"Ara!!" Kenzi dengan sigap menarik tangan Ara begitu melihat Ara telah turun dari bus di depan halte perusahaan nya.
Ya sedari tadi Kenzi mengikuti bus yang di tumpangi Ara hingga tiba di depan area perusahaan. Karena rasa sabar Kenzi yang setipis tissue maka dengan cepat Kenzi menarik tangan Ara secara paksa menuju ke sebuah area yang lumayan sepi tak jauh dari perusahaan. Tanpa memperdulikan teriakan Ara yang terdengar terus meronta meminta untuk segera di lepaskan cengkeraman di lengan tangan nya. "Ara! Kali ini aku tidak ingin bercanda tentang hubungan kita. Aku tidak ingin ada kata perpisahan untuk hubungan kita. Aku mencintaimu, dan kamu mencintai ku. Kita saling mencintai, sayang. Jadi jangan buat perasaanku menjadi kacau tak menentu atas pesan yang tak berdasar seperti semalam. Ya, sayang? Kalau ada kesalahan ku tolong katakan saja. Aku akan memperbaiki nya demi hubungan kita. Tapi aku tidak ingin kita putus," ucap Kenzi dengan meraih kedua tangan Ara. Melihat tangan nya di sentuh sembarangan oleh orang yang telah mengkhianati nya membuat Ara semakin ingin melenyapkan pecundang tak setia seperti Kenzi. Dengan cepat Ara menampik tangan Kenzi dan segera menjauhkan tubuhnya dari sosok pria yang membuatnya sangat jijik. "Aku tidak ingin karirku hancur karena masalah sepele. Perusahaan ini adalah tempat dimana aku mengais rezeki, Ken. Sudah peraturan perusahaan dari awal melarang seluruh karyawan nya untuk terlibat hubungan spesial. Aku tidak ingin di pecat," sanggah Ara dengan cepat. Memberikan alasan yang logis agar Kenzi bisa menerima keputusan yang telah di buat oleh Ara. Siapa juga yang mau dengan pria tidak setia dan tidak memiliki pendirian seperti Kenzi. Bukan nya tidak ingin segera membongkar kebusukan yang telah Kenzi dan Hana lakukan, namun Ara ingin membuat perhitungan terlebih dahulu untuk dua orang pengkhianat yang tidak memiliki perasaan dengan tega menusuknya dari belakang. "Aku tidak mau putus! Ara tunggu!" teriak Kenzi yang telah melihat Ara setengah berlari semakin menjauh. Kenzi hanya mampu menggeram kesal begitu Ara telah memasuki lobby perusahaan. Kenzi kini semakin di buat kesal dengan peraturan konyol yang di buat oleh perusahaan keluarga nya tersebut dari turun temurun. Karena peraturan konyol tersebut kini dirinya tidak mampu menunjukkan kepada orang-orang jika Ara adalah miliknya. "Sabar! Nanti kalau aku sudah duduk di kursi CEO maka aku akan merubah peraturan konyol itu!" umpat Kenzi seraya membenarkan dasi serta kemejanya yang terlihat berantakan. Sedangkan seseorang yang terus memantau pertengkaran kedua nya kini nampak tertawa terbahak-bahak. "Hahaha. Dia menginginkan posisi CEO? Jangan mimpi terlalu tinggi Ferguson!" Ejek Aron namun tak sampai terdengar di telinga Kenzi. Aron yang telah bersiap menuju ke perusahaan utama milik kakeknya tersebut nampak sedikit nervous. Nervous karena sebentar lagi dirinya akan duduk di singgasana tertinggi di dalam perusahaan itu. Disisi lain, dirinya bersyukur karena cinta pertamanya ternyata juga bekerja di perusahaan tersebut. "Setiap karyawan di mohon untuk segera bersiap di tempat masing-masing karena CEO kita yang baru ada kemungkinan akan berkunjung ke setiap divisi," ucap manager operasional yang mewakili memberi tahu kan kepada seluruh karyawan di apel pagi kali ini. Seluruh karyawan nampak kasak kusuk mendengar informasi serta intruksi yang di berikan oleh manajer operasional. "Ra, CEO kita yang baru kira-kira masih muda atau sudah tua ya? Jadi penasaran aku. Kamu penasaran nggak sih, Ra?" Tanya Caca dengan pelan menyenggol lengan Ara. Ara yang di tanya oleh Caca tersebut hanya mengedikkan bahu secara singkat seolah tidak peduli. Karena fokus Ara memang hanya kerja yang giat saja, karena siapa tau suatu hari nanti dirinya akan mendapatkan promosi jabatan jika kinerjanya terbukti benar-benar bagus. "Hih, Ara selalu