Selesai membelikan ayam goreng untuk suami dan juga mertuanya, Aisyah kembali ke rumah. Dan melihat wanita itu pulang, Andre langsung merampas plastik yang ada di tangannya, kemudian dia dan juga ibunya langsung memakan ayam goreng itu tanpa sisa.
''Mas, ayam gorengnya kok dihabisin?'' tanya Aisyah saat melihat tiga potong ayam goreng sudah habis.
''Memangnya kenapa? Kau 'kan ada tahu tempe, ada sayur asem juga, ya makan aja sama itu!'' gertak Andre.
Aisyah hanya diam saja, kemudian dia berjalan ke belakang rumah untuk mencuci pakaian. Wanita itu melihat dua bak besar pakaian yang kotor, dia pun menghela nafas dengan dalam.
'Bismillah, semoga ini menjadi ladang pahala untukku. Kamu harus ikhlas Aisyah,' batin Aisyah menyemangati dirinya.
Kemudian dia mulai berjongkok dan mengambil sabun cuci lalu mulai menyikat baju itu satu persatu, bahkan tangan yang tadinya mulus, sekarang sudah terasa kasar, bahkan tak jarang kapalan juga.
BRUK!
Sebuah jaket yang lumayan tebal mendarat di wajah Aisyah, dan itu kelakuannya Andre.
''Cuci jaketku! Besok mau dipakai buat ngojek lagi!'' titah Andre, kemudian dia pergi meninggalkan tempat cucian.
Aisyah hanya bisa menarik nafas dengan dalam, kemudian menghembuskannya secara perlahan. Sambil menyuci pikirannya melalang buana, memikirkan tentang sikap Andre yang berubah drastis.
Sekelebat rasa rindu seketika menyeruak di dalam hatinya akan kedua orang tuanya. Dia benar-benar sangat merindukan mama dan papanya, di mana Aisyah sudah meninggalkan mereka dan lebih memilih hidup bersama dengan Andre.
''Ya Allah, apakah ini karma untukku, karena sudah berani melawan orang tuaku yang tidak merestui pernikahan kami? Apakah ini balasan untuk anak durhaka seperti diriku?' batin Aisyah sambil menitikan air mata.
Masih teringat jelas di benak dan juga pikirannya Aisyah, waktu dia meminta restu untuk menikah bersama dengan Andre, tapi kedua orang tuanya tidak mengizinkan, dengan alasan bahwa Andre bukanlah pria yang baik.
Bahkan mereka sudah menjodohkan Aisyah dengan seorang pria yang tak pernah Aisyah temui, namun saat orang tuanya mengatakan jika ia dijodohkan, Aisyah dengan tegas menolaknya. Dan dia mengatakan akan menikah dengan Andre.
Saat itulah Aisyah dicoret dari nama keluarga oleh sang papah, dan dia lebih memilih untuk tinggal bersama dengan suaminya.
"Aisyah!'' teriak seseorang yang tak lain adalah ibu mertuanya.
Wanita itu langsung menghapus air matanya, kemudian mencuci wajahnya agar tidak terlihat sembab, lalu dia pun berjalan sedikit cepat sampai kepleset, karena gamisnya basah jadi membuat lantai sedikit licin karena terkena tetesan air.
''Aawwh!'' ringis Aisyah.
''Aisyah!'' Lagi-lagi terdengar teriakan dari ibu mertuanya.
''Iya Bu, sebentar!'' jawab Aisyah tak kalah teriak.
Saat sampai di sana dia pun mendapatkan jambakan pada jilbabnya. ''Lelet banget sih jadi perempuan, dipanggil dari tadi. Apa kamu tidak punya kuping? Kamu budeg!'' bentak Bu Lisa.
''Maaf Bu, tadi Aisyah lagi nyuci, dan---''
''Halah!Alasanmu banyak banget. Buatkan saya minuman! Ada teman saya juga yang akan datang, jadi buatkan 3, cepat nggak pakai lama!''
Aisyah mengangguk, kemudian dia berjalan ke arah dapur dan membuatkan minuman. Dan benar saja, saat dia membawanya ke ruang tengah ada dua ibu-ibu yang datang, kemudian wanita itu pun menaruhnya di atas meja.
''Silakan diminum Bu, tehnya,'' ucap Aisyah dengan.
''Aduh Bu Lisa. Ini masa hanya teh saja? Tidak ada cemilan lain kah? Terus menantu Ibu bau banget sih, belum mandi ya? Jorok banget jadi wanita. Mbak, Mbak. Kalau jadi wanita itu harusnya bersih, rapi, cantik, jangan jorok kayak gitu. Gimana suami mau betah?'' sindir temannya Bu Lisa yang bernama bu Aan.
''Iya Bu, saya belum mandi soalnya masih nyuci baju di belakang. Kalau gitu saya permisi dulu." Aisyah pun beranjak dari sana untuk melanjutkan cuciannya kembali.
Dia tidak mengambil hati ucapan dari wanita itu, karena mereka tidak tahu hidupnya Aisyah seperti apa dan bagaimana di rumah itu.
''Aduh Bu, jangankan untuk mandi, bersih-bersih dan juga dandan, mandi aja kadang sehari sekali Bu, jorok banget. Makanya si Andre itu nggak pernah betah di rumah ini. Suami pulang bukannya disambut dengan wajah cantik, tapi malah badannya bau bawang, ditambah ya Bu, dia tuh kadang males-malesan. Saya yang masak, saya yang nyuci, tapi ini pengen cari muka aja sama suaminya makanya dia nyuci baju,'' fitnah Bu Lisa.
Aisyah mengusap dadanya yang terasa sakit saat mendengar fitnahan dari ibu mertuanya. Walaupun sudah terbiasa dia mendengarnya, namun tetap saja hal itu membuat Aisyah merasa tak dihargai.
Dia selalu diam karena menghormati Ibu mertuanya. Walau begitu, Aisyah sedikit banyaknya paham tentang agama, hingga dia pun hanya bisa mengalah.
.
.Jam 20.00 malam Aisyah baru selesai mengaji. Dia melihat jam dinding dan merasa heran sebab Andre belum pulang dari ngojek.
''Mas Andre ke mana ya? Kenapa jam segini belum pulang juga,'' gumam Aisyah sambil melipat mukenanya.
Kemudian dia memakai jilbab syar'i nya lalu keluar dari kamar untuk menuju ruang tengah, namun saat dia akan membuka pintu depan, tiba-tiba terhenti oleh suara teriakan dari ibu mertuanya.
''Aisyah, sini kamu!'' Wanita itu pun segera mendekat ke arah Bu Lisa.
''Iya Bu, apa Ibu butuh sesuatu?''
''Tolong kamu buatkan saya nasi goreng, saya lapar. Oh iya, jangan lupa pakai telur ya! Nnggak pakai lama.''
Aisyah mengangguk, kemudian dia langsung berjalan ke arah dapur. Namun, dia melihat jika telur di kulkas sudah habis, kemudian dia pun Berjalan ke depan.
''Maaf Bu, telur di kulkas sudah habis,'' ucap Aisyah.
''Ya kamu beli lah, udah cepetan sana ke warung! Saya laper.''
Aisyah mengangguk, kemudian dia mengambil dompet dari kamar lalu keluar dari rumah untuk membeli telur.
Sepanjang perjalanan wanita itu menghitung uangnya, karena dia benar-benar harus menghemat untuk kebutuhan serta membayar ini dan itu, apalagi cicilan Ibu mertuanya banyak.
.
.
Tepat jam 22.00 malam Andre pun pulang, dia melemparkan jaket ke atas tempat tidur, membuat Aisyah seketika terjingkat kaget dan terjaga dari tidurnya.''Mas, kamu sudah pulang?'' tanya Aisyah sambil mengikat rambut panjangnya.
Pria itu tidak menjawab, kemudian dia membuka lemari dan mengobrak-abrik pakaian mereka, membuat Aisyah seketika merasa heran.
''Kamu mencari apa, Mas?'' tanya Aisyah.
''Mana uangmu? Sini aku minta!'' Andre menengadahkan tangannya sambil mengobrak-abrik isi lemari.
Aisyah segera bangkit dari duduknya lalu mendekat ke arah Andre, ''Untuk apa, Mas? Besok aku mau bayar listrik sama cicilan ac-nya ibu.''
''Alah! Nggak usah banyak ngomong deh kamu. Mana sini aku minta uang!'' pinta Andre dengan sedikit membentak.
Dia melihat ada otak kaleng di pojokan lemarinya, dan pria itu pun langsung mengambilnya. Benar saja, ternyata isinya adalah uang simpanan Aisyah.
''Kamu selama ini pelit sekali sama suami ya mempunyai uang sebanyak ini tapi kamu tidak membaginya denganku. Keterlaluan!'' geram Andre sambil mengambil seluruh uang yang ada di kaleng tersebut, kemudian dia melempar kalengnya yang sudah kosong.
''Mas, jangan diambil itu buat bayar listrik sama cicilan AC!'' pinta Aisyah sambil mencoba untuk merebut uangnya kembali.
Namun, Andre segera mendorong tubuh wanita itu hingga tersungkur ke lantai. ''Aku butuh uang ini, dan jangan menunggu ku pulang!'' Kemudian Andre pun keluar dari kamar sambil membawa uang simpanan Aisyah.
Melihat itu tentu saja Aisyah tidak tinggal diam, dia mengejar Andre lalu memegang tangannya. ''Mas, aku mohon jangan ambil uang itu, Mas! Kita tidak punya simpanan lagi. Kalau sampai kamu memakainya lalu---"
PLAK!
Ucapan Aisyah terhenti saat sebuah tamparan mendarat keras di pipi mulusnya.
''Berisik!'' gertak Andre, ''Kamu tuh jadi istri jangan banyak bicara, nurut sama suami! Uang istri uang suami juga, paham!'' Setelah mengatakan itu Andre pun keluar dari rumah.
Sementara Aisyah memegangi pipinya yang terasa panas, dan tak lama Ibu Lisa keluar karena mendengar keributan antara anak dan juga menantunya..
''Ada apa sih malam-malam berisik sekali? !ggak tahu apa orang lagi tidur!'' Bu Lisa berkata dengan nada yang ketus sambil mengucek matanya.
''Itu Bu, tadi Mas Andre pulang lalu mengambil uang simpananku. Padahal uang itu buat bayar listrik sama cicilan AC Ibu besok,'' ucap Aisyah menjelaskan.
''Halah! Lagian kamu pelit banget jadi istri. Punya uang simpanan nggak dibagi-bagi. Biarin aja sih Andre mengambilnya, toh itu pasti uang Andre kan dari hasil ngojek? Lagi pula, dari hasil jualan kamu juga nggak seberapa?'' ledek Bu Lisa, kemudian dia masuk kembali ke dalam kamar.
Aisyah berjalan gontai masuk ke dalam kamarnya, tubuhnya luruh di samping tempat tidur. Dia menangis mengingat sikap dari mertua dan juga suaminya.
Tatapannya tertuju pada kaleng yang sudah kosong, padahal uang itu ia kumpulkan dari hasil jualan dan disisihkannya, sementara Andre sama sekali tidak memberikan uang dari ngojek. Sekalinya ngasih cuma Rp20.000 dan itu cukup untuk apa? Karena zaman sekarang semua sudah serba mahal.
''Ya Allah, aku harus mendapatkan uang dari mana lagi? Simpananku sudah diambil sama Mas Andre. Kuatkan aku ya Allah,'' gumam Aisyah sambil menangis tersedu-sedux hingga tanpa terasa dia pun tertidur dengan air mata yang mengering di kedua pipinya.
BERSAMBUNG....
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai