Share

4. Membawa Calon Istri

Author: Anggun_sari
last update Huling Na-update: 2025-07-10 11:56:05

“Silahkan, Nona!”

Leticia menarik napasnya dalam-dalam. Dia kembali datang seperti yang Kylen minta, tanpa tahu apa yang akan dilakukannya hari ini.

“Nona …?” Owen, menjulurkan tangannya, memerintahkan Leticia, sekali lagi untuk segera masuk ke dalam.

Leticia kembali menarik napas, kali ini lebih dalam dan lebih panjang dari sebelumnya. “Terima kasih,” ucap Leticia melempar senyum manis kepada Owen, setelahnya ia melangkahkan kaki masuk ke dalam.

Kylen duduk di kursi kebesarannya, menatap tampilan Leticia yang memakai blazer merah dipadukan dengan rok di atas lutut dengan warna senada. Tidak buruk, tapi dia tidak terlalu suka dengan itu.

“Bukankah aku menyuruhmu untuk datang jam sepuluh!” Alih-alih mengomentari penampilan Leticia yang cukup mengganggu matanya, Kylen justru melayangkan protesnya karena Leticia datang terlambat.

Leticia tersenyum, menunjukkan deretan gigi putihnya yang berjajar rapi. “Maaf …,” ucap Leticia.

“Tadi, ayah mengajakku berbicara banyak hal, jadi aku sedikit terlambat!” imbuh Leticia saat mendengar helaan napas Kylen.

“Oh ya, apa kamu langsung menemui ayahku, kemarin? Ayah mengatakan padaku jika dia mendapatkan bantuan darimu? Apa kamu juga mengatakan tentang kita yang akan menikah?” tanya Leticia saat otaknya mengingat kejadian tadi pagi.

Tadi sebelum pergi, Galen bercerita bahwa dia bertemu dengan Kylen secara tidak sengaja dan mengobrolkan banyak. Namun, ayahnya sama sekali tidak menyinggung tentang pernikahan.

“Tidak!” jawab Kylen singkat. Laki-laki itu mengambil jas yang tergantung rapi di gantungan jas dan memakainya.

“Tidak?” ulang Leticia dengan senyum penuh arti. Bolehkan dia berharap kontrak mereka batal.

Kylen menyipitkan mata. Melihat senyum mencurigakan di wajah Leticia, cukup membuatnya tahu tentang apa yang ada di otak gadis itu.

“Meski hanya pernikahan di atas kertas, aku tetap harus datang dan melamarmu dengan benar!” kata Kylen yang sukses menarik semua kebahagian Leticia.

Leticia menggerutu sambil berjalan saat mendengar jawaban Kylen, hingga tubuhnya tanpa sengaja menabrak Kylen yang ada di depannya.

“Ayo!” decak Kylen.

Kylen, menarik tangan Leticia, membawanya keluar dari ruangan. Tautan itu tidak terlepas, meski banyak pasangan mata yang menatap penuh tanya akan hubungan mereka.

Tautan itu baru terlepas ketika keduanya masuk ke dalam mobil. Kali ini Kylen mengemudikan sendiri mobil berlogo bintang tiga tersebut. Tidak ada percakapan yang terjadi. Dua orang berbeda jenis kelamin itu betah dengan kesunyian yang menerpa, hingga mobil mereka masuk melewati sebuah gerbang dengan terali besi yang menjulang tinggi.

Deretan pohon yang terawat dengan baik di sisi kanan dan kiri jalan yang dilewati Leticia, memanjakan mata gadis itu. Tak henti-hentinya Leticia berdecak kagum, sampai akhirnya mobil mereka berhenti tak jauh dari pintu rumah yang juga tak kalah megahnya.

“Di mana kita?” tanya Leticia sebelum turun dari mobil.

“Rumahku!” jawab Kylen singkat lalu turun.

Kylen mengulurkan tangan, meminta Leticia menggenggamnya. Dia harus bermain peran sebaik mungkin.

“Sudah siap?” Kylen menoleh, menatap Leticia, dalam.

Leticia menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan. Beberapa doa dirapalkan Leticia, mengiringi langkah kakinya.