gitu ih kalau di tanya selain soal kerja," ucap Caca yang ikut mengimbangi langkah Ara menuju ke ruang kerja keduanya. Sedangkan Kenzi yang mendengar akan kedatangan CEO baru membuatnya semakin uring-uringan seorang diri. "Sial! Jadi siapa yang sekarang mengisi jabatan CEO? Kenapa mama tidak memberi tahu ku tentang informasi sepenting ini sih!" Omel Kenzi dengan menggebrak meja kerjanya. Dirinya yang hanya menjabat sebagai manager keuangan merasa tidak adil sekali karena tidak ada pemberitahuan secara terbuka dari kakeknya mengenai pemilihan calon CEO yang telah di incarnya sejak lama. Rasanya hari ini Kenzi seperti sudah jatuh di timpa tangga. Tiba-tiba di putuskan Ara secara sepihak, tak lama kemudian ada pemberitahuan mengenai kemunculan CEO baru. Mau tak mau Kenzi berpura-pura menyibukkan diri dengan deretan angka yang membuat kepalanya semakin pusing. Pintu ruang kerjanya sengaja tidak di tutup olehnya agar Kenzi dapat langsung melihat CEO barunya ketika menyapa para bawahan nya di setiap divisi. Hingga tak lama kemudian terdengar riuh para karyawan wanita yang menandakan sang CEO telah tiba. Namun CEO yang tengah di nanti Kenzi tidak kunjung muncul yang ternyata tidak seluruh divisi di kunjungi olehnya. Tak lama kemudian chat balasan dari orang kepercayaan Kenzi pun tiba. Orang tersebut mengirimkan sebuah foto serta biodata CEO yang tengah membuat Kenzi penasaran. "Jadi dia yang selalu di sebut Cucu yang lama hilang oleh kakek?? Sialan!" umpat Kenzi lagi dan lagi karena merasa tidak terima. Apalagi cucu yang selalu di nanti oleh kakek nya tersebut ternyata jauh lebih tampan darinya. "Semoga saja cucu sialan itu tidak melirik ataupun menginginkan Araku!" ucap Kenzi yang semakin di buat cemas karena nyatanya Ara adalah satu-satunya karyawan yang memiliki pesona luar biasa.Mirna nampak keluar dari club malam tersebut dengan wajah lesu. Rupanya dirinya di tolak mentah-mentah oleh pemilik nya alias atasannya bekerja terdahulu. "Kamu sudah terlalu tua untuk bekerja kembali di club milik ku, Mirna. Tidak akan ada yang mau menggunakan jasamu!" Tekan pemilik club malam yang berumur seusia Mirna namun wajahnya masih nampak muda. "Kecuali ..." Ucap wanita yang acap di panggil mami Sintia dengan nada terpotong seolah memberikan kesempatan kepada Mirna. "Kecuali apa? Tolong beri kan aku kesempatan untuk kembali bekerja disini, Mam. Aku mengaku salah karena dulu pernah mengecewakan mu. Aku terlalu lelah untuk hidup menjadi wanita miskin. Bukan kah banyak berondong yang juga membutuhkan wanita paruh baya seperti ku?" Cerocos Mirna dengan berusaha meyakinkan wanita di hadapan nya. Setelah mendengar bujuk rayu Mirna, Sintia tetap menggelengkan kepalanya. "Aku bisa mempekerjakan mu kembali dengan syarat, kamu harus mencari target anak-anak muda yang cantik,
Ara nampak menunduk begitu mendapatkan surat peringatan serta skorsing dari atasan nya. Lebih tepatnya menager HR nya tersebut tengah memarahinya yang membuat dirinya terus menahan diri dari segala amarah karena sedari awal memang dirinya tidak memiliki pegangan apa pun untuk membela diri di perusahaan tersebut. "Untung kali ini Pak Aron tidak memecat mu dan hanya menskorsingmu selama satu minggu! Makanya cantik jangan cuma di pakai untuk menggoda atasan! Yasudah sana kemasi barangmu!" bentak manager HRnya tersebut dengan wajah sinis. Setelah nya manager HRnya tersebut segera mengambil kaca di dalam aci meja nya serta memoles bibirnya kembali dengan lipstik yang semakin menyala terang tanpa memperdulikan perasaan Ara yang tampak memberikan hormat sebelum keluar dari ruangan tersebut. "Salah sendiri berbuat ulah. Aku tambahin saja skorsing nya menjadi satu minggu. Mana mungkin Pak Aron tahu jika aku memperpanjang hukuman nya. Itu lah kuasa manager HR!" ucap sang manager dengan
