Beranda / Rumah Tangga / Istri Warisan Sahabat / 147. Rumah Sakit Lagi

Share

147. Rumah Sakit Lagi

Penulis: pramudining
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-04 08:13:56

Happy Reading

*****

Kebahagiaan keluarga Haidar terus bertumbuh, meskipun kadang ada kerikil kecil menghalangi. Namun, mereka bisa mengatasi. Kandungan Aliyah pun tumbuh dengan baik sekalipun banyak obat yang harus dia konsumsi. Semua dia terima demi mempertahankan kesehatan janinnya.

Pada tri semester pertama, setiap dua minggu sekali Aliyah harus memeriksakan kandungan. Kekhawatirannya sangat besar sekali, terkadang Dokter Irma sampai geleng-geleng kepala. Pasien satu itu selalu pesimis dengan kesehatannya sendiri.

Tumbuh kembang kedua putra Haidar pun sangat baik. Ilyas sudah pandai berbicara, segala hal yang dia lihat dan mengusik hatinya selalu ditanyakan tak jarang Hazimah kewalahan dengan segala pertanyaannya. Jika sudah begitu, maka Ilyas akan merengek dan mengadu pada ibunya, Aliyah.

Putra kedua Haidar sudah mulai belajar berdiri, meskipun masih lebih banyak jatuhnya. Semua begitu terasa membahagiakan saat rasa saling menghormati dan kasih sayang terjaga dengan sendirinya. Ko
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Istri Warisan SahabatΒ Β Β 150. Bahagia

    Happy Reading*****"Adik, jangan lari-lari! Mas, nggak mau main sama kamu lagi," ucap seorang anak kecil pada adik perempuannya."Masak gitu aja dah capek, Mas? Nggak seru, ih." Dia cemberut karena masnya tidak mau lagi mengejar."Terserah. Dasar Adik manja." Anak kecil itu meninggalkan adiknya yang mulai menjerit dan menangis memanggil orang tuanya."Mas! Kamu apain lagi adikmu?" tanya orang tua perempuannya."Nggak ngapa-ngapain, dia aja yang manja. Cuma gitu dah nangis," terangnya. Kedua tangannya berada di pinggang."Kalau kamu nggak goda adikmu mana mungkin dia nangis gitu. Ayo ceritakan kenapa?" pinta orang tuanya."Mas, itu dah bilang nggak ngapa-ngapain. Main lari-larian 'kan capek, Adik nggak mau ngerti," adu si mas."Mas, itu harusnya lebih sabar sama Adik. Bunda 'kan dah bilang kalau kita harus jagain Adik," nasihat anak lelaki yang lebih besar dari si mas."Abang selalu belain Adik, nggak pernah belain Mas sama sekali. Mas, juga 'kan adiknya Abang." Lama-lama anak itu ter

  • Istri Warisan SahabatΒ Β Β 149. Aliyah dengan Segala Keihklasannya

    Happy Reading*****"Yakin saja, Pak. Aliyah mampu melewati semua ini. Dia sudah berjuang sejauh ini untuk kesembuhannya, saya yakin kali ini pun dia akan baik-baik saja." Dokter Irma menyemangati. "Kita siapkan tindakan sekarang juga karena Bapak sudah menyetujui apa yang kami sarankan," kata Dokter Santi, "Anda bisa menemuinya sebelum kami memulai semua."Mereka keluar dengan keyakinan dan pikiran masing-masing. Sepanjang perjalanan menuju keluarganya, Haidar meneteskan air mata tanpa henti. Rasa itu begitu menakutkan baginya. Aliyah harus berjuang sekali lagi melawan semua penyakit demi kelahiran buah hatinya.Pertanyaan demi pertanyaan terus terlontar dari seluruh keluarga. Selesai menjelaskan semua, Haidar meminta ijin untuk menemui Aliyah. Tak ada yang tak mengeluarkan air mata mendengar penuturan Haidar. Lantunan doa-doa baik senantiasa mereka ucapkan demi keselamatan Aliyah dan bayinya."M-mas," panggil Aliyah terbata ketika melihat sang suami masuk ruangannya. "Iya, Sayang.

  • Istri Warisan SahabatΒ Β Β 148. Proses Melahirkan

    Happy Reading*****Hazimah menengok ke belakang saat rintihan Aliyah terdengar. Haidar mempercepat laju kendaraanya ke rumah sakit tempat biasa Aliyah memeriksakan kandungannya. Sebelumnya, Haidar sudah menyuruh Hazimah untuk menghubungi Dokter Irma."Ya Allah," rintih Aliyah."Ibu kenapa, Bunda?" tanya Ilyas yang duduk tepat di sebelah Aliyah di bangku tengah, sedangkan Hazimah dan Alfi duduk di samping kemudi."Abang diem dulu, ya, Nak. Nggak boleh buat Ibu makin kesakitan," peringat istri kedua Haidar supaya putranya tidak terus bertanya mengapa dan sakit apa."Ya Allah, astagfirullah," ucap Aliyah sambil mendesis kesakitan."Sabar, Al. Bentar lagi kita sudah sampai," ucap Hazimah. Keringat Aliyah mulai membasahi seluruh bagian wajahnya. Jari jemarinya meremas kuat tangan sang mertua. Sakit itu benar-benar tak tertahankan, rasanya ajal perempuan itu sudah semakin dekat.Memasuki halaman rumah sakit dengan cepat Haidar menghentikan mobilnya di depan ruang ICU. Di sana, dia sudah

  • Istri Warisan SahabatΒ Β Β 147. Rumah Sakit Lagi

    Happy Reading*****Kebahagiaan keluarga Haidar terus bertumbuh, meskipun kadang ada kerikil kecil menghalangi. Namun, mereka bisa mengatasi. Kandungan Aliyah pun tumbuh dengan baik sekalipun banyak obat yang harus dia konsumsi. Semua dia terima demi mempertahankan kesehatan janinnya.Pada tri semester pertama, setiap dua minggu sekali Aliyah harus memeriksakan kandungan. Kekhawatirannya sangat besar sekali, terkadang Dokter Irma sampai geleng-geleng kepala. Pasien satu itu selalu pesimis dengan kesehatannya sendiri.Tumbuh kembang kedua putra Haidar pun sangat baik. Ilyas sudah pandai berbicara, segala hal yang dia lihat dan mengusik hatinya selalu ditanyakan tak jarang Hazimah kewalahan dengan segala pertanyaannya. Jika sudah begitu, maka Ilyas akan merengek dan mengadu pada ibunya, Aliyah.Putra kedua Haidar sudah mulai belajar berdiri, meskipun masih lebih banyak jatuhnya. Semua begitu terasa membahagiakan saat rasa saling menghormati dan kasih sayang terjaga dengan sendirinya. Ko

  • Istri Warisan SahabatΒ Β Β 146. Terima kasih

    Happy Reading*****"Dih, kok marah, sih?" sahut Aliyah yang melihat wajah lucu sang suami ketika kesal padanya. "Kamu itu, Sayang. Mas sudah mengucapkan terima kasih dengan tulus, malah enggak diterima dengan senang hati. Siapa yang enggak jengkel kalau begitu," kata Haidar."Lagian kamu juga aneh, Le. Azza yang melahirkan, tapi kamu malah mengucapkan terima kasih sama Aliyah. Ya, jelas kami mempertanyakan maksudnya," sahut Sania. Perempuan paruh baya itu masih menahan senyuman karena ulah putra bungsunya. "Bener kata Bunda. Kenapa, sih, Mas?" tanya Aliyah kembali. "Mas juga mengucapkan terima kasih itu karena kamu sudah mau menjaga janin yang ada di sini," jelas Haidar sambil mengusap perut Aliyah yang masih rata. "Mas itu melihat sendiri perjuangan bundanya Ilyas untuk melahirkan, menakutkan. Mas, enggak yakin jika mengalami sendiri. Pasti sudah menyerah karena enggak tahan sakit. Ternyata, perempuan itu lebih kuat dibanding laki-laki."Aliyah tersenyum mendengar penjelasan san

  • Istri Warisan SahabatΒ Β Β 145. Pangeran Kedua

    Happy Reading******Berbagai penjelasan dari dokter dan perawat sudah tak mampu Hazimah cerna dengan baik. Namun, dia masih bisa mendengar arahan dari mereka. Rasa sakit itu kian menjadi-jadi, seluruh bagian tubuhnya merasakan itu, apalagi pinggang. Haidar masih setia menggenggam dan memeluk istrinya sambil melafalkan beberapa bacaan zikir."Tarik napas yang kuat, Bu. Kepala bayinya sudah terlihat," kata sang dokter."Ayo, Sayang kamu pasti bisa," tambah Haidar menyemangati sang istri. Walau sakit yang lelaki itu rasakan ketika Hazimah mencengkeram pergelangannya dengan kuat, tetapi semua itu tidak sebandiang kesakitan yang dialami istrinya. Haidar berusa menahan semua itu bahkan ikut menyemangati istrinya untuk terus berjuang hingga bayi mereka terlahir nantinya."Sedikit lagi, ya, Bu. Dorong dengan kuat, Bu," perintah salah satu perawat.Hazimah kembali mengejan demi mengeluarkan bayi hasil buah cintanya dengan Haidar. "Ayo, Sayang," kata Haidar."Ya Allah," ucap Hazimah dengan s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status