Home / Romansa / Istri Yang Dilupakan CEO / Ch. 6 Mertua Yang Mengatur Segalanya

Share

Ch. 6 Mertua Yang Mengatur Segalanya

Author: Pinnacullata
last update Last Updated: 2021-09-09 13:19:46

Tatapan Karen sangat merendahkan Noel. Pria itu segera menelan ludahnya sendiri.

“Kamu jadi suami harus bisa mengatur rumah, Mama sangat kecewa. Sudahlah, sekarang  Mama tunggu di ruang piano. Kamu segera bersiap untuk ke pulau Goro, Mama sudah atur semua.” 

Wanita segera berbalik dan dengan langkah anggun berjalan menaiki undakan menuju dalam rumah. 

Emily tanpa sadar menghembuskan napas yang dia tahan. Lalu menatap wajah bosnya yang pucat. 

Setiap bertemu dengan Madam, pria itu selalu berwajah seperti itu. Tapi Emily tidak bisa menyalahkannya, jika memiliki ibu seperti itu, Emily mungkin sudah gila sebelum puber.

“Goro?” 

“Siap pak.”

“Jam?”

“Jam 11.30 pak,” jawab Emily melihat jam tangannya, sekarang sudah jam 11. 

Tapi dia sebenarnya bersyukur, sudah jam 11. Karena dengan begitu mereka tidak perlu berlama-lama bersama nenek lampir itu. 

Wanita itu menatap istri baru bosnya, tapi aneh, wanita itu biasa saja, dia tidak terkejut dengan gelagat madam mereka yang berlebihan.

“Oke, sebaiknya kamu keluarkan semua koper dan pastinya semua sudah siap. Kamu berangkat duluan ke bandara, ingat pastikan semua sesuai perintah Mama.” 

Bosnya berkata dengan suara berat menatap tajam ke arah Emily. Wanita itu segera bungkuk dan meninggalkan mereka.

Bianca menatap suaminya, namun bingung harus berkata apa, jadi dia kembali diam. Noel menggaruk belakang kepalanya, lalu menatap mata Bianca.

“Kamu dengar ‘kan, kita akan bulan madu. Semua sudah disiapkan. Kamu nggak usah repot … sekarang ikut aku ke dalam,” ujarnya dingin, lalu tanpa kata-kata lain, pria itu juga melangkahkan kakinya yang panjang ke dalam rumah. 

Ruangan Piano adalah ruangan ballroom kecil bergaya Victorian, dengan gorden tinggi yang berat. 

Lantainya yang dari marmer mengkilap, dengan karpet persia di bawah piano. 

Karen duduk dengan anggun meminum teh kesukaannya, secangkir earl grey yang pekat. Wanita itu bergeming saat Noel masuk, tapi saat melihat Bianca, dia tersenyum tipis dan menepuk kursi kosong di sebelahnya. 

Dengan hati menciut wanita muda itu duduk di sebelahnya dengan kaku. 

“Für Elise.”

Noel mendesah pelan lalu duduk di kursi dan membuka cover piano. Bak robot, pria itu memainkan piano dengan segera. 

Bianca terpana menatap suaminya, jari-jari itu dengan lincah memainkan lagu klasik yang Bianca sering dengar tanpa tahu judulnya. 

“Kamu bisa main piano?” Bianca yang sedang serius memperhatikan Noel terkejut akan pertanyaan mertuanya, lalu menggeleng pelan.

“Harus, nanti belajar dengan Noel ya, jadi nanti kamu bisa mengajarkannya kepada anakmu nanti, piano itu penting. 

Bianca merasa kalau itu bukan saran, tapi perintah yang wajib dia lakukan. Wanita muda itu segera mengangguk pelan.

“Oke, Mama pergi dulu, kalian cepat bulan madu dan  berikan Mama cucu.” 

Dia berdiri dan pergi tanpa bicara apa-apa lagi walau permainan Noel belum selesai. 

Permainan piano seketika terhenti dan Noel segera mengikuti mamanya keluar, dengan heran Bianca juga merasa harus mengikuti mereka. 

Wanita itu segera naik mobil dan dengan wajah kaku pergi begitu saja. Begitu mama mertuanya pergi, Bianca baru bisa merasakan kembali kakinya. 