Kaki berbalut flat shoes itu terus melangkah dan baru berhenti ketika berada di ruang makan. Di sana beberapa mata menatapnya dengan semburat kebingungan, terlebih saat melihat tangannya bertaut sempurna dengan tangan Kylen.

Rasa gugup menjalar begitu saja menyelimuti hatinya, kali ini dia datang bukan sebagai tetangga, tapi sebagai calon istri Kylen Dominic.

“Le---ticia …?”

Nola—nenek Kylen, meletakkan garpu dan sendoknya, menatap lurus wanita muda yang ada di samping cucunya.

“Leticia Bradley, itu kamu kan?” ulang Nola, memastikan.

Leticia tersenyum, senang karena Nola masih mengenalinya. Melepaskan tautan tangannya, Leticia berhambur memeluk tubuh Nola, menguraikan rasa rindunya pada wanita yang dulu selalu menjadi penenangnya.

“Jadi aku tidak diajak?” Elianor yang baru datang, melayangkan protes.

“Bibi …,” lirih Leticia, merengkuh tubuh Elianor.

Sudut bibir Kylen tertarik meski hanya beberapa centi. Ingin rasanya melihat Shanon berada di posisi ini.

“Bagaimana kabarmu? Bagaimana kamu bisa datang kemari dengan Kylen?”

Beberapa pertanyaan meluncur dari Nola, ketika pelukan mereka terlepas. Nola masih menggenggam erat tangan Leticia. Sementara Elianor, wanita itu beranjak dari ruang makan dan pergi ke dapur untuk menyiapkan cookies buatannya.

“Baik. Ayah, dan ibuku juga baik. Kami semua baik,” jawab Leticia.

Nola kembali memeluk tubuh Leticia, tapi kali ini hanya sebentar sebelum wanita tua itu bertanya, “Apa kalian menjalin hubungan?”

“Ya … dan kami akan menikah!”

***

Dua hari usai mengabarkan akan menikahi Leticia, malam ini Kylen berkunjung ke rumah Leticia bersama keluarganya untuk melamar.

“Silahkan!”

Galen Bradley, menyambut kedatangan keluarga Dominic dengan antusias, mempersilahkan tamunya untuk masuk menuju ruang tamu. Di sana, di atas meja sudah tertata berbagai macam menu makanan, mulai dari makanan pembuka sampai makanan penutup.

Gurat kebahagiaan tidak pernah lepas dari Wajah Galen, pun dengan istrinya, Gwen Hazel. Sebentar lagi putrinya akan menikah.

“Silahkan duduk!” Kali ini Gwen yang angkat bicara.

“Leticia, masih di kamar. Sebentar lagi pasti turun!” ucap Gwen, menambahkan.

Nola dan Elianor tersenyum maklum mendengar ucapan Gwen.

Percakapan hangat memenuhi ruang makan. Mereka berbincang banyak hal, sambil menunggu si bintang utama datang sampai bunyi high heels yang beradu dengan lantai mengalihkan pandangan mereka. Wajah ayu serta penampilan Leticia yang berbalut dress berwarna peach seolah membius semuanya. Gadis itu tampak cantik meski tidak ada makeup dan dandanan berlebihan.

“Selamat malam,” sapa Leticia, sopan.

Leticia duduk di depan Kylen, sengaja agar dia bisa melihat dengan jelas jika Kylen memberikan kode kepadanya. Sama seperti sebelumnya, semua ini terjadi tanpa pembahasan apa pun.

“Baiklah, karena kita semua sudah berkumpul bagaimana kalau kita mulai saja!” kata Isander, membuka obrolan.

“Tentu!” sahut Galen diiringi tawa renyah.

Percakapan demi percakapan berlanjut. Mereka mulai membicarakan konsep dan kapan pernikahan itu akan dilangsungkan.

“Jadi bagaimana? Apa kalian setuju jika pernikahannya diadakan dua minggu lagi?” Elianor mengajukan pertanyaan, meski mereka sangat antusias, keputusan tetap ada di tangan Kylen dan Leticia.

“Tidak!”

Semua mata tertuju pada Kylen. Penolakan yang keluar dari mulut pria itu jelas mengundang tanda tanya.

“Aku akan menikahi Leticia besok.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri Yang Tak Diinginkan Tuan CEO Dingin    Bab 8. Kekasih Yang Kembali

    Kylen menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumahnya. Pria itu sama sekali tidak memperdulikan tatapan penuh tanya yang dilemparkan Leticia. Membiarkannya begitu saja lalu berlalu melaju bersama kuda besinya. Tujuannya saat ini adalah rumah sakit.Berita yang Owen bawa tentang Shanon yang menggerakkan tangannya, membuat ia ingin segera melihat wanita yang dicintainya itu. Ia rela menempuh jarak ratusan kilo meter demi semua itu.“Bagaimana keadaannya?” Kylen yang baru sampai di rumah sakit langsung menuju ke ruang rawat Shanon. Di sana ada Owen yang duduk sambil membaca buku. Owen menggelengkan kepala. “Nona Sahanon hanya menggerakkan tangannya, Tuan.”Owen menunduk kepalanya, merasa bersalah karena membuat Kylen mengakhiri bulan madunya lebih cepat.“Maaf…,” cicit Owen.Kylen diam. Pria bermata tajam itu berjalan mendekat ke ranjang pasien. Tangannya menggenggam tangan Shanon. Mengecupnya beberapa kali lalu menyimpannya di pipinya.“Apa kamu merasakan sesuatu? Maaf karena me

  • Istri Yang Tak Diinginkan Tuan CEO Dingin    Bab 7. Kebahagiaan Yang Memudar

    Kylen menghentikan gerakannya. Wajah Leticia yang terlihat kesakitan meski bibirnya tertutup, membuatnya tak tega jika harus memaksa miliknya untuk terus mendobrak dinding pertahanan Leticia. Pria itu menjauh, mengambil minuman dingin yang ada di lemari es. Dia perlu sesuatu yang dingin untuk membuat suhu tubuhnya kembali normal. “Kenapa? Apa aku tidak menarik?” Pertanyaan bernada protes itu keluar dari bibi Leticia. Tubuhnya yang polos ia tutupi dengan selimut. Jujur ada rasa kecewa dalam dirinya ketika Kylen menghentikan pergulatan mereka. Rasanya seperti terbang tinggi lalu dihempaskan begitu saja. Sakit dan malu.“Tidurlah. Aku akan berolahraga sebentar di bawah.” Bukan menjawab, Kylen justru memerintahkan Leticia untuk tidur.Leticia berdecak. Dengan kesal ia memakai kembali pakaiannya. Bukan untuk bersiap tidur seperti yang diperintahkan oleh Kylen, melainkan berjalan mendekat ke arah Kylen.“Aku tidak bisa tidur. Kamu pikir aku bisa tidur setelah apa yang kita lakukan tadi,”

  • Istri Yang Tak Diinginkan Tuan CEO Dingin    Bab 6. Baju Tidur Penggoda Iman

    Kylen menyeringai, jari tangannya menjalar mengusap rambut Leticia, sementara matanya mengunci pandangan gadis itu. Wajah tegang serta rona merah di wajah Leticia membuatnya merasakan sesuatu yang menarik. Menggoda gadis itu, misalnya.“Menurutmu, apa yang bisa kita lakukan?” bukan menjawab, Kylen justru semakin menggoda Leticia. “Kita sudah menikah, bukankah kita bisa ....”“Stop!” pekik Leticia, menutup matanya.Leticia mencoba mempertahankan diri untuk tidak tergoda oleh sentuhan Kylen, meski nyatanya tubuhnya menginginkan sentuhan yang lebih dari saat ini. Sensasi yang tidak pernah dirasakannya, membuat ia ingin merasakan itu.“Bukankah kamu mengatakan tidak akan menyentuhku,” lirih Leticia. Matanya terbuka menatap iris mata Kylen yang gelap.“Aku tidak pernah mengatakannya. Saat itu aku mengatakan kita lihat saja nanti.”Leticia menelan ludahnya susah payah. Otaknya berusaha untuk mencari cara lain agar Kylen menghentikan semua ini. Namun, otaknya seakan membeku. Terlalu lama di

  • Istri Yang Tak Diinginkan Tuan CEO Dingin    5. Honeymoon

    Pagi ini Kylen mengajak Leticia pergi ke catatan sipil untuk mengurus pernikahan mereka. Tanpa gaun pengantin dan juga pesta meriah, kini status mereka telah berubah menjadi sepasang suami istri.Leticia tersenyum tipis, melihat buku kecil yang ada di tangannya. Statusnya telah berubah, dari lajang menjadi istri orang. Helaan napas panjang yang keluar dari bibir Leticia, mengundang perhatian Kylen, hingga membuatnya menoleh.“Kenapa? Tidak suka?”Leticia memutar bola matanya. Ekspresi Kylen yang datar dan dingin sunguh membuatnya ingin menonjok wajah tampan itu. Bagaimana bisa pria itu masih bersikap biasa saja setelah membuat orang-orang kecewa akan keputusannya. Meski hanya menikah kontrak, setidaknya Kylen bisa mengadakan pesta sederhana untuk menyenangkan hati orang tua mereka.“Kemana?” tanya Kylen, mencekal tangan Leticia ketika gadis itu berlalu begitu saja dan mengabaikannya.“Aku tidak suka diabaikan! Jika aku bertanya, maka jawab!” Sorot mata tajam Kylen, memberi peringatan

  • Istri Yang Tak Diinginkan Tuan CEO Dingin    4. Membawa Calon Istri

    “Silahkan, Nona!”Leticia menarik napasnya dalam-dalam. Dia kembali datang seperti yang Kylen minta, tanpa tahu apa yang akan dilakukannya hari ini.“Nona …?” Owen, menjulurkan tangannya, memerintahkan Leticia, sekali lagi untuk segera masuk ke dalam.Leticia kembali menarik napas, kali ini lebih dalam dan lebih panjang dari sebelumnya. “Terima kasih,” ucap Leticia melempar senyum manis kepada Owen, setelahnya ia melangkahkan kaki masuk ke dalam.Kylen duduk di kursi kebesarannya, menatap tampilan Leticia yang memakai blazer merah dipadukan dengan rok di atas lutut dengan warna senada. Tidak buruk, tapi dia tidak terlalu suka dengan itu.“Bukankah aku menyuruhmu untuk datang jam sepuluh!” Alih-alih mengomentari penampilan Leticia yang cukup mengganggu matanya, Kylen justru melayangkan protesnya karena Leticia datang terlambat.Leticia tersenyum, menunjukkan deretan gigi putihnya yang berjajar rapi. “Maaf …,” ucap Leticia.“Tadi, ayah mengajakku berbicara banyak hal, jadi aku sedikit t

  • Istri Yang Tak Diinginkan Tuan CEO Dingin    3. Sebuah Perjanjian

    Leticia terus meremas jari-jemarinya, berpikir jawaban apa yang harus diberikan pada Kylen. Dia masih di ruang kerja Kylen, tanpa laki-laki itu. Kylen meninggalkannya karena harus menghadiri rapat. Siapa yang menyangka Kylen akan memberikan tawaran yang sama dengan ayahnya. Pernikahan! Sungguh, dia tidak ingin terjerat dalam hubungan bernamakan pernikahan. Ada banyak hal yang masih ingin dilakukannya.“Ah … sial!” umpat Leticia mengacak rambutnya frustasi.Leticia gelisah. Perempuan cantik dengan balutan dress berwarna salem itu berjalan mondar-mandir. Menolak tawaran Kylen, bukankah itu sama dengan tidak mendapatkan bantuan dan dia harus menerima tawaran dari ayahnya, menikahi pria asing. “Tuhan … bagaimana ini! Apa yang harus aku lakukan?” Leticia kembali mengacak rambutnya, wanita itu terus bergumam hingga sosok bertubuh tinggi besar yang berjalan melewati pintu, membuatnya menutup rapat-rapat mulutnya. Kylen, telah kembali. Wajah laki-laki itu sama seperti sebelumnya, datar ta

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status