Entah mengapa setelah pergantian CEO rasanya kinerja seluruh karyawan menjadi lebih efisien dan menguntungkan bagi karyawan yang memiliki semangat etos kerja yang tinggi.
Bahkan di dalam divisi tempat Ara bekerja pun sekarang sudah di perbolehkan pulang di jam awal seperti karyawan lain nya. Kalaupun ingin lembur juga akan tetap di gaji sebagai bonus tambahan asalkan manager dari masing-masing telah menyetujui. Peraturan lain nya pun juga banyak yang telah berubah. Seperti para karyawan telah di perbolehkan untuk menjalin hubungan dengan sesama karyawan dalam perusahaan dengan catatan status masing-masing dari mereka adalah single. Hal tersebut membuat beberapa karyawan yang awalnya ingin menyembunyikan status hubungan mereka kini bisa lebih go publik. Tak terkecuali Kenzi yang seperti mendapatkan angin segar dengan peraturan baru tersebut. Itu artinya dirinya bisa mengkalim bahwa Ara adalah miliknya. "Mohon maaf, sebenarnya yang menjalin hubungan dengan Bapak Kenzi adalah adik saya Hana. Jadi saya dengan pak Kenzi tidak memiliki hubungan apa pun selain murni atasan dan bawahan," tegas Ara di depan banyak karyawan setelah Kenzi berusaha untuk menyatakan hubungan nya di depan rekan-rekan kerja nya. Kenzi yang hendak kembali menyanggah ucapan Ara pun terdiam tatkala asisten CEO datang menginterupsi ke tempat dirinya berdiri. "Pak Kenzi, sekarang adalah saatnya bekerja dan bukan waktunya ajang pencarian jodoh. Di mohon dengan sangat untuk rasa profesionalan nya. Silahkan kembali keruang kerja anda," tegas Asisten Johan yang mendadak mendatangi area tim desk collection agent. Seketika ruangan pun berubah menjadi hening dan para karyawan melanjutkan kembali pekerjaan mereka yang sempat tertunda karena ada nya sebuah berita alias gossip besar yang hanya mampu menjadi rasa penasaran para karyawan kepo. "Mungkin Pak Kenzi sebenarnya dari dulu telah menyukai Ara. Makanya setelah ada peraturan baru beliau langsung buru-buru membuat pernyataan cinta sebelah," "Tapi apa benar pak Kenzi memiliki hubungan dengan adiknya Ara?" "Cinta segitiga dong ya?" Beberapa karyawan nampak berbisik bergosip di tengah asisten Johan berdiri. "Silahkan perkenalkan diri mu di depan tim kerja yang akan menjadi rumah kedua kamu sampai batas kontrak kerja yang kamu miliki," pinta asisten Johan terhadap lelaki di sampingnya. Lelaki berambut klimis dan berkacamata tebal nampak mengenakan baju yang terbilang jamet alias culun. Beberapa orang yang melihat penampilan Ibra pun nampak malas memandang terlalu lama. Bahkan mereka cenderung tak mendengar kan apa yang Ibra katakan karena bagi kebanyakan karyawan di tim Ara sendiri sudah terbiasa melihat karyawan baru yang datang namun beberapa saat kemudian memutuskan untuk resign karena tidak memiliki jiwa di dalam penagihan. Ara yang melihat siapa yang berdiri di samping asisten Johan nampak sangat terkejut. Apalagi setelah Ibra memperkenalkan diri nya secara singkat membuat Ara semakin yakin jika yang dilihatnya adalah teman semasa SMA nya dahulu. Dengan cepat Ara melambaikan tangannya begitu Ibra di minta untuk duduk tepat di belakang meja kerja Ara. "Ibra!! Ini aku Ara!!" Teriak Ara dengan semangatnya yang membuat seluruh karyawan yang ada di ruang tersebut menoleh kearahnya. Mendapatkan tatapan aneh dari teman-teman kerja nya itu pun membuat Ara hanya mampu menyembunyikan rasa excited dengan segera berbisik ke arah Ibra begitu Ibra telah duduk tepat di belakang meja kerjanya. "Ibra! Kamu