Share

Bab 6

Penulis: Lee Sizunii
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-20 23:16:58

Valeria berjalan-jalan di lorong rumah sakit. Ada perasaan lega setelah melakukan sesi konseling dengan Grace.

Langkah kaki Valeria kini sampai di halaman rumah sakit. Rumput hijau dan juga udara yang segar membawa ketenangan tersendiri untuk Valeria.

Sebuah bola tiba-tiba menggelinding sampai di kaki Valeria. Perempuan itu segera mengambilnya, lalu datang bocah berumur 3 tahun menghampirinya.

"Aunty, itu bolaku," ucapnya.

Dengan senyuman kecilnya, Valeria memberikan bola itu kepadanya.

"William! Ah, maafkan anak saya Nyonya. Dia sangat aktif dan nakal sekali," kata seorang wanita muda yang baru saja menghampiri mereka. Dia mengenakan baju pasien dan menggendong bayi di pelukannya. "William, minta maaf ke Aunty," bisiknya.

Valeria tak mempermasalahkan itu, lagipula dia tidak melukai Valeria. Justru kini tatapan mata Valeria menatap nanar bayi yang ada di gendongan sang wanita itu.

Hati Valeria terasa teriris. Dia sangat merindukan Nolen-putranya.  Andai jika Nolen masih ada, Valeria tidak akan seburuk ini.

"Nolen ...," gumam Valeria.

"Ya? Ah, saya minta maaf Nyonya. Ayo William, kita pergi." Wanita itu melangkah menjauh karena merasa Valeria sangat aneh.

Mata Valeria semakin nanar menatap punggung mereka. Tangannya menggapai udara seolah meraih sesuatu yang tak pernah terlihat.

Air mata Valeria meluruh membasahi pipinya. Isak tangisnya tak terdengar lagi.

Rasa rindu yang menyakitkan mulai menggerogoti Valeria. Membuat dunianya kembali gelap.

Dia merasakan napasnya menjadi sesak, matanya mulai berkunang-kunang. Tubuhnya juga gemetar tanpa bisa dicegah.

Rasa sakit menusuk dada Valeria, membuatnya tak sengaja menarik baju seseorang yang baru saja menyenggol bahu Valeria pelan. Valeria melorot ke bawah sambil memegangi dadanya.

"Sakit sekali," gumam Valeria dengan air mata membasahi pipinya sambil meremas lengan orang tersebut.

"Tuan Salvatore," ujar sang ajudan dengan cepat. Dia hendak menyingkirkan Valeria yang dirasa kurang ajar.

Pria berjas itu mengangkat tangannya memberikan isyarat. Membuat sang ajudan menghentikan langkahnya.

Valeria tenggelam dengan rasa sakit dan sesak napas yang menyiksanya. Membuat Valeria tak tahu lagi apa yang sedang dia lakukan.

"Ukh! Tolong aku," gumam Valeria.

Remasan kuat tangan Valeria di lengan pria itu seolah membuktikan jika Valeria benar-benar tersiksa.

Sang ajudan yang berada di belakang tubuh pria tersebut mulai khawatir. Bukan mengkhawatirkan Valeria, melainkan khawatir jika sang majikannya akan marah dengan kejadian ini.

Kepala Valeria berdenging membuatnya tuli. Pandangan matanya semakin buram.

Hanya rasa hangat dari genggaman tangan seseorang yang bisa Valeria rasakan. Tepukan pelan di punggung Valeria juga terasa sangat nyaman.

"Tenangkan dirimu, lalu tarik napas pelan."

Suara berat sekaligus menyejukkan di telinga Valeria itu mulai berbisik lirih di sampingnya.

Valeria seolah terhipnotis dan menjadi sedikit tenang meskipun kini dia terlihat berantakan.

"Bagus, tarik napas pelan-pelan. Semuanya akan baik-baik saja"

Perlahan oksigen mulai memenuhi paru-paru Valeria. Namun, justru kepalanya terasa amat berat.

Valeria mendongak, ingin menatap siapa sebenarnya pria yang berlutut di hadapannya.

Pandangan Valeria sangat kabur solah ada kabut asap yang menyelimutinya. Hanya ada bayangan pria dengan rahang tegas, bibir tipis, sedang menatapnya.

Sampai kegelapan menelan Valeria. Dia benar-benar tak bisa melihat dengan jelas wajah pria itu.

Valeria jatuh pingsan, tapi pria tersebut dengan segera memegangi kepala Valeria agar tidak terjatuh ke atas rumput.

"Criss!"

Sang ajudan segera datang di sampingnya.

"Ya, Tuan?"

"Panggil perawat," perintahnya.

"Baik."

Langkah kakinya segera pergi, tak mau menunggu lebih lama lagi.

Pria itu memandangi wajah Valeria yang terlihat tembam di matanya.

"Aku seperti pernah melihatmu, tapi ..., dimana?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   EPILOG

    Lima Tahun Kemudian ....Di markas Il Leone d'Ombra, seorang gadis kecil duduk di samping seorang pria bertubuh kekar. Suasana ruangan itu penuh dengan aroma logam dan minyak senjata, namun gadis kecil itu tampak tidak terganggu sedikit pun.Antonio, pria yang tengah merapikan senjata, berkali-kali menarik napas panjang. Di sebelahnya, Elettra—gadis kecil berusia lima tahun dengan rambut ikal kecokelatan dan mata secerah musim semi—terus berbicara tanpa jeda."Uncle Antonio, kenapa peluru ini warnanya beda? Apa senjatanya juga beda? Kalau senjata ini bisa buat tembak monster nggak? Kenapa di sini gelap banget? Uncle nggak takut hantu?"Antonio menghela napas, berusaha tetap fokus membersihkan senjatanya. "Elettra, bukankah kau seharusnya menggambar atau bermain boneka? Anak seusiamu biasanya tidak tertarik pada senjata.""Aku bukan anak kecil biasa, Uncle. Aku Elettra Marino! Aku harus tahu semuanya supaya bisa melindungi Mommy dan Daddy. Kalau Uncle nggak mau jawab, aku tanya sama Da

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 210

    Elena menangis tak henti-henti di pelukan Lorenzo. Tubuhnya bergetar, wajahnya penuh kekhawatiran."Tuhan, jangan ambil putriku ..., jangan ambil cucuku ...," isaknya berulang kali.Lorenzo mencoba menenangkan istrinya, meski dalam hatinya sendiri ada badai yang tak kalah hebat. "Tenanglah, sayang. Valeria perempuan yang kuat. Dia akan baik-baik saja." Meski suaranya terdengar tenang, genggaman tangannya pada bahu Elena menunjukkan betapa kerasnya dia menahan diri untuk tidak ikut larut dalam kepanikan.Sementara itu, Anna mondar-mandir di koridor rumah sakit. Setiap detik terasa seperti menit, setiap menit terasa seperti jam."Kenapa lama sekali? Kenapa belum ada kabar?" Anna bergumam, tatapannya kosong.Di tengah semua kegaduhan itu, Salvatore justru terdiam. Dia berdiri di sudut ruangan, tubuhnya kaku seperti patung. Matanya tertuju pada pintu ruang operasi, seolah menunggu keajaiban. Namun, dalam keheningannya, tubuhnya gemetar. Keringat dingin membasahi pelipisnya."Valeria ...,

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 209

    Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Kini perut Valeria sudah semakin membesar, hampir memasuki usia delapan bulan.Musim semi menghiasi kota dengan udara hangat dan bunga bermekaran. Valeria duduk di bangku kayu di tepi jalan, menikmati es krim stroberi yang mencair perlahan di tangannya.Wajahnya berseri-seri, matanya berbinar penuh kebahagiaan. Di sampingnya, Salvatore duduk santai, sesekali menyeka tetesan es krim yang hampir jatuh ke gaun Valeria."Kau tahu, Salvatore," ucap Valeria sambil menjilati sendok es krimnya. "Aku berharap anak kita nanti suka es krim sepertiku. Bagaimana menurutmu?"Salvatore tertawa kecil. "Kalau begitu, aku harus siap-siap mengisi freezer penuh es krim. Anak kita akan jadi pecinta es krim garis keras sepertimu."Valeria tertawa terbahak. Suara tawanya menggema lembut di tengah keramaian jalan. Beberapa orang yang lewat ikut tersenyum melihat pasangan itu, seolah kebahagiaan mereka menular.Tas belanja di kaki mereka penuh dengan perlengkapan ba

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 208

    Matahari mulai tenggelam, menciptakan gradasi oranye dan ungu di langit senja. Salvatore duduk di kursi balkon kamar Valeria, memandangi langit dengan tatapan kosong.Angin sore berhembus lembut, namun tidak mampu mendinginkan pikirannya yang berkecamuk. Kata-kata Julian terus terngiang di kepalanya, mengalun seperti nada minor yang menghantui."Lepaskan Sofia .... Hentikan penyiksaannya ...."Salvatore memijit pelipisnya. Rasa pusing itu kembali datang, semakin tajam seiring bayangan-bayangan samar yang muncul. Wajah Sofia, jeruji penjara, dan suara erangan kesakitan yang entah berasal dari mana. Apa benar semua itu ulahnya?Dia mendesah panjang, rasa bersalah mulai merayapi hatinya. Bagaimana mungkin dia mencintai Valeria namun di saat yang sama menyakiti orang lain? Apakah ini sisi gelapnya yang tersembunyi?"Salvatore?"Suara lembut Valeria membuyarkan lamunannya. Salvatore menoleh, melihat Valeria berdiri di sampingnya dengan segelas jus segar di tangannya. Senyum perempuan itu t

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 207

    Setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit, Salvatore dan Valeria keluar dengan senyum lega. Hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi mereka baik-baik saja. Kaki Salvatore hanya memerlukan sedikit terapi, dan kehamilan Valeria dalam keadaan sehat. Beban yang sempat menggantung di benak mereka pun perlahan terangkat."Ayo, kita makan siang. Aku sudah lapar," ujar Valeria ceria, menggenggam tangan Salvatore dengan erat."Aku juga," Salvatore tersenyum hangat. "Ada restoran di sekitar sini yang katanya enak. Mau coba?""Tahu darimana?""Tadi aku sempat mendengar percakapan orang di rumah sakit. Mau coba makan di sana?"Valeria mengangguk antusias. Mereka berjalan bergandengan tangan menuju restoran kecil berdesain klasik yang tak jauh dari rumah sakit. Suasananya tenang dengan dekorasi kayu dan jendela besar yang menghadap ke taman kota.Mereka memilih meja di dekat jendela, menikmati pemandangan hijau di luar sembari menunggu pesanan datang. Percakapan ringan mengalir, sesekali diiringi

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 206

    Sinar matahari pagi menerobos jendela ruang makan, menciptakan pola-pola cahaya yang menari di atas meja kayu panjang yang telah dipenuhi oleh berbagai hidangan sarapan. Aroma roti panggang yang baru matang, telur dadar lembut, dan kopi hitam pekat menguar di udara, memberikan suasana hangat di rumah keluarga Valeria.Di ujung meja, Salvatore duduk dengan rapi dalam setelan kasual, mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku dan celana panjang gelap. Di sebelahnya, Valeria tampak anggun dalam gaun sederhana berwarna pastel yang lembut membungkus tubuhnya yang kini tengah mengandung. Tangannya sesekali mengusap perutnya yang mulai membuncit, seolah secara naluriah melindungi kehidupan kecil di dalamnya.Elena meletakkan cangkir kopi di depannya, kemudian duduk di samping Lorenzo. Giulia dan Roberto juga telah mengambil tempat, memulai sarapan dengan senda gurau kecil."Kalian tampak rapi pagi ini." Elena membuka percakapan dengan senyum keibuan. "Ada acara khusus?"Valeria dan Sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status