Bab 29. Flashback RaniRani tengah membaca dokumen di mejanya di ruang rapat bersama karyawan lain, hingga suara langkah kaki seseorang mengalihkan perhatiannya. Dilihatnya seorang wanita dengan hijab, pakaian formal dan terlihat berwibawa melangkahkan kakinya dengan mantap memasuki kantor dengan penuh percaya diri."Aisyah Hermawan, mulai hari ini dia akan menjadi direktur utama disini." Akhir Pak Hermawan setelah rapat selesai.Semua karyawan menatap Aisyah tak percaya, sedangkan Rani hanya diam mengamati sosoknya dengan teliti. Walau baru melihatnya, Rani merasa bahwa Aisyah sosok wanita yang tangguhRani memperhatikan bagaimana wanita itu menyalami setiap kepala divisi dengan sikap profesional, menatap lawan bicaranya dengan mata tajam yang penuh pemahaman. Ia tidak sekadar mendengarkan laporan—ia membaca di balik kata-kata mereka, menganalisis, memilah mana yang jujur dan mana yang hanya bualan belaka.Dan benar saja.Beberapa hari setelah Aisyah resmi menjabat, ia memanggil Ran
Bab 30. Harus KuatClick..Aisyah sejak tadi melihat isi flashdisk yang Rani berikan padanya "Farah..." Matanya terus melihat isinya dan melihat ada rekam jejak digital mengenai mantan karyawan bernama Dika di sana. Dahinya sesaat mengerut "Dika?" Mulai berpikir "Kalau tidak salah dia pernah bekerja disini dan di pecat karena alasan tertentu." Ia memegang pulpen dan mengetuk-ngetuk nya di meja "Apa hubungannya dengan ini? Apa ini pembalasan dendam karena tidak terima di pecat? Atau.." Aisyah menaikan satu alisnya "Ini permainan Arman dan Farah?" Suara dering telpon membuat fokusnya teralihkan, dengan segera di raih handphone di mejanya dan melihat layar "Papa" ia mengangkat dan menempelkan nya di telinga "Kenapa, pa?" Terdengar suara Hermawan di telpon "Tidak apa-apa, papa hanya sedikit kepikiran tentang kamu. Kamu baik-baik saja, Aisyah? Apa ada kendala?" Aisyah melirik layar laptopnya yang masih menampilkan file yang sedang di lihatnya "Tidak ada, pa" tersenyum "Papa sendiri ba
Bab 31. Ancaman Pembatalan Kontrak[Assalamu'alaikum, Pak. Allhamdulilah saya sudah mendapatkan uang itu. Bisakah kita bertemu secara langsung untuk serah terima?] Satu pesan Aisyah kirimkan kepada suplayernya.Tak berselang lama suplayer tersebut mengirimkan sebuah alamat, cukup lumayan jauh dari tempat Aisyah. Namun, ia tak mempermasalahkan hal itu. Tujuan Aisyah bertemu dengannya, agar komunikasi jelas dan kerja sama tidak dibatalkan sepihak.[Saya akan segera ke sana.] Dengan cepat Aisyah membalas pesan itu. Kemudian ia berpamitan pada mamanya."Hati-hati di jalan, Sayang. Jangan ngebut bawa mobilnya.""Iya, Ma. Aku pergi dulu. Assalamu'alaikum ...."Sepanjang perjalan menuju tempat yang sudah dijanjikan oleh suplayernya, bibir Aisyah tak henti melafalkan doa-doa. Ia memohon kebaikan pada Tuhan-Nya, untuk setiap urusan yang akan ia lalui. Berpasrah diri. Ya, itulah yang bisa ia lakukan saat ini. Tidak ada yang bisa mengalahkan kehendak-Nya dan Aisyah meyakini hal itu.Di Caffe Bu