"Ternyata Tom belum cocok untuk menjabat sebagai asisten pribadi pengganti mu pak tua," Ucap Aron secara langsung begitu Asisten Johan menghadap dirinya. "Maafkan putra saya, Tuan. Biarkan dirinya saya didik kembali agar putra saya bisa bekerja dengan lebih benar," jawab asisten Johan dengan wajah yang berubah menjadi pias akibat teguran yang Aron berikan. "Dia terlalu banyak bicara yang bukan menjadi ranah tugasnya. Latih kembali di barak tim pengawal. Dia harus bisa menjinakkan singa peliharaan ku serta buaya yang ada di kolam penangkaran belakang mansion," "Kau tau untuk apa itu semua pak tua?" Tanya Aron dengan mengetuk-ketuk kan meja kerjanya dengan jari jemarinya. Asisten Johan hanya mampu menggeleng samar tanpa berani menatap wajah atasan nya tersebut. "Agar putramu segera bisa memahami kesalahan nya. Aku lebih menyukai seseorang yang lebih mengedepankan tindakan dari pada banyak kata-kata. Pergilah kerjakan tugasmu," ucap Aron kemudian. Asisten Johan pun bergeg
Setelah rasa sesak di hatinya sedikit menghilang, Ara memutuskan untuk melangkah keluar dari bilik toilet. Dirinya mematut pantulan wajahnya di depan cermin. Memperbaiki riasan nya yang sedikit berantakan. Ara menyadari bahwa tidak ada gunanya jika dirinya terus menangis meratapi nasib. Harusnya dirinya sudah kebal dengan sikap mama nya terhadapnya selama ini, semenjak dulu. Bahkan menurut cerita dari tetangga nya di desa, sejak dari kecil memang Ara tidak pernah di urus dengan baik oleh mamanya. Lebih sering dirinya yang berkeliaran berjalan kesana kemari di area lingkup tetangga nya di desa. Dengan baju kumal, rambut lusuh, dan perut keroncongan yang hampir setiap hari Ara rasakan. Bahkan anak-anak kecil seusianya hampir tidak ada yang mau bermain dengan nya. Hanya Ibra lah satu-satu nya anak kecil seusianya yang setia berada di samping Ara. Ibra kecil yang selalu membawakan makanan diam-diam untuknya. Untuk di makan nya berdua bersama nya. Ayah? Bahkan Ara tida
"Dasar anak tidak tahu di untung!" Teriak mama Ara dengan suara menggelegar serta tangan yang sudah bertengger menjambak rambut panjang Ara. Ara begitu terlonjak kaget serta rasa sakit di kepala akibat cengkeraman yang mama nya lakukan membuatnya meringis kesakitan. "Sakitt, ma!!"Beberapa orang di area depan perusahaan nampak terlihat penasaran dengan apa yang tengah terjadi di antara keduanya. Di satu sisi, Ara tengah mencoba melepaskan diri sekuat tenaga agar rambutnya tidak di tarik semakin kuat oleh mamanya. Bahkan terlihat gerakan mama Ara yang semakin brutal menyerang Ara yang membuat keduanya semakin menjadi tontonan banyak orang. "Tante Mirna! Berhenti!" Teriak Ibra dengan cepat menarik tubuh Mama Ara dengan kuat hingga jatuh tersungkur. "Akh! Kurang ajar!" Pekik Mama Ara dengan segera menoleh ke sosok orang yang berani mendorongnya hingga terjatuh. "Heh! Kamu si culun dari kampung! Ternyata kalian berdua masih saling terhubung! Kalian memang cocok! Sama-sama tida
"Syukurlah kalau dokternya baik dan tidak mematok tarif yang di luar nalar," ucap Ara setelah dokter yang memeriksa nya undur diri. Tom yang sudah tiba di apartemen yang kini di tempati oleh Ara nampak mengangguk seolah membenarkan apa yang di katakan oleh Ara. Padahal sejatinya dokter tersebut adalah dokter terbaik dan termahal di rumah sakit internasional milik kolega keluarga Tuan nya."Jadi dokter tadi itu teman nya teman mu itu?" Bisik Ara dengan menunjuk kearah Tom."Iya dokter tadi teman Tomy. Tomy juga teman baik ku. Jadi bisa juga di sebut kita tengah beruntung karena mendapatkan diskon berobat dari dokter tadi karena beliau adalah teman Tomy," jawab Ibra yang kemudian di jawab dengan anggukan kepala oleh Tom lagi dan lagi."Oh iya, Tomy juga baru saja di terima bekerja di perusahaan sama seperti kita. Iya kan, Tom?" Kali ini Ibra nampak melirik ke arah Tom agar Tom menjawab sesuai dengan arah pembicaraan yang tengah di bangun nya di hadapan AraLagi-lagi Tom mengangguk d