Dari tadi, dia gugup sekali. Suaminya juga terlihat lebih santai. Pria itu kembali masuk ke ruang tengah dan menatapnya kembali seakan baru menyadari keberadaan Bianca dari tadi.

“Ayo,” ujarnya singkat.

“Aku belum siap, aku tidak tahu kalau kita mau pergi,” sergahnya bergeming. Noel menatap bola mata kaca di hadapannya dengan kesal karena harus mengulang dirinya lagi. 

“Semua sudah disiapkan … kamu hanya tinggal bawa dirimu saja.” Pria itu lalu masuk ke sebuah kamar dan keluar dengan mengenakan jeans dan kaos polo hitam. Hati Bianca dengan konyolnya kembali berdesir. 

“Kamu ... sepertinya tak usah ganti baju, ayo.” 

Dia menatap sekilas Bianca, seakan menilainya. Lalu pria itu berjalan keluar rumah sambil membawa sebuah buku bersampul kulit. 

Bianca mendengus lalu mengambil handphonenya dari kamar. 

“Sepertinya kehidupan aneh ini yang akan aku jalani, tapi setidaknya aku terbebas dari Alice,” pikirnya dalam hati.

Noel menatap istrinya yang pucat, tertidur di kursi pesawat sambil menghela napas. Sebelumnya Bianca sangat terlihat kalau dia tidak percaya naik pesawat pribadi seperti ini, kini setelah merasa nyaman, wanita itu tidur dengan nyenyaknya. 

Walau lebih kecil dari pesawat biasanya, tapi pesawat pribadi adalah transportasi yang selalu Grup Goro gunakan, selain helicopter. Wanita itu tadi memegang pegangan kursinya erat-erat saat pesawat mau terbang, melihatnya seperti itu merupakan hiburan tersendiri, setelah pengalaman pagi yang tidak menyenangkan bersama mamanya tadi. 

Pulau yang dituju adalah milik pribadi keluarganya. Dia menatap keluar melalui jendela oval pesawat, laut biru muda di bawah mereka menandakan sebentar lagi mereka akan sampai.  Hanya akan ada mereka nanti disana, entah apa yang mamanya sudah siapkan. Noel mengerutkan keningnya. Jika berhubungan dengan mamanya, pasti banyak hal aneh yang akan terjadi.

Saat pesawat mendarat, Bianca terbangun dengan terkejut, entah kenapa dia kini dengan mudahnya tertidur, dia seperti membalas insomnianya beberapa minggu ke belakang. 

Suaminya menatapnya tanpa ekspresi lalu membuang pandangan. Hati Bianca mencelos, pria itu tampak selalu tidak menyukainya.  

“Mungkin dia sangat kesal harus menghabiskan waktu bersamaku,” pikir Bianca, tapi dia tidak bisa menahan semangatnya, Bianca sangat suka pantai. Walau pria kaku itu membencinya, dia akan menikmati waktu yang ada disini. 

Saatnya menikmati kebebasannya dari Alice. Dia tersenyum lebar saat turun dari pesawat dan menghirup aroma laut. Dulu saat masih kecil, papanya masih mengizinkan dia main di pantai. Tapi sejak kedatangan Alice, tidak lagi. Menurut wanita itu, kulit wanita sempurna harus putih pucat. Jadi berjemur di bawah matahari sangat haram hukumnya buat Bianca. Tapi kini mama tirinya tidak ada disini, dia akan berpuas diri bermain di pantai.

Mereka menuju rumah. Bukan, ini bukan rumah tapi seperti kastil kecil di pinggir pantai, ada kolam dan taman yang indah. Intinya mirip sekali dengan rumah Noel, hanya versi kecilnya.

Pria itu masuk ke kastil kecil itu dan Bianca mengikutinya sambil mengamati isi kastil dengan terpesona. Pria itu lalu masuk ke sebuah ruangan dengan pintu kayu yang besar, dan seperti kemarin Bianca mengikutinya.   

“Kamu ... jangan masuk disini, ini kamarku.” 

Pria itu berhenti di depan pintu, menahan Bianca masuk. Bianca menatap pria itu dengan bingung. 

