Leticia Bradley hanya ingin menyelamatkan bisnis sang ayah. Tapi pertemuannya dengan Kylen Dominic ---pebisnis hebat yang dulu pernah ia anggap sebagai kakak--- mengubah segalanya. Tawaran yang diberikan Kylen terdengar sederhana: pernikahan kontrak untuk meredam desakan keluarganya, dengan janji bahwa Leticia akan bebas saat kekasih Kylen tersadar dari koma. Tanpa cinta, tanpa ikatan .… Hanya kesepakatan. Namun, waktu membuktikan bahwa hati tak bisa diatur. Saat Leticia dan Kylen mulai menemukan hangatnya kebersamaan, cinta tumbuh diam-diam di antara kebohongan yang disepakati. Hingga Shanon Esme membuka mata dan kenyataan kembali menampar. Kini, Leticia harus bersiap kehilangan segalanya ... termasuk pria yang tak pernah berjanji padanya, tapi telah sepenuhnya mencuri hatinya.
View More“Aku tidak mau! Aku bahkan tidak mengenal laki-laki itu!”
Leticia Bradley, putri tunggal keluarga Bradley, menolak tegas rencana perjodohan itu. Ia begitu mencintai kebebasan, daripada memikirkan pernikahan yang menurutnya justru bisa menghalangi kebahagiaan hidupnya. “Bekerja samalah, Ayah mohon!” pinta Galen Bradley ---ayah Leticia yang juga pengusaha real estate yang cukup ternama di kota Madrid. Leticia cemberut, sekali lagi melirik foto pria yang diberikan ayahnya. Meski pria berambut cokelat itu tampan, Leticia sama sekali tak tertarik. Namun, di tengah krisis usaha sang ayah yang butuh suntikan dana besar, perjodohan ini dianggap solusi. “Ada banyak nasib pekerja yang bergantung pada kita, Nak!” terang Gwen ---ibu Leticia. Usapan tangan Gwen, membuat Leticia menatap ayah dan ibunya bergantian. Gadis cantik bermata coklat itu meremas jari-jemarinya, jika sudah membawa nasib orang, hatinya pasti akan goyah. “Tapi aku tidak mengenal dia, Ayah!” pungkas Leticia. “Bagaimana kami bisa menikah jika kami saja tidak saling mengenal!” imbuhnya. “Mengenal atau tidak, itu tidak penting. Pernikahan seperti ini sudah biasa terjadi di kalangan pebisnis, Leticia!” tegas Galen. Leticia bersungut marah, tentu dia tidak setuju dengan pendapat sang ayah meski hal itu adalah hal yang lumrah di kalangan para pebisnis. Menikahkan anak-anak mereka demi mencapai kepentingan pribadi beralasan nasib pekerja yang dipertaruhkan, seperti nasibnya saat ini. “Aku tidak mau!” tolak Leticia, bersikukuh dan bersiap meninggalkan ruang kerja ayahnya. Ia masih tak menyangka akan mengalami perjodohan kuno yang diatur Galen Bradley. Meski selama ini pria berusia lima puluh lima tahun itu selalu membebaskan Leticia, bahkan tak pernah memaksanya meneruskan Luxury Properties, kini situasi ini membuat Galen terpaksa menjadikan putrinya sebagai pertahankan perusahaannya. “Kamu tidak sedang dalam posisi bisa menolak, Leticia!” sentak Galen. Kekesalan yang sudah dirasakan oleh Leticia, semakin membumbung tinggi ketika mendengar ucapan bernada tinggi yang keluar dari mulut sang ayah. “Jadi, Ayah, sedang menjual ku!” seru Leticia membalas ucapan Galen. Galen menghela napasnya, pria yang tak lagi muda itu melepas kacamata yang bertengger di hidungnya. Terlihat jelas bahwa laki-laki itu tidak ingin dibantah sama sekali. “Lusa jam 9 malam di Planata restoran!” putus Galen. Leticia menggigit bibirnya, tangannya terkepal kesal atas keputusan yang dibuat oleh sang ayah. “Tidak!” sungut Leticia. Galen menggeram kesal, matanya menatap tajam Leticia. Sementara Gwen, wanita itu menatap resah sang putri yang saat ini berdiri di sampingnya. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Gwen, wanita itu hanya bisa berdoa dalam hatinya agar perdebatan ayah dan anak ini segera berakhir. “Satu hari! Beri aku waktu satu hari, dan aku akan menyelesaikan masalah ini!” *** “Sampai kapan kamu akan menunggunya?” Kylen Dominic dibuat menghela napas panjangnya. Pemuda itu dengan malas mendudukkan bokongnya, tidak memperdulikan tatapan dari Elianor Olly ---ibunya dan juga Isander Dominic--- ayah Kylen, yang menanti jawaban. Shanon Esme---kekasihnya, mengalami kecelakaan tragis dan telah koma hampir dua tahun tanpa tanda-tanda membaik sementara keluarga Dominic membutuhkan pewaris yang bisa meneruskan usaha mereka. “Ini sudah dua tahun, Kylen. Jika Shanon, menunjukkan perkembangan yang signifikan tentu dia sudah sadar, tapi ini ….” Decitan kursi yang terdengar, membuat Elianor menghentikan ucapannya. Kylen sudah berdiri dan bersiap pergi meninggalkan meja makan. Baginya ini terlalu membosankan. Dia sudah cukup dewasa untuk bisa menentukan jalan hidupnya, sekalipun itu harus membuatnya menyandang status perjaka tua. “Ayah hormati setiap keputusan yang kamu buat, Kylen. Tetapi alangkah baiknya jika kamu memikirkan juga tentang permintaan nenekmu!” tutur Isander, turut angkat bicara. Kylen menghentikan langkah kakinya. Laki-laki itu tak menjawab. Dia hanya membungkukkan sedikit tubuhnya dan berlalu meninggalkan ruang makan tanpa menoleh. Sampai suara dari Isander Dominic menghentikan langkah Kylen yang hampir mencapai lorong penghubung antara ruang makan dan ruang tamu. “Ayah akan memerintahkan dokter untuk mencabut alat bantu pernapasan, Shanon!” Kylen mengeratkan tangannya yang tengah memegang tas. Dengan langkah tergesa, Kylen kembali menghampiri orang-orang yang masih berkumpul di meja makan dengan wajah tanpa belas kasihan. “Jika kamu bisa berbuat sesuka hatimu, maka Ayah, juga bisa melakukannya!” kata Isander santai. Pria paruh baya itu mengusap ujung bibirnya dengan tisu, menandakan pria itu telah usai dengan sarapan paginya. “Pilihan ada ditanganmu, Kylen. Menikah atau kehilangan Shanon!”Kylen menghentikan gerakannya. Wajah Leticia yang terlihat kesakitan meski bibirnya tertutup, membuatnya tak tega jika harus memaksa miliknya untuk terus mendobrak dinding pertahanan Leticia. Pria itu menjauh, mengambil minuman dingin yang ada di lemari es. Dia perlu sesuatu yang dingin untuk membuat suhu tubuhnya kembali normal. “Kenapa? Apa aku tidak menarik?” Pertanyaan bernada protes itu keluar dari bibi Leticia. Tubuhnya yang polos ia tutupi dengan selimut. Jujur ada rasa kecewa dalam dirinya ketika Kylen menghentikan pergulatan mereka. Rasanya seperti terbang tinggi lalu dihempaskan begitu saja. Sakit dan malu.“Tidurlah. Aku akan berolahraga sebentar di bawah.” Bukan menjawab, Kylen justru memerintahkan Leticia untuk tidur.Leticia berdecak. Dengan kesal ia memakai kembali pakaiannya. Bukan untuk bersiap tidur seperti yang diperintahkan oleh Kylen, melainkan berjalan mendekat ke arah Kylen.“Aku tidak bisa tidur. Kamu pikir aku bisa tidur setelah apa yang kita lakukan tadi,”
Kylen menyeringai, jari tangannya menjalar mengusap rambut Leticia, sementara matanya mengunci pandangan gadis itu. Wajah tegang serta rona merah di wajah Leticia membuatnya merasakan sesuatu yang menarik. Menggoda gadis itu, misalnya.“Menurutmu, apa yang bisa kita lakukan?” bukan menjawab, Kylen justru semakin menggoda Leticia. “Kita sudah menikah, bukankah kita bisa ....”“Stop!” pekik Leticia, menutup matanya.Leticia mencoba mempertahankan diri untuk tidak tergoda oleh sentuhan Kylen, meski nyatanya tubuhnya menginginkan sentuhan yang lebih dari saat ini. Sensasi yang tidak pernah dirasakannya, membuat ia ingin merasakan itu.“Bukankah kamu mengatakan tidak akan menyentuhku,” lirih Leticia. Matanya terbuka menatap iris mata Kylen yang gelap.“Aku tidak pernah mengatakannya. Saat itu aku mengatakan kita lihat saja nanti.”Leticia menelan ludahnya susah payah. Otaknya berusaha untuk mencari cara lain agar Kylen menghentikan semua ini. Namun, otaknya seakan membeku. Terlalu lama di