Bab 32. Aisyah: Ujian di Puncak Karier'Mampus kau, Aisyah. Tanpa aku menghancurkanmu, kau akan hancur sendiri di bawah karyawanmu!' Farah tertawa puas dalam hati.Mereka semua berencana akan mengadakan demo, untuk memecat Aisyah sebagai direktur utama di Amarta Grup, dengan bukti-bukti yang sangat nyata yaitu pembatalan kontrak kerjasama itu.Siang itu, mereka semua sibuk membuat kata-kata, yang bertuliskan 'Pecat Aisyah Jadi Direktur' yang sengaja di pasang di setiap sudut."Kalian ini apa-apaan?'' teriak Rani yang sudah frustrasi melihat tingkah karyawannya."Jangan dengarkan dia! Dia itu BONEKANYA AISYAH. Lanjutkan saja proses kalian. Kalian punya hak di sini!" perintah Farah menggema, mengalahkan suara Rani."Tapi Farah. Kamu tidak hak untuk menyuruh mereka bertindak tidak sopan!""Itu bukan titahanku, Rani. Asal kamu tahu, itu sebagai bentuk protes mereka karena Aisyah sudah gagal memajukan perusahaan ini.""Awas kau!" desis Rani. Ia segera pergi ke mejanya, dan segera melapor
Bab 33. Kesepakatan Rahasia: Cinta dan BisnisTepat jam 13.10 menit, Aisyah sudah memarkirkan mobilnya di halaman coffe yang sudah dijanjikan. Jantungnya berdegup sangat kencang, ia menarik napas dalam sebelum melangkah kan kakinya masuk ke dalam coffe."Selamat siang, ada yang bisa saya bantu," sapa seorang pelayan dengan sangat ramah."Saya mau bertemu dengan orang dari PT. Indomarka. Apakah dia sudah sampai?""Oh, dengan Bu Aisyah?" Pelayan itu memastikan. Aisyah mengangguk sebagai jawaban."Mari, Bu saya antar. Beliau sudah sampai sejak sepuluh menit yang lalu, dan sudah berada di ruang privat room.""Terima kasih," jawab Aisyah ramah. Ia mengikuti langkah kaki sang pelayan coffe menuju lantai tiga. Coffe dengan gaya Eropa klasik, memberikan kesan elegan pada siapa saja yang melihat."Silakan, Bu, saya permisi dulu," ujar si pelayan coffe, setelah Aisyah sampai."Terima kasih," jawab Aisyah dengan sopan.Mata Aisyah memindai sekitar, kakinya mulai melangkah mendekat ke arah ses
Bab 34. Kerja Sama dan Konspirasi"Baru saja sepekan aku tak berjumpa dengannya, kenapa dia membuatku segila ini?" Rendra mondar-mandir di dalam ruangannya. Rasa rindu pada Aisyah membuatnya tak tenang, sebuah ide gila muncul begitu saja. "Semoga ini berhasil." Ia mengambil ponsel, dan mulai melancarkan aksinya.[Nanti malam temani saya makan.] Satu pesan dikirim Rendra pada Aisyah.[Maaf, saya tidak bisa. Lain kali atau di siang hari saja.] Aisyah menolak dengan cara halus, bukan apa-apa ia takut menjadi bahan fitnah apalagi masa idahnya belum selesai.[Baiklah kalau tidak bisa malam, besok siang. Saya tidak ingin mendengar penolakan.][Kenapa Anda memaksa saya? Siapa Anda?][Jangan menolak. Ini bagian dari kerja sama.] Balas Rendra yang membuat Aisyah diam seketika."Huhh ... kenapa ada modelan manusia menyebalkan begitu, sih?' gerutu Aisyah memandangi layar ponselnya. Sedangkan di tempat yang berbeda Rendra tertawa penuh kepuasan karena berhasil mengajak Aisyah kencan meskipun deng
Bab 35. Awal Mula Kehancuran Farah dan ArmanMatahari mulai bersinar membawa kedamaian. Memberikan kehangatan dan ketenangan bagi semua insan."Hallo, Sayang." Arman membukakan pintu mobil sang pujaan yang baru saja sampai."Hai, Sayang." Dengan gerakan manja, Farah mengulurkan tangannya ke arah Arman. Terlihat laki-laki itu mengecup singkat tangan lembut nan mulus kekasihnya. "Ayo," ajaknya. Digandengnya tangan Farah dengan sangat mesra, seolah-olah menunjukkan pada semua orang jika mereka adalah pasangan yang sempurna."Aku sangat merindukanmu.""Begitupun denganku, padahal baru semalam kita tidur terpisah," ujar Arman dengan tidak tahu malu. Padahal mereka pasangan belum halal."Kita olahraga pagi dulu. Bagaimana?' bisik Farah dengan sensual."Bukannya hari ini ada rapat?""Ini masih jam 8 pagi. Ayolah." Farah mengeluarkan sikap manjanya. Luluh sudah pertahanan Arman. Bukannya belok ke ruangan kerjanya, Arman malah masuk ke dalam ruangan Farah."Jangan lupa kunci pintunya, Sayang.