kerja disini juga? Nanti kita ngobrol di kantin ya di saat istirahat siang nanti!" Bisik Ara dengan gembira karena dirinya kembali bertemu dengan teman yang sangat mengerti nya teman seperjuangan dirinya dahulu sebelum memutuskan untuk pindah merantau ke kota. Ibra yang mendapatkan tatapan antusias Ara pun segera mengangguk dengan cepat. "Aku di tinggalin nih?" Ucap Caca yang sedari tadi memperhatikan interaksi keduanya. "Enggak kok! Nanti kita bertiga lah. Dia temenku, nanti aku kenalin. Sekarang kerja dulu," ucap Ara yang kemudian kembali ke mode seriusnya dalam bekerja yang membuat Ibra tersenyum seorang diri. Tak kalah semangat dengan yang lain, Ibra pun segera melakoni peran nya sebagai desk collection agent dengan semangat menggebu. Bahkan menurut nya bekerja seperti ini membuat Ibra lebih leluasa mendengar keluhan para nasabah yang tengah di tagihnya dalam telepon di banding kan hanya melihat berkas-berkas yang berisi data-data serta statistik naik turun nya saham perusahaan.Mirna nampak keluar dari club malam tersebut dengan wajah lesu. Rupanya dirinya di tolak mentah-mentah oleh pemilik nya alias atasannya bekerja terdahulu. "Kamu sudah terlalu tua untuk bekerja kembali di club milik ku, Mirna. Tidak akan ada yang mau menggunakan jasamu!" Tekan pemilik club malam yang berumur seusia Mirna namun wajahnya masih nampak muda. "Kecuali ..." Ucap wanita yang acap di panggil mami Sintia dengan nada terpotong seolah memberikan kesempatan kepada Mirna. "Kecuali apa? Tolong beri kan aku kesempatan untuk kembali bekerja disini, Mam. Aku mengaku salah karena dulu pernah mengecewakan mu. Aku terlalu lelah untuk hidup menjadi wanita miskin. Bukan kah banyak berondong yang juga membutuhkan wanita paruh baya seperti ku?" Cerocos Mirna dengan berusaha meyakinkan wanita di hadapan nya. Setelah mendengar bujuk rayu Mirna, Sintia tetap menggelengkan kepalanya. "Aku bisa mempekerjakan mu kembali dengan syarat, kamu harus mencari target anak-anak muda yang cantik,
Ara nampak menunduk begitu mendapatkan surat peringatan serta skorsing dari atasan nya. Lebih tepatnya menager HR nya tersebut tengah memarahinya yang membuat dirinya terus menahan diri dari segala amarah karena sedari awal memang dirinya tidak memiliki pegangan apa pun untuk membela diri di perusahaan tersebut. "Untung kali ini Pak Aron tidak memecat mu dan hanya menskorsingmu selama satu minggu! Makanya cantik jangan cuma di pakai untuk menggoda atasan! Yasudah sana kemasi barangmu!" bentak manager HRnya tersebut dengan wajah sinis. Setelah nya manager HRnya tersebut segera mengambil kaca di dalam aci meja nya serta memoles bibirnya kembali dengan lipstik yang semakin menyala terang tanpa memperdulikan perasaan Ara yang tampak memberikan hormat sebelum keluar dari ruangan tersebut. "Salah sendiri berbuat ulah. Aku tambahin saja skorsing nya menjadi satu minggu. Mana mungkin Pak Aron tahu jika aku memperpanjang hukuman nya. Itu lah kuasa manager HR!" ucap sang manager dengan
"Ternyata Tom belum cocok untuk menjabat sebagai asisten pribadi pengganti mu pak tua," Ucap Aron secara langsung begitu Asisten Johan menghadap dirinya. "Maafkan putra saya, Tuan. Biarkan dirinya saya didik kembali agar putra saya bisa bekerja dengan lebih benar," jawab asisten Johan dengan wajah yang berubah menjadi pias akibat teguran yang Aron berikan. "Dia terlalu banyak bicara yang bukan menjadi ranah tugasnya. Latih kembali di barak tim pengawal. Dia harus bisa menjinakkan singa peliharaan ku serta buaya yang ada di kolam penangkaran belakang mansion," "Kau tau untuk apa itu semua pak tua?" Tanya Aron dengan mengetuk-ketuk kan meja kerjanya dengan jari jemarinya. Asisten Johan hanya mampu menggeleng samar tanpa berani menatap wajah atasan nya tersebut. "Agar putramu segera bisa memahami kesalahan nya. Aku lebih menyukai seseorang yang lebih mengedepankan tindakan dari pada banyak kata-kata. Pergilah kerjakan tugasmu," ucap Aron kemudian. Asisten Johan pun bergeg
Setelah rasa sesak di hatinya sedikit menghilang, Ara memutuskan untuk melangkah keluar dari bilik toilet. Dirinya mematut pantulan wajahnya di depan cermin. Memperbaiki riasan nya yang sedikit berantakan. Ara menyadari bahwa tidak ada gunanya jika dirinya terus menangis meratapi nasib. Harusnya dirinya sudah kebal dengan sikap mama nya terhadapnya selama ini, semenjak dulu. Bahkan menurut cerita dari tetangga nya di desa, sejak dari kecil memang Ara tidak pernah di urus dengan baik oleh mamanya. Lebih sering dirinya yang berkeliaran berjalan kesana kemari di area lingkup tetangga nya di desa. Dengan baju kumal, rambut lusuh, dan perut keroncongan yang hampir setiap hari Ara rasakan. Bahkan anak-anak kecil seusianya hampir tidak ada yang mau bermain dengan nya. Hanya Ibra lah satu-satu nya anak kecil seusianya yang setia berada di samping Ara. Ibra kecil yang selalu membawakan makanan diam-diam untuknya. Untuk di makan nya berdua bersama nya. Ayah? Bahkan Ara tida
"Dasar anak tidak tahu di untung!" Teriak mama Ara dengan suara menggelegar serta tangan yang sudah bertengger menjambak rambut panjang Ara. Ara begitu terlonjak kaget serta rasa sakit di kepala akibat cengkeraman yang mama nya lakukan membuatnya meringis kesakitan. "Sakitt, ma!!"Beberapa orang di area depan perusahaan nampak terlihat penasaran dengan apa yang tengah terjadi di antara keduanya. Di satu sisi, Ara tengah mencoba melepaskan diri sekuat tenaga agar rambutnya tidak di tarik semakin kuat oleh mamanya. Bahkan terlihat gerakan mama Ara yang semakin brutal menyerang Ara yang membuat keduanya semakin menjadi tontonan banyak orang. "Tante Mirna! Berhenti!" Teriak Ibra dengan cepat menarik tubuh Mama Ara dengan kuat hingga jatuh tersungkur. "Akh! Kurang ajar!" Pekik Mama Ara dengan segera menoleh ke sosok orang yang berani mendorongnya hingga terjatuh. "Heh! Kamu si culun dari kampung! Ternyata kalian berdua masih saling terhubung! Kalian memang cocok! Sama-sama tida
"Syukurlah kalau dokternya baik dan tidak mematok tarif yang di luar nalar," ucap Ara setelah dokter yang memeriksa nya undur diri. Tom yang sudah tiba di apartemen yang kini di tempati oleh Ara nampak mengangguk seolah membenarkan apa yang di katakan oleh Ara. Padahal sejatinya dokter tersebut adalah dokter terbaik dan termahal di rumah sakit internasional milik kolega keluarga Tuan nya."Jadi dokter tadi itu teman nya teman mu itu?" Bisik Ara dengan menunjuk kearah Tom."Iya dokter tadi teman Tomy. Tomy juga teman baik ku. Jadi bisa juga di sebut kita tengah beruntung karena mendapatkan diskon berobat dari dokter tadi karena beliau adalah teman Tomy," jawab Ibra yang kemudian di jawab dengan anggukan kepala oleh Tom lagi dan lagi."Oh iya, Tomy juga baru saja di terima bekerja di perusahaan sama seperti kita. Iya kan, Tom?" Kali ini Ibra nampak melirik ke arah Tom agar Tom menjawab sesuai dengan arah pembicaraan yang tengah di bangun nya di hadapan AraLagi-lagi Tom mengangguk d