Setelah menyetujui permintaan Haris kalau dirinya akan menerima harta bagian milik mendiang kakeknya, selama 3 hari ini Dania terus berkutat dengan pelajaran bisnis tingkat tinggi yang langsung diajarkan oleh Bima kepadanya.
Haris menyuruh orang kepercayaannya itu untuk mengajari Dania, apa saja tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh Dania saat wanita itu masuk ke perusahaan nanti. Tentu saja hal ini untuk meminimalisir omongan orang, karena menganggap Dania tidak mampu melakukan pekerjaannya.Untungnya Dania dilahirkan dari keturunan keluarga yang cerdas. Selain itu dia juga pernah membantu usaha orang tuanya dan juga mertuanya. Setidaknya Dania sudah memiliki dasar bisnis dan Bima hanya tinggal memolesnya saja.“Bu, hari ini saya akan kenalkan Ibu pada orang yang akan menjadi asisten Ibu di kantor nanti,” ucap Bima.“Asisten? Apa dia mau ke sini?” tanya Dania.“Iya, dia sudah saya suruh ke sini, Bu. Mungkin sebentar lagi dia akan tiba. Mulai besok, dia akan di sini untuk membantu Ibu.”“Oh, oke. Tapi kalau misalnya saya masih ada kesulitan, masih boleh kan nanya ke Pak Bima?”“Boleh, Bu. Dengan senang hati saya akan membantu Ibu.”Ting tong ting tong.Suara bel pintu terdengar. Bima segera beranjak dari duduknya untuk melihat siapa orang yang datang. Ketika dia mengenali orang yang ada di balik pintu apartemen Dania, pria muda itu segera menekan tombol buka otomatis dari intercom yang menempel di dinding.“Bu Dania, perkenalkan ini Maya. Dia akan menjadi asisten pribadi Ibu mulai hari ini.” Bima memperkenalkan seorang wanita muda yang berdiri di sampingnya.“Selamat siang, Bu Dania. Saya Maya, saya siap untuk melayani Bu Dania.”Dania tersenyum pada wanita yang berpenampilan rapi di hadapannya itu, “Hai, Maya.”“May, antarkan Bu Dania membeli kebutuhannya dan juga ajak ke salon. Bu Dania perlu memanjakan diri setelah beberapa hari bekerja dengan sangat keras.”“Baik Pak, saya akan menemani Bu Dania dengan baik.”Dania senang karena hari ini Sepertinya dia tidak perlu belajar bisnis lagi. Sesuai dengan jadwal, hari ini dia dibebaskan untuk berbelanja dan juga memperbaiki penampilannya agar tampak lebih baik lagi.Dania sama sekali tidak merasa tersinggung, karena dia sadar kalau penampilannya memang tidak cocok kalau dia masuk ke perusahaan besar. Bahkan Lisa dan suaminya, mengatakan kalau penampilannya seperti seorang babu.Setelah Bima berpamitan, Dania pun bersiap untuk pergi dengan Maya. Dania bersiap sebentar agar dia tidak tampak terlalu kacau ketika pergi bersama dengan asisten barunya.“Kita ke salon dulu atau cari baju dulu, Bu?” tanya Maya sambil mengemudikan mobil yang dinaiki oleh atasannya.“Cari baju aja dulu. Ntar ke salonnya belakangan aja, biar nanti pulangnya bisa langsung tidur,” jawab Dania dari kursi belakang.“Baik, Bu.”Maya langsung mengemudikan mobil menuju ke salah satu butik yang dia ketahui. Sesuai dengan petunjuk dari Bima, dia harus bisa mengubah penampilan Dania menjadi seorang wanita berkelas.Maya menghentikan mobilnya di depan sebuah butik yang dimiliki oleh seorang desainer terkenal dan mengajak Dania turun. Mereka pun segera masuk ke dalam butik, agar Dania bisa memilih pakaian sesuai yang dia inginkan.