Bab 36. Sistem Keamanan"Dasar bodoh!" Hendra memaki Arman dan Farah. Saat ini ketiganya sudah berada di ruangan Hendra. "Apa yang kalian pikirkan.Hah?""Paman, maafkan aku," ujar Farah terisak pilu."Kalau sudah seperti ini kalian bisa apa? Kamu juga Arman, harusnya sebagai laki-laki kamu bisa menahan nafsumu.""Tapi Farah yang sudah menggoda saya, Paman." Arman membela diri, ia tak ingin disalahkan sendiri."Kalian berdua sama-sama bodoh.""Paman maafkan aku," rengek Farah."Sudahlah, untuk ke depannya kalian lebih wasapada lagi.""Baik, Paman," jawab Farah dan Arman secara bersamaan. "Paman, aku ingin kita melakukan sesuatu.""Sesuatu apa, Farah?!""Kita laporkan saja tindakan ini ke polisi, Paman. Ini kan sudah termasuk pencemaran nama baik dan juga melanggar kode etik privasi orang lain.""Kamu pikir polisi sebodoh itu? Kalian melakukan hal gila itu di ruangan kantor di jam kantor dan juga Arman__" Hendra menjeda ucapannya. "Kalau sampai kasus ini tembus ke polisi, kalian berdua
Bab 59. Menjauh Dari KeagresifanSebelum selingkuhannya terbangun, Farah buru-buru mengemasi barang-barangnya, termasuk tas berisi berbagai macam, mulai dari uang sampai alat makeup. "Maaf ya om, aku pamit. Kali ini aku tidak memberi tahumu, maaf sekali lagi," ucap Farah pelan, ia menjaga agar Hamdan tidak terbangun.Farah angkat kaki dari rumah itu, meninggalkan Hamdan yang tengah pulas tertidur. Setelahnya, Farah memesan taksi online. Ia mendapatkan tumpangan usai menunggu selama lima menit. Hatinya terasa sangat bebas bisa keluar dari rumah Hamdan."Tidak tahu kenapa, aku mulai risih pada Hamdan yang mulai tampak mengekang. Seolah dia ingin memiliki aku seutuhnya, padahal aku masih punya suami," batin Farah. Dia menatap layar ponselnya dan melihat kontak bertuliskan 'papa Keysa' agar Arman tidak curiga."Selama ini aku jauh bermain gila dengan om Hamdan, apa sebaiknya aku lepaskan saja dia? Arman juga sudah lumayan hidupnya, aku mencintainya. Arman tampan, mengerti, dia menyayang
Bab 58. Posesif Farah berhasil pergi dari rumah dan bertujuan datang ke apartemen Hamdan."Aku rasa isi rekeningku mulai dikit, uang yang dari om Hamdan sudah terpakai untuk treatment ratusan juta kemarin, aku harus memintanya lagi kepada dia," kata Farah. Dia berdiri di pinggir jalan sembari menunggu taksi online yang sudah dipesan beberapa menit lalu."Aku tidak mau membawa mobil jika ke rumah om Hamdan, nanti dia tahu aku sudah hidup lumayan dan uang yang diberikan menjadi berkurang," lanjut Farah. Sebulan lalu Arman membeli mobil baru atas usaha restorannya yang berkembang pesat."Dengan ibu Farah, ya? Silakan naik Bu," ucap seorang lelaki.Farah merasa taksi pesanannya belum tiba di tempat, tetapi mengapa ada mobil yang menawarkan untuk naik."Siapa dia? Apa benar ini driver yang aku pesan? Tapi ..."Farah tidak ingin berlama-lama, sebelum ketahuan Arman saat lelaki itu lewat dari jalan yang sama. Farah segera naik ke mobil dan optimis itu benar-benar taksi online yang dipesan
Bab 57. Membuka UsahaMalam harinya. Sebelum tidur, Farah dan Arman bergelayut manja satu sama lain. "Kamu lucu deh sayang, dua hari ditinggal kamu semakin membuatku cinta," ujar Farah.Farah masih kian menunjukkan perubahan sikap manisnya di hadapan Arman, agar suaminya tidak curiga."Kamu juga semakin menggoda. Seksi, cantik. Dua hari meninggalkan rumah ternyata kamu benar-benar berubah lebih baik," puji Arman.Tidak berselang lama usai saling bercanda, tiba-tiba Arman terdiam. Diamnya lelaki itu membuat sang istri curiga."Apa jangan-jangan Arman mulai sadar aku sedang bermain cantik? Aku harus hati-hati," batin Farah."Kamu kenapa sayang? Tiba-tiba diam, seperti sedang kepikiran sesuatu. Kamu memikirkan ekonomi ya?" ucap Farah penuh selidik. Padahal, di dalam hati Farah khawatir suaminya membahas tentang dirinya."Iya sayang. Aku memikirkan itu."Farah memberi respons terkejut sambil berkata, "aku mana mungkin selingkuh, aku setia denganmu. Laki-laki kemarin bukan selingkuhan aku
Bab 56. Menutupi Kebusukan Diri Sendiri Keesokan paginya. Saat matahari baru terbit, waktu masih menunjukkan pukul enam pagi. "Sudah pagi dan aku harus kembali ke rumah," gumam Farah dalam hati.Farah meninggalkan apartemen Hamdan dan izin untuk pulang. Ia tidak berbicara langsung kepada lelaki selingkuhannya, tetapi menulis melalui sepucuk surat dan ditinggalkan di atas nakas. "Aku yakin om Hamdan akan membaca ini. Dia akan meraih ponselnya dulu dan otomatis membaca ini," batin Farah lagi.Dia meletakkan surat di bawah ponsel Hamdan.Farah memberikan kecupan terakhir sebelum meninggalkan Hamdan, lanjut merapikan barang-barangnya dan memilih pergi. "Aku pamit dulu ya om, sampai bertemu lain waktu," ucap Farah pelan sesaat sebelum meninggalkan Hamdan.Farah menarik napas dan berkata, "Aku harus memulai permainan manis ini." Ada rencana yang disiapkan Farah untuk Arman.***Di rumah Bu Ratna, Arman tampak uring-uringan. Wajahnya kusam dan lelah, semalaman Arman tidak tidur usai men
Bab 55. Penyesalan Datang di AkhirEmpat hari sudah berlalu. Berita kematian Aisyah terus muncul di publik, sampai ke televisi. "Berita ini muncul lagi," gumam Rina.Pak Hermawan adalah CEO, termasuk orang penting dan tender perusahaannya selalu masuk ke koran-koran juga ke berita. Sudah wajar kasus Aisyah masih terus berlanjut dan beritanya ada di mana-mana."Kamu kenapa terlihat begitu fokus? Wajahmu juga tegang, ada apa sih sebenarnya?" Ratna duduk di sebelah Rina dan mencari tahu rasa penasarannya.Di luar berita yang sampai ke telinga masyarakat, rupanya Ratna, ibunya Arman juga mengetahui. Rina selaku mantan ipar Aisyah juga update terus perkembangan kabar Aisyah yang muncul di layar ponselnya."Ternyata berita ini sudah resmi ditutup. Aisyah dipastikan meninggal dalam tragedi kecelakaan yang menimpanya," ucap Rina pelan. Matanya yang semula menatap ponsel, kini bertatap kosong. Rina menghela napas panjang. Tampaknya wanita itu tertegun dengan kabar tersebut."Sudahlah Rina, ki
Bab 54. Aisyah Tidak Jadi MatiMirna berjalan pelan dengan jantung berdebar-debar. Dia begitu yakin jika samar-samar pakaian pink yang dilihat dengan mata kepalanya sendiri adalah milik Aisyah. Untuk meyakinkan dugaannya, Mirna memanggil seseorang yang melintas dari lokasi tersebut. Mirna meminta tolong agar dibantu mengecek apakah ada manusia di dasar jurang yang dalam itu."Apakah bapak tidak keberatan jika saya meminta tolong turun ke bawah? Jika bapak tidak bisa ke sana, saya yang turun. Tapi tolong beri saya tali dan awasi perjalanan saya turun ke dasar jurang," ucap Mirna. Bapak tua yang sedang melintas guna mencari kayu bakar, merasa setuju dengan permintaan Mirna. Beliau dibayar oleh Mirna, paling tidak ada bayaran dari usahanya."Saya saja yang turun, Bu. Anda tampak lemas, saya khawatir anda akan terperosok ke dalam sana lalu sulit naik ke atas."Mendengar lelaki tua menawarkan diri, Mirna sigap setuju. Dia memantau dari atas dan harap cemas. "Semoga itu anakku dan masih
Bab 53. Sebuah Rencana Licik yang MenakutkanKeesokan harinya. Farah enggan bercakap dengan Arman yang sejak semalam terus diam. Bukan meredam suasana karena hampir ketahuan kebusukannya, justru Farah semakin acuh. Bahkan dia tidur di kamar semalam, seorang diri, lalu mengunci pintu dari dalam. Arman yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya tampak pasrah. Dengan satu bantal guling dan selimut, lelaki yang kini akrab disapa suami oleh Farah memutuskan tidur di ruang televisi. Ratna juga tutup mulut. Sepatah kata pun tak keluar dari mulutnya melihat Arman diperlukan buruk oleh Farah. Sesekali Ratna teringat jika dulu saat masih menjadi suami Aisyah, Arman tidak sekalipun pernah mendapatkan perlakuan yang sama. Di dalam kamar, terlihat Farah sedang membuka kontak dan sibuk mencari nomor seseorang. Senyum miringnya muncul setelah menemui apa yang dia cari."Hallo, selamat malam, apa kabarmu?" ucap Farah melalui sambungan telepon. Seseorang di seberang juga menjawab sapaan Farah."Temui say
Bab 52. Farah Bermain GilaFarah tiba ke tempat janjian menggunakan taksi online. Wanita itu memakai masker hitam, kacamata hitam, lalu berjalan terburu-buru. Di sebuah halaman apartemen, berdiri seorang laki-laki yang sejak tadi celingukan ke sana kemari. "Selamat sore cantik," sapa lelaki paruh baya itu. Farah membalas sapaannya dengan kecupan di dada."Om sudah tidak sabar, apakah kita bisa lanjut ke dalam?" lanjut lelaki itu. Farah tanpa menolak langsung mempersilakan diri. Bahkan laki-laki paruh baya tersebut membopongnya dan mereka berdua tertawa kecil menikmati perbuatan kotor di dalam sana."Om Hamdan tidak ada berubahnya, ya. Masih tetap bugar dan tampan. Pastinya kamu semakin tajir melintir, ya, Om?" cecar Farah.Ya, laki-laki yang sedang bersama Farah saat ini adalah Hamdan, papanya Keysa. Patut saja ekspresi Farah amat terkejut saat mengetahui Hamdan menjadi salah satu tamu undangannya, rupanya lelaki itu memiliki hubungan dengannya."Kamu juga semakin hot, sayang. Cantik
Bab 51. Kesulitan Setelah Bulan MaduSetelah acara pesta di gedung, Farah meminta kepada Arman untuk lanjut ke hotel. Secara gaya hidup, Farah memang dibiasakan gaya hidup tinggi dengan setelan tinggi pula. Tidak heran jika setelah menikah mewah di gedung, Farah meminta langsung tidur di hotel dengan tarif yang tidak murah. Awalnya Arman sempat menolak, masih banyak pengeluaran yang harus mereka lakukan untuk momen berbulan madu nantinya. Namun, melihat Farah menekuk wajahnya sebagai tanda marah, Arman sudah takut. Dia enggan pernikahannya kandas padahal masih seumur jagung."Semua perlengkapan, termasuk pakaian, sudah aku siapkan di dalam mobil. Kamu tinggal membawaku saja ke hotel dan membayar semuanya. Kamu kan suamiku, sudah menjadi tugasmu, bukan?" ucap Farah yang kedengaran sangat menganggap ringan.Arman mengangguk menyetujui. Mereka berpindah tempat dari gedung menuju ke hotel mewah di sekitaran kota. Di dalam mobil, wajah Farah yang semula panik karena kasus video syur itu, k