Arabella Michella tidak menyangka jika dirinya di khianati oleh adiknya sendiri, Hana Michella. Sang adik tega merayu kekasih Arabella hingga melakukan hubungan terlarang bahkan di ketahui oleh Arabella secara nyata yang membuat nya semakin terluka. Tanpa Arabella sadari, teman masa kecilnya kembali hadir ke dalam hidupnya. Ibrahim Aron Steve, yang dulu bukan siapa-siapa telah menjadi Presdir tampan yang rela menyamar sebagai pria biasa demi cintanya kepada Arabella.
Lihat lebih banyakGemuruh serta kilatan cahaya petir terdengar saling berkejaran di belahan Ibukota. Hujan lebat yang melanda Ibukota itu sendiri tidak menyurutkan semangat para pekerja di sebuah perusahaan perbankan terkemuka.
ABC Bank perusahaan perbankan swasta terkemuka itulah yang menaungi banyak karyawan dalam banyak divisi. Terkhusus untuk tim divisi penagihan yang ada di dalam lantai enam nampak terdengar bising oleh suara para karyawan yang tengah melakukan panggilan telepon kepada para nasabahnya terdengar saling berlomba untuk mencapai target harian nya. Tak terkecuali gadis cantik yang biasa di panggil Ara tengah menekuri layar komputernya. 'Pusing,' keluh Ara dalam hati. Ara, dirinya sedari tadi terus memaksakan diri untuk tetap menjalankan tugasnya sebagai Desk Collection melakukan panggilan telepon kepada para nasabah yang telah melakukan penunggakan kredit alias lewat jatuh tempo di sela kondisi tubuhnya yang tengah di landa flu hebat. Suaranya pun terdengar sangat parau dan nyaris tidak terdengar keluar dikala dirinya tengah bernegosiasi dengan para nasabah melalui sambungan telepon perusahaan. Hingga tak lama kemudian Ara memutuskan untuk segera izin pulang terlebih dahulu kepada sang atasan karena tubuhnya sudah benar-benar tidak mampu untuk di ajaknya bekerja. Untungnya atasannya tersebut memaklumi kondisi Ara dan segera memberikan izin untuknya untuk pulang lebih awal. Dengan cepat Ara segera mengemasi barangnya dan menuju ke halte menaiki bus yang menuju ke arah kontrakan nya di tengah hujan yang mengguyur jalanan. Hingga tak lama kemudian Ara pun turun dari bus yang ia tumpangi dan segera berlalu menuju ke sebuah gang dimana kontrakan nya berada. Pening, demam, serta ingus yang terus berusaha keluar membuat dirinya tersiksa. Ditambah tubuhnya kini tengah menggigil kedinginan karena guyuran hujan yang tak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan reda. Keinginan sederhana Ara kini dirinya hanya ingin secepatnya merebahkan diri di kasur kamar miliknya. Namun pandangan Ara kini beralih agak sedikit terkejut tatkala melihat motor besar milik kekasih nya sekaligus atasan nya di perusahaan kini tengah terparkir rapi di teras rumah kontrakan. "Mas Kenzi main ke rumah kenapa tidak mengabari ku? Tumben?" Batin Ara dengan seribu pertanyaan timbul di dalam benaknya. Ara yang terbiasa pulang dari kantor hingga larut malam karena memang tuntutan dari pekerjaan nampak terkaget begitu mendapati motor sang kekasih telah berada di kontrakan nya di sore hari. Bukan nya mas Kenzi harusnya tahu jika diwaktu sore hari begini aku masih berada di kantor? Jadi untuk apa dia sesore ini sudah berada di kontrakan? Gumam Ara dengan langkah yang di buat semakin cepat. Namun belum juga sampai di depan pintu kontrakan, sayup-sayup suara kekasih nya tersebut terdengar tengah berbincang dengan adiknya. "Tapi mas, Hana tidak ingin mengakhiri hubungan terlarang kita ini! Kita sudah pernah tidur bersama bahkan mama ku juga merestui