Pagi ini Kylen mengajak Leticia pergi ke catatan sipil untuk mengurus pernikahan mereka. Tanpa gaun pengantin dan juga pesta meriah, kini status mereka telah berubah menjadi sepasang suami istri.Leticia tersenyum tipis, melihat buku kecil yang ada di tangannya. Statusnya telah berubah, dari lajang menjadi istri orang. Helaan napas panjang yang keluar dari bibir Leticia, mengundang perhatian Kylen, hingga membuatnya menoleh.“Kenapa? Tidak suka?”Leticia memutar bola matanya. Ekspresi Kylen yang datar dan dingin sunguh membuatnya ingin menonjok wajah tampan itu. Bagaimana bisa pria itu masih bersikap biasa saja setelah membuat orang-orang kecewa akan keputusannya. Meski hanya menikah kontrak, setidaknya Kylen bisa mengadakan pesta sederhana untuk menyenangkan hati orang tua mereka.“Kemana?” tanya Kylen, mencekal tangan Leticia ketika gadis itu berlalu begitu saja dan mengabaikannya.“Aku tidak suka diabaikan! Jika aku bertanya, maka jawab!” Sorot mata tajam Kylen, memberi peringatan
“Silahkan, Nona!”Leticia menarik napasnya dalam-dalam. Dia kembali datang seperti yang Kylen minta, tanpa tahu apa yang akan dilakukannya hari ini.“Nona …?” Owen, menjulurkan tangannya, memerintahkan Leticia, sekali lagi untuk segera masuk ke dalam.Leticia kembali menarik napas, kali ini lebih dalam dan lebih panjang dari sebelumnya. “Terima kasih,” ucap Leticia melempar senyum manis kepada Owen, setelahnya ia melangkahkan kaki masuk ke dalam.Kylen duduk di kursi kebesarannya, menatap tampilan Leticia yang memakai blazer merah dipadukan dengan rok di atas lutut dengan warna senada. Tidak buruk, tapi dia tidak terlalu suka dengan itu.“Bukankah aku menyuruhmu untuk datang jam sepuluh!” Alih-alih mengomentari penampilan Leticia yang cukup mengganggu matanya, Kylen justru melayangkan protesnya karena Leticia datang terlambat.Leticia tersenyum, menunjukkan deretan gigi putihnya yang berjajar rapi. “Maaf …,” ucap Leticia.“Tadi, ayah mengajakku berbicara banyak hal, jadi aku sedikit t
Leticia terus meremas jari-jemarinya, berpikir jawaban apa yang harus diberikan pada Kylen. Dia masih di ruang kerja Kylen, tanpa laki-laki itu. Kylen meninggalkannya karena harus menghadiri rapat. Siapa yang menyangka Kylen akan memberikan tawaran yang sama dengan ayahnya. Pernikahan! Sungguh, dia tidak ingin terjerat dalam hubungan bernamakan pernikahan. Ada banyak hal yang masih ingin dilakukannya.“Ah … sial!” umpat Leticia mengacak rambutnya frustasi.Leticia gelisah. Perempuan cantik dengan balutan dress berwarna salem itu berjalan mondar-mandir. Menolak tawaran Kylen, bukankah itu sama dengan tidak mendapatkan bantuan dan dia harus menerima tawaran dari ayahnya, menikahi pria asing. “Tuhan … bagaimana ini! Apa yang harus aku lakukan?” Leticia kembali mengacak rambutnya, wanita itu terus bergumam hingga sosok bertubuh tinggi besar yang berjalan melewati pintu, membuatnya menutup rapat-rapat mulutnya. Kylen, telah kembali. Wajah laki-laki itu sama seperti sebelumnya, datar ta
Leticia berdiri di depan gedung pencakar langit bertuliskan Elevate Dynamics—sebuah perusahaan yang bergerak di bidang investasi terbesar di kota Madrid. Leticia memantapkan langkahnya masuk ke dalam gedung itu, tujuannya adalah lantai lima belas. Ruang si pemilik perusahaan berada.“Nona … Leticia Bradley?” tanya Owen Ozlle---asisten Kylen Dominic, memastikan.Leticia mengangguk, ketika ditanyai oleh seorang pemuda tampan sesampainya di lantai lima belas. Dia akan menemui Kylen dan meminta bantuan pria itu.“Silahkan, Nona, Tuan Kylen sudah menunggu Anda!” ucap Owen, sambil membuka pintu ruang kerja Kylen.“Terima kasih,” balas Leticia sebelum masuk ke dalam ruagan Kylen.Masuk ke dalam ruangan, matanya disuguhi punggung besar Kylen yang memunggunginya, memperhatikan pemandangan kota Madrid melalui kaca besar. Tubuh Leticia mendadak menegang ketika Kylen membalikkan badannya. Kylen terlihat begitu tampan dan matang. Sudah hampir sepuluh tahun mereka tidak bertemu.“Katakan, ada perl
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments