Share

Bab 7 Benarkah Kau, Hanna?

Author: Iin Romita
last update Huling Na-update: 2025-01-24 06:11:15

Mobil mewah Damar melesat cepat. Ia menaikkan beberapa kali tingkat kecepatan agar lekas sampai ditempat tujuan.

Sudut bibir yang terangkat tak sedikit pun turun. Ia merasa hari ini, ia harus merayakannya.

"Asisten Lian ... Aku akan berikan hadiah besar untukmu! Pekerjaanmu tidak pernah mengecewakanku!" Dua manik mata Damar hanya fokus depan saja.

Terkadang sedikit kesal karena beberapa kali melewati jalanan ia terjebak macet, namun tidak berlangsung lama. Ia menggebrak dasbornya merasa tak sabar.

"Sungguh jalanan pusat kota tidak pernah ada sepinya! Andai aku jadi Presiden, aku sudah buat lima cabang jalan agar kemacetan kota bisa teratasi. Nyatanya aku hanya seorang Presiden Direktur saja."

Bola mata Damar melirik ke kaca spion di atas kepala. Terlihat di sana separuh wajah Damar. Ia sedikit memperjelas dengan menggerakkan wajahnya. Menunduk untuk bisa menjangkau penglihatan pada rambutnya. "Sedikit berantakan! Tapi aku tetap pria paling tampan sejagad raya! Tidak ada satu wanita pun menolak ku," pujinya pada dirinya sendiri. Setelah ia menyisir rambut atas dengan jari-jarinya. Kembali ia fokus menyetir.

Dalam waktu lebih dari lima belas menit, akhirnya kuda bermesin Damar telah sampai di tempat yang di tentukan Asisten Lian.

Damar kembali melirik kaca spionnya, memastikan tidak ada minus di wajah atau rambutnya. "Maximal!" ucapnya sendiri.

Ia keluar dengan merapatkan jasnya. Berjalan tegap dengan langkah panjang memasuki cafe romantis. Asisten Lian telah memesan nomor mejanya. Letaknya di lantai atas. Ia mencari tempat yang nyaman dan sepi. Begitulah kriteria Damar yang di ingat Asisten Lian.

"Tuan Damar?"

Terdengar dan terlihat Lian melambai dari kejauhan. "Dadar tidak memiliki sopan santun! Aku akan potong gajimu, Lian!! Bisa-bisanya di hadapannya Hanna kau tidak memiliki etika!!"

Gegas Damar menunju ke sana. Jantungnya berdegup kencang, tak sabar Bertemu dan menceritakan banyak hal pada Hanna.

Dari penglihatannya, wanita itu terlihat punggungnya. Ia duduk membelakangi. Hingga Damar makin merasa canggung. Tak pernah seperti ini sebelumnya

Kakinya berhenti melangkah setelah ia berdiri disampingnya. Lantas ia menyapa, "Benarkah kau, Hanna?"

Wanita itu menoleh perlahan, hingga wajahnya terlihat jelas. Wanita dengan gaun berwarna hitam dengan rambut panjang tergerai. Ia berdiri dan menjulurkan tangannya ke arah Damar seraya mengulas senyum. Sungguh parasnya lebih cantik dari pada dulu, kali ini lebih terawat. Begitulah pikir Damar.

Manik mata Damar memperhatikan gelang hitam yang dipakainya. Matanya berbinar. Ia tak mungkin salah. Wanita itu memiliki gelang yang sama persis dengannya. Tidak salah lagi.

"Damar?" panggilnya lirih.

Panggilan itu terdengar asing di telinganya. Bukankah dulu sewaktu kecil, ia memanggilnya Amar? Bagaimana bisa sekarang berubah Damar?

"Kau bukan Hanna!" ucap Damar panik.

Asisten Lian terkejut mendengarkan reaksi Tuannya. "Tuan? Apa yang Tuan katakan?" tanya Lian.

Damar hanya menggeleng kepala, ada sedikit keraguan didalam hatinya. 'Kenapa wanita ini tidak memiliki kemiripan dengan Hanna ku?' batinnya penuh pertanyaan.

"Tuan, tolong jangan mengatakan apapun yang membuat Nona Hanna sedih. Tanyakan padanya selama dua belas tahun, ia juga mencari Anda. Tak sedikitpun ia putus asa demi menemukan Anda." Asisten Lian tak hentinya mempengaruhi Damar agar ia percaya jika wanita yang berada di hadapan mereka adalah Hanna.

"Maafkan aku Damar, setelah kecelakaan itu, aku hampir kehilangan ingatanku tentang semua masalalu ku. Tapi percayalah, bayangan-bayangan masa kecil kita masih sering lalu lalang dalam pikiran ini."

Wanita itu duduk pasrah di kursi. Dan kembali bercerita, "Orang tua asuhku membawaku ke kota yang jauh. Hingga aku benar-benar hampir gila tidak bisa menemukan kamu kembali. Dua bulan ini aku datang ke kota ini, dengan memakai gelang pemberianmu. Aku berharap kau dapat mengenaliku dengan melihat barang pemberianmu yang ku jaga selama ini. Namun nyatanya, aku salah. Kau melupakanku, Damar!" Sedikit mempertegas ucapannya, hingga ia kembali berdiri dan menggerakkan kakinya berniat pergi meninggalkan tempat itu karena kecewa.

Saat wanita bergaun hitam itu melangkahkan kakinya beberapa langkah, Damar segera menarik pergelangan tangannya, lalu memeluknya erat. Ia menumpahkan kerinduannya selama ini.

"Hanna, kumohon jangan tinggalkan aku lagi," bisiknya lirih.

Tanpa diketahui Damar, Asisten Lian dan wanita itu tersenyum penuh kemenangan.

“Damar?” suaranya lembut, nyaris seperti bisikan yang menyentuh kalbu.

"Ya?" balas Damar dalam pelukan mereka yang belum terlepas. Danar tak perduli dengan asisten Lian yang berada di sana melihat mereka seperti itu.

"Aku Hanna. Apakah sekarang kau percaya?"

"Ya, Hanna. Aku percaya. Kau adalah wanita masa laluku. Terima kasih kau telah menyelamatkan hidup ku saat itu. Hingga kau mengorbankan dirimu sendiri." Damar merenggangkan pelukannya hingga ia dapat memperhatikan kembali wajah Hanna yang cantik.

“Hanna?” Mata Damar membesar, tak percaya dengan penglihatannya. Bibirnya terkatup sejenak, seolah kehilangan kata-kata, namun senyum perlahan mengembang di wajahnya. “Ini benar-benar kamu?”

Hanna tertawa kecil, suara itu seperti melodi yang pernah dia ingat, menggema dalam ingatannya. “Ya, ini aku. Setelah dua belas tahun, kamu masih bisa mengenaliku?”

Damar tertawa, canggung namun penuh kehangatan. “Bagaimana mungkin aku lupa? Kamu… kamu adalah bagian terindah dari masa kecilku.”

Damar tersipu, wajahnya memerah diterpa cahaya redup lampu tempat itu. “Aku juga, Damar. Setiap hari aku selalu teringat akan kita, saat berlari di bawah pohon mangga itu, menangkap kupu-kupu, atau sekadar duduk di pinggir danau."

'Apa yang dia katakan? Berlari dibawah pohon mangga? Aku tidak pernah melakukan itu bersamanya?? Ah ... Sudahlah, bukankah dia sudah katakan jika ia pernah mengalami cedera di otaknya?'

Damar memandangnya, penuh kekaguman. “Aku pikir kita takkan bertemu lagi, Hanna. Dunia ini terlalu luas, dan kita terpisah oleh waktu yang begitu lama.”

“Tapi takdir punya cara yang aneh, ya?” jawab Hanna sambil tersenyum lembut. “Kita akhirnya bisa bertemu lagi.”

Damar mengangguk, masih merasa seakan ini semua mimpi. “Kamu berubah, tapi ada sesuatu yang tetap sama. Semangatmu, caramu tersenyum…”

Hanna menatapnya, kali ini lebih dalam. “Dan kamu, Damar. Kamu juga masih sama. Meski tumbuh dewasa, di dalamnya aku melihat bocah kecil yang dulu selalu membuatku tertawa.”

Sejenak mereka terdiam, namun tak ada kecanggungan, hanya ada kebahagiaan yang merambat pelan, memenuhi hati mereka. Tak ada yang perlu dijelaskan dengan kata-kata. Pertemuan ini, seolah menjadi jawaban atas kerinduan yang terpendam selama dua belas tahun.

"Asisten Lian, apakah kamu lupa untuk memesan makanan istimewa kami?"

"Ah, maaf Tuan." Asisten Lian memanggil pramusaji untuk memesannya.

"Hanna, kau masih ingat tidak, apa makanan kesukaan ku saat kecil dulu?"

Hanna tampak pucat. 'Bagaimana ini? Aku tidak tahu makanan favorit Damar! Dasar Lian b0d0h! Hal sebesar itu lupa memberitahukannya padaku!!'

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
ptakmu j yg geser damar muka j arogan tapi msh digoblokin m asisten sendiri dih najis bnget dah
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   bab 29

    Delia bingung apa yang ingin dijawabnya. Sedangkan ia tak mendengar pria itu mengatakan apa."Hanna ... Sepertinya kamu sangat merindukan tempat ini. Hingga kamu tidak dengar perkataanku."Hanna tersenyum. "Ya, Damar. Banyak kenangan di sini." Tidak berani bicara banyak-banyak takut Damar bertanya macam-macam.Beberapa kali ia bertanya lewat ponselnya pada Asisten Lian, ia tidak ingin salah dalam menjawab. Ia mengetik cepat dalam pesan chat. [Ini rumah siapa, Sayang?]Lian pun lekas membalas. [Rumah Damar, Sayang.]Damar hanya melihat Hanna sepintas. Ia membebaskan dia bermain dengan gawainya. Ia pun tidak curiga dengan mereka.Damar pun berjalan melihat-lihat kondisi ruangan yang tidak terawat itu. Tanpa sadar ia menginjak sesuatu. Melihat ke bawah sebuah pigura yang dijatuhkan Anna tadi.Gegas ia membungkuk untuk mengambil. 'Foto ini terjatuh di lantai. Dan kacanya bersih dari debu. Aneh sekali.' pikir Damar.Menepis semua praduga. Senyum terbit di sudut ditunjukan di bibirnya. Ia

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 28

    Damar segera memeluk tubuh Delia erat. "Jangan katakan apapun lagi, aku sudah katakan. Tidak terjadi apapun di dalam kamar mandi itu, Hanna. Percayalah."***Pagi itu ..."Tuan Damar, hari ini aku minta izin untuk keluar. Aku sangat merindukan tempat tinggal ku dulu. " Anna berdiri dengan takut—meminta izin pada Damar yang kala itu sedang menyeruput kopi di depan rumah. Tidak sedetikpun ia menengok Anna disampingnya."Tuan ... Apa saya mohon berikan saya izin."Karena risih Damar menoleh cepat. Tangannya yang Kokok dan kekar menggebrak meja. Hingga cangkir berisi kopi yang tinggal separuh itu tumpah."Aku tidak perduli, kamu mau pergi ke manapun! Pergi saja sesuka hatimu, wanita hina!" umpatnya. Setelah itu ia berdiri meninggalkan Anna seorang diri.Karena Damar telah menjawab demikian, ia pun pergi. Anna mengayunkan kakinya pergi, sampai di pintu gerbang, Anna berpapasan dengan Asisten Lian. Pria itu menghentikan mobilnya, dan keluar menghampiri Anna."Maaf Nyonya, saya menghalangi p

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   bab 27

    Sore itu, Anna yang baru selesai mandi di kamar tamunya merasa panik. Keran air tiba-tiba berhenti mengalir saat ia masih penuh dengan busa sabun. Matanya perih karena busa yang masuk ke dalamnya, dan dalam kebingungan, ia meraba-raba keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuhnya.Anna dalam hati, panik. "Aduh, kenapa airnya mati sih sekarang?! Aduh, mataku... Pedih! Bibi! Bibi! Tolong!"Sambil meraba-raba dengan satu tangan, yang lain mengusap-usap matanya yang perih, ia berhasil menangkap lengan seseorang yang ia kira adalah asisten rumah tangga. Tanpa berpikir panjang, Anna langsung ditarik olehnya.Anna berjalan penuh kehati-hatian. Ia mengira seseorang yang berada di hadapannya itu adalah asisten rumah tangga yang akan membantunya. Tapi ..."Bik. Antarkan aku ke kamar mandi kamu Bik! Kran dikamar mandi ku tidak keluar. Cepat Bik, tuntun aku. Mataku pedih sekali. Aku malu jika Tuan Damar nanti melihatku seperti ini, aku takut jika dia berpikir macam-macam terhadapku,

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 26

    Delia mendekati Anna dan bertanya, "Aku tidak akan membiarkan Damar meninggalkan kamu, Ann."Anna tersenyum tanpa sepengatahuan nya. 'Dasar pembohong besar kau. Bilang saja saat ini kau tengah ketakutan, jika kedokmu Terbongkar!' batin Anna."Sudahlah. Banyak asisten rumah tangga yang akan menemani dia. Lagian, aku tidak ingin melihatnya bermanja-manja di kediaman ku. Aku bisa tegaskan padanya, jika dia bukan siapa-siapaku? Dia hanya istri di atas kertas!!" Berbicara tanpa melihat ke arah Anna. Hanna palsu datang menghampirinya dengan senyum yang tampak tidak tenang, meski dalam hatinya, rasa takut menggeliat. Ia tahu, jika Damar benar-benar akan membawanya ke desa itu, semua kebohongan yang selama ini ia jalin bisa runtuh dalam sekejap. "Aku sudah memutuskan, Hanna. Kita akan pergi ke desa itu sekarang. Hari ini aku mau libur untuk bersamamu saja. Aku ingin kembali ke tempat di mana semuanya dimulai," ucap Damar dengan nada datar.Delia terkejut mendengar ketegasan suara Damar. Jan

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   bab 25 Mulut Buaya

    'Sial! Wanita itu mengetahui aku ketiduran di sini! Pasti dia berpikir yang bukan-bukan! Aku tidak mau kehilangan harga diriku jika sampai dia memiliki pikiran demikian.'"Tuan, kenapa saya bisa di kamar tidur Anda?" Sungguh Damar menganggap itu sebuah pertanyaan b0d0h. Bagaimana ia memiliki pikiran demikian? Sudah jelas-jelas tadi malam keadaannya sangat lemah."Dasar wanita hi na! Kamu jangan anggap aku perduli terhadapmu!"Anna memegang kepalanya, terasa sakit. Damar yang mengetahui itu diam saja. Hampir saja mulutnya keceplosan akan mengutarakan pertanyaan perkara keadaannya. 'Huft ... Hampir saja.'Bibi datang, sebelum ia bertanya ia menundukkan kepala. "Maaf Nyonya ... Bagaimana keadaan Anda sekarang?"Pertanyaan bibi membuat Damar lega. Ia selamat dari cecaran Anna. Meski ia minim bertanya, tapi Damar dapat menangkapnya.Anna mengambangkan senyuman. "Syukurlah, Bu. Anna tidak apa-apa. Keadaan Anna sudah membaik. Bibi tidak perlu khawatir."Mendengar itu Damar sendiri ikut mera

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 24 Keadaannya Buruk

    "Anna ... Bangun! Kau dengar suaraku 'kan?" Damar menepuk-nepuk pipi Anna beberapa kali. Wanita itu masih terpejam tubuhnya sangat lemas.Terlihat dari wajah Damar tampak sekali mengkhawatirkan keadaan Anna. "Seharusnya aku tidak menghukum mu dengan cara seperti itu, Anna."Damar berdiri di sisi tempat tidur, perasaannya campur aduk saat memandang Anna yang terbaring tak sadarkan diri. Tubuhnya gemetar, bukan karena dingin, tetapi karena rasa bersalah yang terus membayanginya. Kenapa ia begitu kejam pada Anna? Bagaimana bisa ia membiarkan perempuan itu menderita hingga kondisinya seperti ini? Penyesalan mulai merayap di setiap sudut hatinya.Suara langkah kaki asisten rumah tangga terdengar mendekat. Wajahnya penuh kekhawatiran saat melihat Anna yang masih terpejam di atas tempat tidur.Bibi ikut gelisah, dengan nada cemas. "Tuan Damar. Kenapa tidak membawa Nyonya Anna ke rumah sakit saja? Dokter keluarga belum juga datang. Saya takut kondisinya makin buruk..."Damar terdiam sejenak,

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status