“Tidur yuk!” ajak Sammy.“Kamu tidur di kamar, aku mau ke kamar Sarah.”“Bantuin!” Dengan manjanya Sammy meminta KInan membantu ia berdiri masuk kamar dan tidur di sana. Beruntung apartemen ini memiliki dua kamar sehingga Kinan bisa dengan mudah memilih tempat istirahat untuk kedua sahabatnya itu.“Jangan usil!” omel Kinan saat Sammy dengan sengaja mencegahnya pergi.“Kamu tidur di mana?” tanya Semmi lagi.“Di kamar Sarah lah. Aku takut dia masih sedih dengan insiden tadi.”“Hm, Ki, kamu denger percakapan tadi?” tanya Sammy khawatir jika Kinan mendengar ucapan Sarah yang mengaku dia sebagai pasangannya.“Percakapan apa?”“Aku, Sarah dan suaminya. Kamu dengar?”“Enggak. Aku kan jagaian Tiara. Lagian, bagaimana pun ini semua nggak ada hubungannya sama kita, Sam. Kita hanya menemani saja dan apa yang mereka ucapkan, kita anggap angin lalu saja.” Kinan mengatakan itu agar tidak terjadi masalah antara mereka bertiga, meskipun tadi dia sedikit mendengarkan.“Syukurlah kalau kamu nggak deng
Hati Sarah merasa tidak karuan sekarang ini. Dia sudah menyeret semi untuk masuk ke dalam masalahnya. mau tidak mau dia harus terus membujuk seni agar mau membantunya dalam hal ini."Kamu sudah memberikan surat yang aku titipkan kepada mu untuk Kinan?""Ya. Maaf, Sam. Aku sudah membuat semuanya menjadi kacau. Aku janji setelah ini nggak akan ganggu kamu lagi.""Buat janji jangan semudah membuat kopi. Kamu sudah membawaku jauh ke dalam masalah dan bahkan kamu mengakui aku sebagai calon suami kamu. Tahukah kamu, itu sangat membuat aku kecewa. Apalagi kamu memaksa untuk aku menikahimu. Mustahil!"Sammy memang tidak benar-benar pergi ke rumah sakit. Dia pergi pulang ke rumahnya untuk berkonsultasi kepada sang Ibu mengenai masalahnya ini. Dia termasuk anak yang tidak pernah menutupi segala masalahnya, apalagi terkait masalah perasaan. Maharani bahkan tidak pernah memarahi anaknya jika anaknya mencintai wanita yang lebih rendah darinya. Wanita yang selalu membuat hati Sammy tenang dengan s
Sammmy akhirnya berangkat setelah mendapatkan imboost dari Ibunya. Jelas hatinya galau karena Sarah adalah teman Kinan dan ia tak bisa semudah itu menikahi Kinan jika masih ada keterlibatan perasaan Sarah,Saat baru sampai di rumah sakit, dia justru mendapati pemandangan yang tidak enak. Sarah sudah ada di ruangannya dan lagi lagi dia tersenyum tanpa dosa ke arahnya.“Sam.”“Kenapa datang lagi? Aku sudah bilang, beri aku waktu.”“Aku … aku ingin kamu tak usah pikirkan semua ini. Aku pasrah saja sudah, nggak usah kamu mikirin nasib pernikahanku.”“Maksudnya?”Sarah tahu diri. Di dalam hati Kinan dan Sammy, ada perasaan cinta yang tak bisa digambarkan. Bahkan, Sammy juga tak pernah terlihat tak peduli jika berkaitan dengan Kinan. “Aku minta maaf padamu. Aku sudah merenungkan ini dan aku pikir, aku salah. Aku sudah melibatkanmu dalam masalahku dan menjadikan kamu dilema dengan permintaan tiba-tibaku. Tadi pagi aku hanya panik. Aku hanya bingung dan aku mencoba meresapi kesalahanku.”S
Sammi sudah berusaha untuk mencari di manapun keberadaan Kinan, tetapi wanita itu sama sekali tidak bisa di cari. Bahkan dia minta bantuan Sarah agar mau mencari keberadaan Kinan. "Masih nggak ada kabar?"Sarah terdiam dan menatap iba pada Sammy. Dia sudah mendapatkan Kabar dari Kinan dan kenyataan yang menyedihkan membuat Sarah harus mengatakan hal ini."Sam, Aku nggak tahu mau ngomong apa nggak sama kamu tentang rahasia pencarian kita selama ini. Sepertinya kita harus menghentikan pencarian yang tidak mungkin akan mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang kita inginkan karena Kinan … Kinan udah gak ada.""Maksudnya?" tanya Sammy kaget."Kita tidak usah mencarinya lagi karena Kinan sudah tenang berada di alam sana. Aku sudah mendatangi rumah kedua orang tuanya dan dia meminta maaf atas semua kesalahan Kinan selama ini kepadaku. Ibunya bilang, Kinan sakit dan pergi satu bulan pasca kita tak bertemu dengannya. Dia, dia ternyata selama ini menyembunyikan rasa sakitnya sendirian. Dia men
“Kamu mau ngapain, Al?” Kemunculan Tini dari pintu belakang mengagetkan Aldo, hingga gelas plastik yang ada di tangan lelaki itu terjatuh. Air yang belum habis di minum oleh Aldo tumpah di lantai yang ia pijak sebagian mengenai sepatunya.“I-Ibu ngagetin aja,” ujar Aldo terbata seraya memungut gelas di lantai dan meletakkan di wastafel.Laki-laki itu kemudian mendekati meja makan dan membuka tudung saji, lalu terdengar helaan napas panjang darinya. Nasi dingin, tempe goreng dan kuah sayur yang terhidang membuat selera makan Aldo menguar begitu saja. “Kamu baru pulang, Al?” tanya Tini yang tak lain adalah ibu kandung Aldo.Aldo mengangguk. “Makanan cuma ini, Bu?” “Adanya itu. Kayak nggak tau istrimu aja.” Tini menjawab dengan nada tak suka. Tentu bukan ia tujukan pada Aldo, melainkan pada sang menantu yang kini entah di mana keberadaanya.“Ini, nih, kebiasaan!” Tini melihat wastafel yang terdapat beberapa piring kotor. “Tau suami mau pulang kerja bukannya cepet beberes dan masak, ma
“Nah, ini baru keluar peraduan tuan putrinya,” sindir Tini yang melihat Kinan muncul di dapur. Kinan yang masih dongkol pada sang suami mengabaikan Tini dan terus melangkah ke belakang, hendak menangkat pakaian yang tidak semua Tini bereskan. Bukan ia sengaja melalaikan tugas yang satu itu, tetapi Kinan memang tak sengaja ketiduran setelah salat Asar tadi. Beruntung sebelum turun hujan ia sudah terbangun.Kinan memasukkan semua pakaian yang sudah kering ke dalam keranjang, kemudian meletakkannya ke kamar khusus dekat dapur. Saat ia kembali ke dapur sudah ada Rini—kakaknya Aldo—anak sulung Tini. “Ki, anakku mana?” tanya Rini.“Anak Mbak kok tanya ke aku. Ya, mana aku tahu di mana,” jawab Kinan setengah hati. “Loh, kan anakku tadi main di sini, sebagai tantenya harusnya kamu jagain mereka. Kok malah nggak tau jawabnya. Gimana, sih.” Rini sewot. Ia duduk di kursi sembari mengupas pisang yang diambil dari kulkas. Tanpa basa-basi Rini memakan pisang yang dibeli oleh Kinan untuk stok cem
Hari ini akan diadakan acara syukuran tujuh bulanan Indah--istrinya Aldi--anak bungsu Tini. Sejak hari masih gelap kesibukan sudah terjadi di dapur rumah Tini yang lumayan luas tersebut. Untuk acara yang mengundang seluruh tetangga lingkungan ini Tini sengaja mendatangkan satu juru masak dari restoran terkenal. Juru masak tersebut bertugas memasak hidangan untuk disuguhkan pada tamu. Walaupun sudah ada juru masak, beberapa tetangga tetap turun ke dapur untuk membantu nyonya hajat. Mereka membuat puding, risoles dan banyak camilan untuk para tamu. Memang sudah menjadi kebiasaan di daerah itu, tetangga akan datang suka rela untuk membantu pada tetangga yang memiliki hajat. Rewang, begitu istilahnya. "Udah Mbak Kinan, biar Bibi yang lanjutin bungkus lempernya. Mending Mbak Kinan ke depan aja." Hayati, tetangga sebelah kiri Tini yang akrab disapa Bibi menegur Kinan di sebelahnya. "Iya, Mbak. Bagian dapur serahin aja ke kita, Mbak Kinan kan tuan rumah, stand by aja di depan," yang lain
Kinan memilih beberapa kotak kemasan berisi kue yang sudah dipotong-potong. Ia memeriksa isinya sebelum dibawa ke depan. Ada tiga kotak berisi penuh kue yang ditumpuk dan dibawa wanita itu untuk menambah hidangan di depan. Gelas yang tadi ia siapkan sudah dibawa terlebih dahulu oleh salah satu anak tetangganya yang dimintai tolong oleh Rini. Hati-hati Kinan melangkah sebab yang ia bawa lumayan berat. "Duh, kok nggak ada orang," gumam Kinan saat sampai di meja hidangan dan tidak menemukan siapapun. Biasanya di bagian ini ada satu atau dua orang yang ditugaskan menjaga, gunanya untuk membantu tamu jika mereka kesulitan saat mengambil hidangan. Sesaat Kinan meperhatikan sekeliling. Halaman rumah mertuanya yang dipasangi tenda disulap menjadi seperti ruangan, dengan dinding-dinding dari kain. Di depan sana, Indah duduk bersisihan dengan Aldi. Keduanya mengenakan baju dengan corak yang sama, Indah memakai gamis sedangkan Aldi menggunakan kemeja dan bawahan celana bahan. "Apa aku simpan