“Ky–Kylen….”
Tubuh Leticia menegang. Sorot mata Kylen yang gelap dan tajam serta alis pria itu yang menukik, membuat nyalinya menciut. Tarikan kasar pada pinggangnya, membuat tubuhnya menempel sempurna pada tubuh Kylen. Kylen melemparkan senyum yang menyimpan kemarahan kepadanya sebelum menatap Ettan dengan tajam dan dingin. Matanya juga sempat melirik ke kotak beludru di atas meja yang tak tertutup. “Istri…?”Alis Ettan mengkerut, bingung dengan situasi yang terjadi. Leticia tidak pernah menceritakan padanya tentang pernikahannya. Tidak ada yang disembunyikan Leticia kepadanya, sekecil apa pun itu.“Kamu tidak memberitahunya jika kamu sudah menikah.” Kylen mengusap lembut pipi Leticia dengan tangannya yang bebas. Membuat istri kontraknya itu tersenyum kaku.“Kami baru saja bertemu. Dan aku baru akan memberitahunya.”Kylen tersenyum samar. Pelukannya pada pinggang Leticia semakin erat seiring matanya yang menatap malas pada kotKylen memejamkan mata. Tangannya tergantung di udara cukup lama. Karena penuturan dari Owen, dia terpaksa kembali. Keadaan Shanon yang hamil jelas membuatnya tidak bisa tutup mata. Meski berat, dia tetap harus bertanggung jawab.Dengan sekali tarikan napas, tangannya dia paksa membuka gagang pintu yang sejak tadi hanya dilihatnya. Di dalam ada Shanon yang sedang terbaring di atas ranjang dengan jarum infus di tangannya.“Ky…?”Samantha yang mendengar suara langkah kaki langsung menoleh. Ia menatap iba pada Kylen yang terlihat berantakan.“Dia baru saja tertidur beberapa menit yang lalu setelah disuntik obat penenang,” terang Samantha.Kylen menghela napas panjang. Ia hanya menganggukkan kepalanya, lalu duduk di samping Shanon. Digenggamnya tangan Shanon dengan erat. Wajah dan mata Shanon tampak bengkak, entah sudah sebanyak apa kekasihnya itu menangis.“Pulanglah, aku akan menjaga Shanon!” perintah Kylen.“Baiklah, jika membutuhkan sesuatu, hubungi aku!” balas Samantha.Lagi-lagi Kyle
Kylen mengedarkan pandangannya ketika baru menginjakkan kakinya di bandara Paris. Dalam hati kecilnya, dia berharap biasa bertemu dengan Leticia. Paris adalah kota yang meninggalkan kesan indah untuk antara dirinya dan Leticia. Sebenarnya dia hanya sedang mencoba peruntungan. Syukur-syukur dia bisa menemukan Leticia di tempat ini. “Tuan, saya sudah memesan hotel. Sebentar lagi mobil sewaan yang sudah kita pesan akan datang,” terang Owen. Kylen tidak menjawab, ia hanya menganggukkan kepalanya lalu menyalakan ponsel miliknya yang sempat ia matikan. Panggilan telepon yang terus dilakukan oleh Shanon, cukup mengganggunya saat ini. Berharap ada balasan atau panggilan tak terjawab dari Leticia, nyatanya ia hanya menemukan pesan spam dari Shanon dan puluhan panggilan tak terjawab dari kekasihnya tersebut. “Tuan, apa Anda yakin jika Nona Leticia ada di sini?” tanya Owen. “Saya sudah mencari daftar nama Nona Leticia di setiap penerbangan hari ini, tapi tidak ada nama Nona Leticia di pene
Kylen melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah hampir tiga puluh menit Leticia ke kamar mandi, tapi wanita itu tak juga kembali. Perasaannya yang mulai cemas membuat pria berwajah tampan itu pergi ke toilet untuk mencari Leticia.Alih-alih mendapati Leticia keluar dari kamar mandi, Kylen justru mendapati orang lain yang keluar. Mencoba untuk kembali bersabar, Kylen menyandarkan punggungnya di dinding untuk menunggu sosok sang istri. Namun, lima belas menit berlalu, tidak juga ada tanda-tanda istrinya itu keluar dari kamar mandi.“Maaf, apa masih ada orang di dalam?” tanya Kylen pada sosok wanita yang baru saja keluar dari kamar mandi.“Tidak, hanya aku satu-satunya orang yang ada di dalam kamar mandi tadi,” jawab si wanita.Hati Kylen melencos. Tangannya dengan cepat mengambil ponsel yang ada di sakunya, mencari nama Leticia. Tak mendapatkan jawaban dari nomor yang dihubunginya, Kylen memutuskan untuk masuk ke dalam kamar mandi khusus wanita. Ia mengetuk setiap pintu
Leticia berjalan mondar-mandir di depan balkon. Semalam dia dan Kylen sudah pulang ke rumah. Perintah yang diberikan Isander, membuat hatinya gelisah. Ini tentu bukan hal yang baik untuknya dan Kylen. Keinginannya untuk mengakhiri pernikahan ini sudah bisa dipastikan akan sulit dilakukan.“Tuhan berikan aku jalan untuk semua masalah yang ada saat ini,” lirih Leticia.Leticia menghela napas panjang. Ia memilih keluar dari kamar, menuruni tangga menuju dapur. Tidak seperti biasa, pagi ini cacing-cacing di perutnya sudah meronta minta di manjakan. Namun, kakinya seketika berhenti saat melihat sosok Kylen yang duduk di meja makan dengan koran di tangannya. Jangan lupakan secangkir kopi yang tak boleh ketinggalan.“Sudah bangun?”Leticia menganggukkan kepala. Ia yang tadi hendak menuju ke dapur, berbelok menarik kursi di sisi Kylen. Sudut bibir Kylen yang memar mencubit hatinya, meninggalkan rasa kasihan yang tak mudah dihapus.“Masih sakit?”Kylen meletakkan koran yang sedang dibacanya. T
“Kylen…?”Tubuh Leticia menegang. Ia yang tadinya duduk seketika berdiri. Meski memiliki keyakinan penuh akan keinginannya, tapi saat melihat tatapan dan arogansi Kylen yang tajam dan mengintimidasi, tubuhnya tetap bergetar takut. Melawan Kylen bukan hal yang muda. Semua tahu itu.“Bukankah aku sudah mengatakannya tadi, kita tidak akan pernah bercerai!” tegas Kylen. Matanya melirik sesaat pada sosok Ettan yang berdiri di sisi Leticia.Leticia memalingkan wajah. Dia tidak menanggapi ucapan Kylen. Meneruskan hubungan ini tidak akan ada gunanya. Dia tidak akan pernah mendapatkan status yang pasti. Dia tidak ingin lagi mengalah dan berbagi kebahagian dengan orang lain. Jika tidak bisa memiliki seutuhnya hati dan tubuh Kylen, lebih baik dia mundur sebelum perasaannya berkembang semakin besar.“Apa kamu begitu ingin bersama dengan dia?!” sergah Kylen geram.“Jaga kata-katamu Ky. Leticia masih istrimu, tidak seharusnya kamu berkata seperti itu!” Ettan mendengus. Dia sama sekali tidak suka de
“Tidak!” Sorot mata Kylen menatap tajam Leticia. Tangannya tanpa diperintah mencengkram erat lengan istrinya. Urat-urat di wajahnya juga terlihat menonjol. Apa yang dikatakan Leticia, sukses mematik kemarahan besar dalam hatinya.“Ah… kamu menyakitiku,” ringis Leticia.Kylen memalingkan wajah diikuti dengan dilepaskannya cengkeramannya pada lengan Leticia. Tubuhnya yang tadi tak berjarak mulai bergerak mundur. “Temui aku di pondok belakang vila!” kata Kylen singkat padat lalu bergerak pergi meninggalkan Leticia.Leticia mendengus kesal. Ia mengumpat dalam hatinya atas sikap Kylen saat ini. Pria itu selalu bisa melakukan apapun yang disukainya. Dengan langkah kesal, ia berjalan masuk kedalam mobil Ettan. Keningnya mengkerut saat mendapati penumpang di belakang kosong. Tidak ada Kylen maupun Shanon di sana.“Ah… mereka kembali ke villa. Kylen tiba-tiba ada meeting online,” terang Ettan saat melihat raut penuh tanda tanya di wajah Leticia.“Oh,” sahut Leticia datar.Ettan tersenyum tipi