“Bu, silakan memilih dulu. Saya ada panggilan telepon masuk,” ucap Maya saat dia sudah menemani Dania memilih pakaian.“Oh iya, nggak apa-apa. Biar saya cari dulu.”Maya segera meninggalkan Dania yang kini tengah sibuk untuk memilih pakaian yang tergantung di sana. Satu persatu baju itu dilihat oleh Dania, untuk mencari yang cocok dengan karakternya.Saat Dania sedang sibuk memilah pakaian di sana, di sudut yang lain ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Orang itu bahkan melihatnya dengan teliti, karena dia tidak yakin dengan penglihatannya.“Mas, Mas Restu. Itu mantan istri kamu bukan sih tanya Lisa sambil menunjuk ke arah Dania.“Dania? Mana mungkin dia ada di sini.”“Lihat dulu itu. Mirip banget tau nggak.”Restu akhirnya melihat ke arah yang ditunjuk oleh kekasihnya. Tampak seorang wanita sedang sibuk memilih pakaian dari deretan pakaian berharga mahal yang dipajang di butik ini. Wanita itu memang sangat mirip dengan Dania, sehingga membuat Restu spontan melangkahkan kaki ke arah Dania.“Eh eh ... siapa nih yang datang ke sini. Nggak salah kamu masuk ke putik mahal?” ucap Restu yang mengagetkan Dania.“Mas Restu.” Dania tak kalah kaget saat dia melihat ada Restu dan Lisa di hadapannya.“Waah, gak salah masuk kamu, Dan? Emangnya kamu punya uang buat beli baju di sini?” Lisa ikut mengejek Dania.“Bukan urusan kalian!” tepis Dania tidak ingin ribut.“Jelas urusanku! Dari mana kamu dapet uang hah! Apa kamu selama ini maling uang tokonya papa?!” tuduh Restu sambil melotot.“Mas! Jangan sembarangan nuduh kamu ya!”“Ini bukan tuduhan. Tapi ini emang patut dicurigai. Kamu selama ini gak kerja, jadi kamu gak akan mungkin bisa beli baju di sini!”“Iya bener itu, Mas. Pasti dia selama ini juga punya simpenan sendiri hasil dari ambil uang toko kamu.”“Ada apa ini?” tanya seorang pelayan butik yang datang karena melihat ada keributan.“Mbak, ati-ati sama orang ini. Dia mau maling!” lapor Lisa pada pelayan butik.“Maling?”“Bohong! Saya ke sini mau belanja kok. Saya bukan mau maling. Jangan asal nuduh kalian ya!” bantah Dania.“Hahahaa. Eh Dania, semua orang juga tau kalo ini adalah butik mahal. Jadi mana bisa orang kayak kamu beli baju di sini.”“Mbak, liat aja penampilan dia. Apa kira-kira dia meyakinkan bisa beli baju di sini?” Restu terus menyudutkan Dania.Pelayan itu menatap ke arah Dania dari atas ke bawah. Dia mencoba menilai penampilan Dania yang mencoba untuk tidak memedulikan ucapan Restu kepadanya.“Mbak, saya ....”“Jangan pegang! Baju ini mahal. Jangan kamu pegang pake tangan kotor kamu! Ntar gak ada yang mau beli karena jijik!” pelayan itu menepuk tangan Dania yang memegang baju jualannya.“Nah, iya ... bener itu, Mbak. Ntar malah orang gak akan ada yang mau beli baju yang dia pegang. Udah, usir aja, Mbak. Ngerusak pemandangan aja!” Restu coba untuk terus mengompori si pelayan.“Iya, Mbak. Ntar orang-orang pada gak mau beli lagi di butik ini karena udah berani masukin orang kelas rendah kayak dia loh.” Lisa ikut menambahi.“Iya juga ya. Heh kamu, pergi dari sini! Ato saya akan panggilkan penjaga buat usir kamu sekarang!” pelayan itu memegang lengan Dania berusaha menyuruh wanita itu keluar dari tempatnya bekerja.“Lepas! Lepasin saya!” Dania memberontak.“Ada apa ini?!” ucap seseorang yang datang saat melihat ada keributan di sana.Jenuh, kesal, bosan, semua perasaan bercampur aduk menjadi satu di hati Dania. Dia yang tadinya bersemangat untuk datang ke pesta bersama dengan Alex, kini malah ingin segera pulang.Bagaimana tidak, dia malah ditinggal begitu saja oleh Alex yang malah sibuk menemani teman lamanya yang tidak Dania kenal. Sikap manis Alex yang sejak kemarin muncul berbalut menyebalkan itu seolah menjadi menyebalkan secara totalitas.Dania kini hanya duduk sendiri di temani oleh segelas wine. Suaminya yang duduk di sebelahnya justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk membahas masa lalu tidak berguna dengan wanita yang tampaknya pernah sangat berarti di hidup Alex sebelumnya.Dania menoleh ke Alex dan menemukan punggung Alex. Ingin rasanya dia memukul keras punggung itu, agar pria yang kini sedang tertawa bersama dengan Sandra itu sadar kalau ada istrinya di balik punggung kokoh itu.“Lex,” bisik Dania di belakang punggung Alex.Alex berbalik dan melihat ke arah Dania, “Apa?” tanya Alex.“Ayo pulang
“Alex.”Terdengar suara sapaan seorang wanita yang membuat Dania dan Alex menoleh ke arah orang itu. Dua orang itu kemudian saling berpandangan saat sudah tahu siapa yang menyapa mereka.Tampak di hadapan mereka, ada seorang wanita muda yang sedang melempar senyum kepada mereka. Demi menjaga kesopanan, pasangan itu pun segera membalas senyum itu dengan ramah. Oh tidak, tentu saja yang senyum hanya Dania, karena Alex adalah orang yang pelit senyum.“Siapa?” tanya Dania sedikit berbisik.“Entah,” jawab Alex datar.Dania menoleh ke Alex, “Entah?” ucap Dania yang lebih kaget dengan jawaban suaminya.“Hai Lex, apa kabar? Waah ... kamu gak berubah ya. Tetep aja menarik perhatian,” sapa wanita itu saat wanita itu datang mendekat.“Siapa ya?” tanya Alex datar tanpa ekspresi.“Siapa? Lex, kamu lupa ama aku?”Alex menyipitkan matanya. Dia seolah sedang mencoba mengingat siapa wanita yang saat ini sedang berdiri di hadapannya dan sangat ingin dikenali oleh Alex. Namun sayangnya, Alex tidak
Dania berdiri di depan sebuah cermin besar yang ada di kamar hotelnya. Dia sedang melihat tubuhnya sendiri yang saat ini sedang dibalut sebuah gaun berwarna hitam.Gaun yang memamerkan pundaknya secara total dan juga memiliki belahan kaki yang cukup tinggi, membuat dia sedikit tidak nyaman. Entah apa yang dipikirkan oleh Alex, sampai menyuruh Dania memakai gaun yang membentuk dan mengekspose tubuhnya itu malam ini.Memang mereka akan pergi ke pesta salah satu relasi mereka, tapi sepertinya tidak perlu juga memakai gaun yang seterbuka itu. Dania semakin tidak percaya diri melihat dirinya sendiri dengan gaun berharga mahal itu.“Udah siap belum?” tanya Alex saat dia masuk ke dalam kamar.“Alex, kamu yakin aku harus pake baju ini?” tanya Dania sambil melihat Alex dari pantulan cermin di depannya.Alex berdiri di belakang Dania dan melihat penampilan wanita itu dari pantulan cermin. Ada sedikit senyum tipis mengembang di bibir Alex, saat dia melihat Dania tampak sangat sempurna saat meng
Agenda siang hari ini yang akan di lakukan oleh pasangan yang sedang berbulan madu itu adalah pergi berjalan-jalan sebelum mereka akan pergi ke undangan salah satu klien Haris.Dania memilih mengajak Alex untuk berjalan-jalan sambil makan siang. Dia berharap akan bertemu barang-barang lucu yang bisa dia beli nanti untuk dia bawa ke Jakarta.Sebenarnya Alex malas mengikuti keinginan Dania, tapi karena dia merasa sedikit bersalah karena sudah menikmati tubuh Dania tanpa sepengetahuan si pemilik tubuh, akhirnya Alex pun dengan sangat terpaksa mengikuti keinginan dari istrinya itu. Hitung-hitung sebagai permintaan maaf meskipun hal itu dilakukan oleh Alex tanpa disadari oleh Dania.Dania pun senang karena sang suami seharian ini bersikap baik kepadanya pria yang biasanya lebih sering memarahi dia itu tampak lebih diam dan mengikuti saja keinginannya.“Kamu beneran nggak papa ikut aku jalan-jalan?” tanya Dania sekedar ingin memastikan.“Hem.” Alex hanya menjawab lewat deheman saja.“Seri
Ada bekas darah di seprei itu. Sepertinya Bu Dania masih perawan,” jawab pelayan itu sambil sedikit tersenyum dan menyenggol lengan temannya.Ivan tersenyum dan mengangguk, “Bagus! Tapi selama kalian di sana tadi, Pak Alex gak curiga kan?”“Gak Pak, aman semuanya. Tapi kenapa kayak ada yang aneh ya, Pak.” Pelayan itu sedikit mengadu tentang kejanggalan yang mereka rasakan.“Aneh? Apanya yang aneh?” Ivan penasaran.“Itu loh Pak, tadi di kamar itu kan ada Pak Alex sama Bu Dania. Tapi yang keliatan beda itu Pak Alex, Pak.“Beda gimana maksudnya?”“Pak Alex keliatan agak gelisah dan cenderung menyuruh kami cepet pergi. Padahal Bu Dania biasa aja. Bu Dania kayak gak paham dengan apa yang terjadi, Pak. Tapi sepertinya Pak Alex tahu apa yang terjadi,” jelas pelayan itu.“Maksud kamu Pak Alex sadar dengan kejadian semalam?”“Sepertinya begitu, Pak. Apa mungkin semalam Pak Alex gak ikut makan ya, Pak? Soalnya semalam yang keliatan mau makan cuma Bu Dania pas saya masih di sana.”“Oh g
“Lex, kamu ngapain?” tanya Dania yang tiba-tiba sangat mengagetkan Alex.“Eh ... emm aku ....”“Aku mau cari pulpen aku,” jawab Alex asal.“Pulpen? Emang ada pulpen di kasur?” tanya Dania penuh dengan rasa curiga.“Ada. Tapi sekarang gak tau ke mana.”Dania mendekati Alex. Dia melihat ke arah Alex dengan tatapan cukup serius.“Kamu gak lagi boong kan, Lex? Kamu keliatan gugup,” tanya Dania yang melihat mata Sean terus bergerak, sangat berbeda dari biasanya.“Boong apaan sih! Gak ada aku boong. Lagian pulpennya juga gak ada.”“Ya jelas aja kamu gak akan nemuin pulpennya. Orang kamu salah tempat nyarinya kok.”Alex menoleh ke arah Dania, “Maksud kamu apa?” tanya Alex sedikit waspada, takut kalau Dania menyadari kebohongannya.“Kamu semalam tidurnya di sebelah sana. Ngapain juga kamu cari di sebelah sini, ya gak akan ketemu lah. Kecuali ....” Dania menggantung ucapannya.“Kecuali apa?”“Kecuali semalam kamu tidur mepet ke aku.” Tatapan Dania makin menelisik kejujuran di mata Al