“Kamu ... di kamar sebelah saja, pasti Emily sudah menyiapkannya,” ujarnya lagi lalu masuk dan menutup pintu di depan wajah Bianca. 

“Tertolak.” pikiran itu yang muncul di kepala Bianca segera. Hatinya mencelos menyadari, kalau suaminya bukan hanya tidak menyukainya, tapi sepertinya pria itu malah membencinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nur Aini
mhl baget koin nya
goodnovel comment avatar
Nur Aini
cerita nya bagus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Yang Dilupakan CEO   Ch. 138 Pada Akhirnya

    “Lalu, ternyata 99,99 persen, dia adalah anakku,” ucap Noel dengan suara bergetar. Air mata luluh keluar dari kedua bola matanya. “HAH?” Bianca tak percaya dengan pendengarannya. “99, 99 persen Bian, 99, 99% persen!” pekik Noel dengan suara tercekik karena dipenuhi oleh emosi. Bianca tak percaya dengan apa yang dia dengar, tanpa berpikir wanita itu menarik kertas yang ada di tangan suaminya dan membaca dengan hikmat. Noel seketika teringat pada saat ia memukuli Kevin waktu itu, pria itu terus berkata kalau dia tidak sempat melakukan apa-apa karena Bianca. terlanjur muntah. Tapi tentu saja saat itu Noel tidak percaya, karena apa yang dia lihat dengan apa yang dikatakan oleh Kevin tidak sesuai. Semua yang dikatakan Kevin waktu itu juga terlupakan oleh Noel, karena saat Kevin sadar di rumah sakit, dia mengatakan kejadian yang berbalik 180 derajat. Tapi, kini Noel yakin kalau saat ditemukan di hutan waktu itu, Kevin mengatakan yang sejujurnya karena ketakutan. “Untung kam

  • Istri Yang Dilupakan CEO   Ch. 137 Terima Kasih, Ma

    Karen tak bisa menahan pekikkannya saat membaca hasil tes DNA yang baru saja dikirim. Seminggu penuh wanita itu tak nyenyak tidur, kini penantiannya tak sia-sia. Memang perasaan seorang ibu tak pernah salah. Tapi setelah rasa senangnya berakhir, air mata mengalir di pipinya. Wanita itu seketika menyadari kalau dia memang benar-benar seorang nenek sekarang. Bukan nenek palsu, nenek dari anak angkat, tapi nenek sungguhan.“Ugh… Noel!” erang Bianca saat pria itu semakin mengganas. Walau nikmatnya tak tertahankan, tapi perhatian Bianca kini terbagi dua. Seharusnya mereka tidak melakukannya di sini, ini kamar Asher, walau dia bayi, tak seharusnya dia melihat mama papanya melakukan ini semua!Walau, bayi itu tidur dengan pulasnya, tapi tetap saja jantung Bianca tak bisa tenang karena bisa saja tiba-tiba bayi itu terbangun.“Kenapa, Asher tidur, dan kamu salah sendiri pakai gaun separuh terbuka seperti ini, kamu memang sengaja menggodaku kan?” desah Noel dengan serak. Pria itu dengan cepa

  • Istri Yang Dilupakan CEO   Ch. 136 Rahasia Karen

    Betapa pun keinginan Karen untuk menyingkirkan bayi itu, tapi kini saat melihat bayi kemerahan di hadapannya wanita itu tak bisa menyingkirkan rasa terharunya. Bianca akhirnya melahirkan bayinya yang sangat tampan ditemani Noel yang sangat ketakutan.“Dia bayi yang sangat tampan,” desahnya sambil menahan tangis. Leon segera memeluk istrinya, wanita itu memang selalu rapuh di hadapan bayi. Sebenci- bencinya dengan Noah dulu, begitu melihat bayi, wanita itu juga tak tega dan segera lumer. Sama seperti sekarang, wanita itu menggendong Asher yang baru berumur sehari. Kelegaan karena Bianca melahirkan duluan dibandingkan Emily juga salah satu yang membuat Karen tak bisa menguasai perasaannya.“Asher berarti kebahagiaan, berkah, atau keberuntungan,” desah Noel dengan penuh kebanggaan. Nama itu dia sengaja pilih agar anak itu tak akan mengalami kesusahan yang ia alami atau Bianca. Anak ini akan dididik dengan penuh kasih sayang, hal yang mahal bagi Bianca dan Noel saat kecil.“Amin, anak in

  • Istri Yang Dilupakan CEO   Ch. 135 Bayi Sang Pemerkosa

    Bianca menatap suaminya dan memutar ingatannya kembali. Tak ada satupun Kevin muncul dalam ingatannya. Tapi kenapa Noel bisa menyebutkan nama pria itu?“Kevin siapa?” tanya Bianca dengan suara tercekik karena sesungguhnya Bianca adalah aktris yang buruk, Wanita itu sama sekali tak bisa berbohong. Wajahnya sungguh jelas dapat dibaca oleh Noel dan hati pria itu hancur saat menyadari kalau memang Bianca menutupi pertemuannya dengan Kevin.“Bianca, kamu ditemukan bersama Kevin di tengah hutan di tengah malam,” ucap Noel lagi. Kali ini suaranya dingin dan terasa jauh. Walau mereka tidur dalam satu kasur yang sama, kulit mereka pun bisa dikatakan saling menempel, tapi, saat ini juga Bianca merasakan kalau pria itu sangat jauh.“Nggak … nggak mungkin,” gagap Bianca bingung. Wanita itu menutup mulutnya dengan kening berkerut tebal. Noel mulai menyesal mengatakan semua kebenaran ini. Dia sudah berjanji dalam hatinya dulu sebelum Bianca bangun, kalau apapun kebenarannya, bayi siapa pun dalam ka

  • Istri Yang Dilupakan CEO   Ch. 134 Bersama Kevin

    “TIDAK!” Noel berteriak menyeruak mendekati Bianca, jemarinya segera memegang tangan istrinya. “Kami akan melakukan operasi untuk mempertahankan bayi, apakah bapak bersedia untuk dilakukan operasi, ini harus segera dilakukan pak,” ucap dokter dengan sungkan. Mengatakan hal ini sungguh berat, namun waktu terus berjalan, mereka harus bisa mencoba menyelamatkan bayi dalam kandungan.“Bayi itu milikku!” ucap Kevin dengan penuh kemenangan sebelum akhirnya dia diseret keluar.Noel menatap istrinya yang masih seperti tertidur. “Pak, operasi harus segera dilakukan,” desak dokter karena Noel masih juga belum menjawab.“Kita harus menyelamatkan bayi di kandungan,-” Ucapan dokter itu terhenti saat tiba- tiba saja jemari tangan Noel digenggam erat.“Noel…” Suara itu persis sama seperti di dalam mimpi Noel, kali ini pun rasanya bagaikan mimpi.“Bi-Bian?” gagap Noel kaget.“Aku ketiduran, maaf ya.” Wanita itu tersenyum dan terkekeh sendiri. Air mata mengalir dari kedua matanya yang indah. Rasany

  • Istri Yang Dilupakan CEO   Ch. 133 Waktu Kematian

    Sejak penyusupan Karen yang menyuruh adanya tes DNA pada kandungan Bianca, Noel kini tak pernah beranjak dari ruangan perawatan ‘apartemen’ di rumah sakit. Mamanya hanya bisa menghela napas panjang tiap kali melihat keadaan Noel.“Sekarang sudah 8 bulan Noel,” ucap Karen dingin. Pria berambut coklat ini hanya mendongak dari meja kerjanya dan mengangguk.“Bayi itu tak mungkin…” Karen menghentikan ucapannya ketika tatapan mereka bertemu. “Yah… nanti kalau sampai lahir pun …” Karen baru kali ini kehabisan kata-kata karena apapun yang mau dia ucapkan seakan segera dipatahkan dengan tatapan penuh cinta Noel yang berdiri mendekati istrinya.“Dia akan bangun, dia hanya lelah, dia butuh tidur yang agak lama,” jawab Noel sambil mengelus rambut istrinya. Karen mendesah, bahkan kini di kalangan temannya, Noel sudah dicap gila. Tapi, apa yang bisa Karen lakukan. Karen benci menjadi tak berdaya seperti ini, akhirnya yang bisa dia lakukan adalah memutar tumitnya dan meninggalkan ruangan itu, la

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status