat. Ia tahu, jika Damar benar-benar akan membawanya ke desa itu, semua kebohongan yang selama ini ia jalin bisa runtuh dalam sekejap. "Aku sudah memutuskan, Hanna. Kita akan pergi ke desa itu sekarang. Hari ini aku mau libur untuk bersamamu saja. Aku ingin kembali ke tempat di mana semuanya dimulai," ucap Damar dengan nada datar.Delia terkejut mendengar ketegasan suara Damar. Jan

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   bab 25 Mulut Buaya

    'Sial! Wanita itu mengetahui aku ketiduran di sini! Pasti dia berpikir yang bukan-bukan! Aku tidak mau kehilangan harga diriku jika sampai dia memiliki pikiran demikian.'"Tuan, kenapa saya bisa di kamar tidur Anda?" Sungguh Damar menganggap itu sebuah pertanyaan b0d0h. Bagaimana ia memiliki pikiran demikian? Sudah jelas-jelas tadi malam keadaannya sangat lemah."Dasar wanita hi na! Kamu jangan anggap aku perduli terhadapmu!"Anna memegang kepalanya, terasa sakit. Damar yang mengetahui itu diam saja. Hampir saja mulutnya keceplosan akan mengutarakan pertanyaan perkara keadaannya. 'Huft ... Hampir saja.'Bibi datang, sebelum ia bertanya ia menundukkan kepala. "Maaf Nyonya ... Bagaimana keadaan Anda sekarang?"Pertanyaan bibi membuat Damar lega. Ia selamat dari cecaran Anna. Meski ia minim bertanya, tapi Damar dapat menangkapnya.Anna mengambangkan senyuman. "Syukurlah, Bu. Anna tidak apa-apa. Keadaan Anna sudah membaik. Bibi tidak perlu khawatir."Mendengar itu Damar sendiri ikut mera

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 24 Keadaannya Buruk

    "Anna ... Bangun! Kau dengar suaraku 'kan?" Damar menepuk-nepuk pipi Anna beberapa kali. Wanita itu masih terpejam tubuhnya sangat lemas.Terlihat dari wajah Damar tampak sekali mengkhawatirkan keadaan Anna. "Seharusnya aku tidak menghukum mu dengan cara seperti itu, Anna."Damar berdiri di sisi tempat tidur, perasaannya campur aduk saat memandang Anna yang terbaring tak sadarkan diri. Tubuhnya gemetar, bukan karena dingin, tetapi karena rasa bersalah yang terus membayanginya. Kenapa ia begitu kejam pada Anna? Bagaimana bisa ia membiarkan perempuan itu menderita hingga kondisinya seperti ini? Penyesalan mulai merayap di setiap sudut hatinya.Suara langkah kaki asisten rumah tangga terdengar mendekat. Wajahnya penuh kekhawatiran saat melihat Anna yang masih terpejam di atas tempat tidur.Bibi ikut gelisah, dengan nada cemas. "Tuan Damar. Kenapa tidak membawa Nyonya Anna ke rumah sakit saja? Dokter keluarga belum juga datang. Saya takut kondisinya makin buruk..."Damar terdiam sejenak,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status