hubungan kita ini! Lantas apa yang perlu kita takutkan mas?!" Teriak Hana dengan lantang seraya terdengar isakan tangis. "Turunkan nada bicara kamu, Hana! Bagaimana jika ada yang mendengar ucapan mu tadi?! Bukan nya sudah mas bilang berkali-kali jika mas itu hanya mencintai kakak mu dan jangan pernah menuntut apa pun dari mas karena hubungan terlarang kita ini terjadi karena sentuhan gilamu!" Hardik Kenzi tak kalah lantang yang membuat Ara semakin tercengang. Sakit! sakit dan kaget sekali rasanya tatkala Ara mendengar dan melihat apa yang tengah kekasih yang sangat di cintainya katakan tentang hubungan terlarangnya bersama adiknya tersebut. "Sentuhan gila ku katamu mas?! Bukan nya mas Kenzi sendiri yang menginginkan nya?! Hana hanya menawarkan saja karena Hana diam-diam sangat mencintai mu mas. Hana takut kehilangan mas Kenzi. Jangan tinggalkan aku mas," ucap Hana dengan nada yang terdengar semakin merendah. Dirinya bersimpuh meraih kedua tangan Kenzi dan mengecupnya berkali-kali. Kenzi yang awalnya sudah dalam keadaan emosi kini nampak terkejut dengan kecupan yang Hana berikan. Meremang, itulah yang Kenzi rasakan. Gelayar hasratt kini beralih menguasai dirinya. Sentuhan yang Hana berikan serta cuaca hujan nan dingin yang membuat Kenzi semakin tidak bisa lagi menahan gelora dalam tubuhnya. "Mas? Boleh?" Tanya Hana dengan tatapan yang berubah menjadi sayu. "Mumpung mama belum pulang dari arisan mas?" Ucap Hana dengan menurunkan lengan dress miliknya. Kenzi yang melihat keindahan yang tak mampu di tolaknya kini sudah tidak lagi sinkron dengan ucapan awalnya yang ingin menyudahi hubungan dengan calon adik ipar nya. "Emh .. mas, di kamar Hana saja ya? Gendong Hana," sela Hana yang kini tubuhnya telah di kuasai oleh Kenzi. Kenzi yang sudah tidak sanggup menahan hassrat kini hanya mengangguk pasrah menuruti keinginan Hana. Sedangkan Ara yang mendengar dan melihat apa yang tengah adiknya lakukan bersama kekasih nya itu hanya mampu menahan amarahnya. Sembari menyimpan bukti-bukti perselingkuhan keduanya, Arabella hanya mampu memukul-mukul dada nya dengan kuat agar rasa sakitnya kunjung mereda. "Kalian sungguh tega! Apa salahku terhadap kalian!" Ucap Ara seorang diri yang kini tengah menyusuri gang guna menenangkan dirinya sendiri. "Hahh! Hahh!" Engah Ara mencoba menghapus air matanya begitu tiba di depan minimarket tak jauh dari kontrakan nya. Awalnya Ara sangat ingin melabrak keduanya. Menjambak dan memukul adik semata wayangnya serta kekasihnya hingga menuju ke alam baka. Namun setelah Ara mengetahui jika sang mama juga mendukung perselingkuhan yang terjadi di antara adiknya dengan sang ke kasih membuat Ara semakin terluka. Mata harus di balas dengan mata. Jika adiknya menusuk kan pisau setajam itu di dalam lubuk hatinya, maka Ara akan melakukan hal yang lebih dari itu. Membuat kedua nya mati di tangan nya dengan cepat itu bukan solusi yang tepat untuk para pengkhianat. Mereka harus merasakan sakitnya secara perlahan-lahan, pikir Ara dengan tubuh dan hati yang terasa sakit tanpa bisa di jelaskan lagi. Tanpa pikir panjang, Ara segera masuk ke dalam minimarket. Secangkir kopi susu panas kini tengah berada dalam genggaman Ara. Duduk seorang diri di depan minimarket tersebut sembari menikmati kopi panas dan melihat aktivitas lalu lalang kendaraan yang terus datang dan pergi. Menghela nafas berkali-kali dengan mengusap ingus yang terus menerus berusaha keluar dari hidungnya yang kini sudah tampak sangat memerah. "Ah, kenapa kenyataan ini terasa seperti mimpi? Hahaha sungguh memuakkan. Mereka semua ternyata telah membodohi ku begitu lama," ucap dan tawa Hana seorang diri. Tanpa Ara sadari, sedari tadi ada seseorang yang terus memantau dan mengikuti nya dalam diam. "Tuan, hari sudah semakin larut. Bahkan nona Ara pun telah kembali kerumah kontrakan nya. Apakah Tuan akan langsung pulang ke rumah utama atau ingin menginap di hotel terdekat?" Tanya asisten Johan dengan sabar menunggu jawaban dari Tuan muda nya yang masih terus menatap rumah kontrakan minimalis. "Menginap di hotel saja," jawab Aron dengan singkat dengan wajah acuhnya melangkah memasuki mobil minicooper miliknya melajukan mobilnya dan meninggalkan asisten paruh baya nya seorang diri di pinggir jalan. "Astaga, sudah resiko nya menjadi asisten pribadi harus selalu cepat tanggap dan sabar menghadapi mood majikan, " gumam asisten Johan begitu di tinggalkan di jalanan seorang diri.Mirna nampak keluar dari club malam tersebut dengan wajah lesu. Rupanya dirinya di tolak mentah-mentah oleh pemilik nya alias atasannya bekerja terdahulu. "Kamu sudah terlalu tua untuk bekerja kembali di club milik ku, Mirna. Tidak akan ada yang mau menggunakan jasamu!" Tekan pemilik club malam yang berumur seusia Mirna namun wajahnya masih nampak muda. "Kecuali ..." Ucap wanita yang acap di panggil mami Sintia dengan nada terpotong seolah memberikan kesempatan kepada Mirna. "Kecuali apa? Tolong beri kan aku kesempatan untuk kembali bekerja disini, Mam. Aku mengaku salah karena dulu pernah mengecewakan mu. Aku terlalu lelah untuk hidup menjadi wanita miskin. Bukan kah banyak berondong yang juga membutuhkan wanita paruh baya seperti ku?" Cerocos Mirna dengan berusaha meyakinkan wanita di hadapan nya. Setelah mendengar bujuk rayu Mirna, Sintia tetap menggelengkan kepalanya. "Aku bisa mempekerjakan mu kembali dengan syarat, kamu harus mencari target anak-anak muda yang cantik,
Ara nampak menunduk begitu mendapatkan surat peringatan serta skorsing dari atasan nya. Lebih tepatnya menager HR nya tersebut tengah memarahinya yang membuat dirinya terus menahan diri dari segala amarah karena sedari awal memang dirinya tidak memiliki pegangan apa pun untuk membela diri di perusahaan tersebut. "Untung kali ini Pak Aron tidak memecat mu dan hanya menskorsingmu selama satu minggu! Makanya cantik jangan cuma di pakai untuk menggoda atasan! Yasudah sana kemasi barangmu!" bentak manager HRnya tersebut dengan wajah sinis. Setelah nya manager HRnya tersebut segera mengambil kaca di dalam aci meja nya serta memoles bibirnya kembali dengan lipstik yang semakin menyala terang tanpa memperdulikan perasaan Ara yang tampak memberikan hormat sebelum keluar dari ruangan tersebut. "Salah sendiri berbuat ulah. Aku tambahin saja skorsing nya menjadi satu minggu. Mana mungkin Pak Aron tahu jika aku memperpanjang hukuman nya. Itu lah kuasa manager HR!" ucap sang manager dengan
"Ternyata Tom belum cocok untuk menjabat sebagai asisten pribadi pengganti mu pak tua," Ucap Aron secara langsung begitu Asisten Johan menghadap dirinya. "Maafkan putra saya, Tuan. Biarkan dirinya saya didik kembali agar putra saya bisa bekerja dengan lebih benar," jawab asisten Johan dengan wajah yang berubah menjadi pias akibat teguran yang Aron berikan. "Dia terlalu banyak bicara yang bukan menjadi ranah tugasnya. Latih kembali di barak tim pengawal. Dia harus bisa menjinakkan singa peliharaan ku serta buaya yang ada di kolam penangkaran belakang mansion," "Kau tau untuk apa itu semua pak tua?" Tanya Aron dengan mengetuk-ketuk kan meja kerjanya dengan jari jemarinya. Asisten Johan hanya mampu menggeleng samar tanpa berani menatap wajah atasan nya tersebut. "Agar putramu segera bisa memahami kesalahan nya. Aku lebih menyukai seseorang yang lebih mengedepankan tindakan dari pada banyak kata-kata. Pergilah kerjakan tugasmu," ucap Aron kemudian. Asisten Johan pun bergeg
Setelah rasa sesak di hatinya sedikit menghilang, Ara memutuskan untuk melangkah keluar dari bilik toilet. Dirinya mematut pantulan wajahnya di depan cermin. Memperbaiki riasan nya yang sedikit berantakan. Ara menyadari bahwa tidak ada gunanya jika dirinya terus menangis meratapi nasib. Harusnya dirinya sudah kebal dengan sikap mama nya terhadapnya selama ini, semenjak dulu. Bahkan menurut cerita dari tetangga nya di desa, sejak dari kecil memang Ara tidak pernah di urus dengan baik oleh mamanya. Lebih sering dirinya yang berkeliaran berjalan kesana kemari di area lingkup tetangga nya di desa. Dengan baju kumal, rambut lusuh, dan perut keroncongan yang hampir setiap hari Ara rasakan. Bahkan anak-anak kecil seusianya hampir tidak ada yang mau bermain dengan nya. Hanya Ibra lah satu-satu nya anak kecil seusianya yang setia berada di samping Ara. Ibra kecil yang selalu membawakan makanan diam-diam untuknya. Untuk di makan nya berdua bersama nya. Ayah? Bahkan Ara tida
"Dasar anak tidak tahu di untung!" Teriak mama Ara dengan suara menggelegar serta tangan yang sudah bertengger menjambak rambut panjang Ara. Ara begitu terlonjak kaget serta rasa sakit di kepala akibat cengkeraman yang mama nya lakukan membuatnya meringis kesakitan. "Sakitt, ma!!"Beberapa orang di area depan perusahaan nampak terlihat penasaran dengan apa yang tengah terjadi di antara keduanya. Di satu sisi, Ara tengah mencoba melepaskan diri sekuat tenaga agar rambutnya tidak di tarik semakin kuat oleh mamanya. Bahkan terlihat gerakan mama Ara yang semakin brutal menyerang Ara yang membuat keduanya semakin menjadi tontonan banyak orang. "Tante Mirna! Berhenti!" Teriak Ibra dengan cepat menarik tubuh Mama Ara dengan kuat hingga jatuh tersungkur. "Akh! Kurang ajar!" Pekik Mama Ara dengan segera menoleh ke sosok orang yang berani mendorongnya hingga terjatuh. "Heh! Kamu si culun dari kampung! Ternyata kalian berdua masih saling terhubung! Kalian memang cocok! Sama-sama tida
"Syukurlah kalau dokternya baik dan tidak mematok tarif yang di luar nalar," ucap Ara setelah dokter yang memeriksa nya undur diri. Tom yang sudah tiba di apartemen yang kini di tempati oleh Ara nampak mengangguk seolah membenarkan apa yang di katakan oleh Ara. Padahal sejatinya dokter tersebut adalah dokter terbaik dan termahal di rumah sakit internasional milik kolega keluarga Tuan nya."Jadi dokter tadi itu teman nya teman mu itu?" Bisik Ara dengan menunjuk kearah Tom."Iya dokter tadi teman Tomy. Tomy juga teman baik ku. Jadi bisa juga di sebut kita tengah beruntung karena mendapatkan diskon berobat dari dokter tadi karena beliau adalah teman Tomy," jawab Ibra yang kemudian di jawab dengan anggukan kepala oleh Tom lagi dan lagi."Oh iya, Tomy juga baru saja di terima bekerja di perusahaan sama seperti kita. Iya kan, Tom?" Kali ini Ibra nampak melirik ke arah Tom agar Tom menjawab sesuai dengan arah pembicaraan yang tengah di bangun nya di hadapan AraLagi-lagi Tom mengangguk d
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen