"Nasi uduk! Nasi uduk! Sarapannya Bu, Pak!" teriak Naura sambil mendorong sepedanya.
.
.Bu Lisa terbangun saat jam sudah menunjukkan setengah delapan pagi, dia melihat ke arah meja makan di mana sudah tersedia teh di dalam termos jadi tidak dingin.
Wanita itu membuka tudung saji dan melihat dua bungkus nasi uduk, kemudian dia memutar bola matanya dengan malas."Wanita sialan itu, kenapa setiap hari memberiku nasi uduk? Lama-lama aku jadi gatal-gatal makan nasi uduk terus menerus. Apakah tidak ada makanan yang lebih mewah? Rugi sekali Andre menikahinya!" rutuk Bu Lisa sambil menggebrak meja dengan kesal.Tapi perutnya sudah keroncongan, jadi mau tidak mau dia pun menyantap nasi uduk itu, walaupun memang Bu lisa akui jika nasi uduk buatan Aisyah sangatlah enak, apalagi sambal kacangnya.Akan tetapi tetap saja, dia tidak suka kepada Aisyah. Apalagi saat wanita itu sudah dicoret dari hak waris milik keluarganya.
Andre baru saja pulang saat bu Lisa sudah selesai menyantap sarapannya, kemudian dia langsung duduk di meja makan."Kamu dari mana saja sihx Ndre? Kenapa jam segini baru pulang? Semalam kamu ngapain sama Aisyah bertengkar?" tanya Bu Lisa sambil menatap ke arah putranya."Semalam aku ngambil uang dia Bu. Lagian dia punya simpanan banyak nggak mau bagi-bagi sama suami sendiri. Iya ditambah, Putri juga minta aku buat beliin baju, jadi aku nggak punya uang. Ya sudah aku ambil aja tabungan dia," jawab Andre sambil meminum kopi yang sudah tersedia di atas meja."Tunggu dulu! Putri? Putri siapa yang kamu maksud?" Bu Lisa menatap dengan bingung ke arah putranya."Ya ampun! Masa Ibu lupa sih? Putri anaknya Pak Darsono, juragan cabe di sini. Ibu kan tahu dulu aku sama dia pacaran, tapi Ibu tidak merestui dan lebih memilih Aisyah. Karena dia lebih kaya, tapi sekarang apa? Dia sudah dicoret kan dari keluarganya, jadi ya sudah untuk apa aku mempertahankan dia? Lebih baik aku mengejar Putri," jelas Andre dengan enteng.
"Jadi selama ini kamu dan Putri ada hubungan?" Bu Lisa sangat kaget saat mendengar penuturan dari putranya.
Andre langsung menganggukkan kepalanya, "Iya, karena kami masih saling mencintai. Dan rencananya kami akan menikah," jawab Andre.Bu Lisa manggut-manggut, kemudian dia pun berkata, "Ya kalau ibu sih setuju aja, tapi bagaimana dengan istrimu? Apa dia setuju?"
Mendengar itu Andre terkekeh kecil, "Aku tidak peduli. Mau dia setuju atau tidak, aku akan tetap menikahi Putri."Bu Lisa pun menyetujui usul Andre, karena Putri adalah anak juragan di desa itu, dan sudah pasti kehidupan mereka akan terjamin dibandingkan hidup dengan Aisyah yang hanya penjual nasi uduk keliling.
.
.
Setelah mengerjakan semua pekerjaannya, Aisyah pun keluar dari rumah, namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat Bu Lisa memanggil dirinya."Mau ke mana kamu?""Aku mau bayar listrik sama cicilan AC Bu," jawab Aisyah."Bukannya uang kamu sudah diambil ya sama Andre?" Wanita itu melipat kedua tangannya di depan dada sambil menyandarkan tubuhnya di ambang pintu kamar.Aisyah mengangguk, "Benar Bu, dan mau tidak mau Aisyah memakai modal dagangan dulu. Kalau begitu Aisyah pamit dulu ya Bu, assalamualaikum." Wanita itu pun pergi setelah pengucapan salam.Akan tetapi Bu Lisa tidak perduli, dia tidak menjawab salam dari Aisyah.Sepanjang perjalanan Aisyah menyeka keringatnya, karena matahari juga sudah lumayan terik. Dia mengendarai sepeda untuk menuju loket pembayaran listrik, di mana setengah jam dari rumahnya.Setelah urusannya selesai, Aisyah mampir ke warung untuk membeli bahan-bahan dagangannya, karena dia berinisiatif besok untuk menambah jualannya membuat dadar gulung."Lihat deh jeng, Aisyah pakaian jelek, wajah kusam, tidak menarik sama sekali. Kasihan sekalian Andre, dulu hidupnya sangat enak. Dia kerja di pabrik dan mempunyai jabatan yang tinggi, tapi setelah menikah dengan Aisyah hidupnya sengsara. Sepertinya wanita itu pembawa sial deh," ucap salah satu ibu-ibu menyindir Aisyah saat dia berbelanja di warung.Akan tetapi Aisyah tidak mau menanggapi, kemudian dia mengeluarkan uang dari dompetnya lalu membayar belanjaannya."Lihat gayanya, sombong sekali kan? Penjual nasi uduk keliling aja sombongnya selangit, pantes aja Andre lebih memilih si Putri. Sampeyan lihat kan, beberapa hari ini Andre sering jalan sama Putri. Aku rasa sih mereka balikan lagi, lihat saja istrinya seperti itu, Andre mana betah di rumah?"Aisyah yang mendengar penuturan dari ibu tersebut pun akhirnya membalikkan badannya, "Maksud Ibu, Putri siapa ya? Mas Andri jalan sama siapa, Bu?" tanya Aisyah dengan penasaran.Namun bukannya menjawab, Ibu tersebut malah tersenyum sinis. "Sudahlah, kita pergi aja yuk dari sini! Nggak guna juga ngeladenin orang kaya dia," ajak Ibu tersebut pada temannya."Iya, yuk pergi. Biarkan saja, lagi pula sudah pasti Andre lebih betah lah sama Putri ketimbang sama wanita yang jelek kayak dia. Suami mana betah kalau istrinya kampungan begitu," timpal teman ibu itu.
Aisyah memejamkan matanya, di dalam hati dia terus aja beristighfar karena mendapatkan cacian dan makian dari warga sekitar.Jangankan untuk berpakaian mewah, Andre bahkan tak pernah membelikannya baju. Jangankan untuk danda, beli lipstik aja tak mampu. Uang Aisyah habis buat kebutuhan mereka sehari-hari, ditambah bu Lisa yang suka belanja.Awal mula dia menikah dengan Andre warga di sana sangat baikx ramah dan tamah kepada dirinya, tapi seiring berjalannya waktu mereka berubah karena hasutan dan juga fitnah dari ibu mertuanya.Aisyah pun melangkah pergi menuju rumah, dan di sana dia melihat Andre yang sudah siap dengan kemejanya, bahkan pria itu terlihat begitu rapi dan wangi."Mas, kamu mau ke mana sudah rapi saja?" tanya Aisyah dengan lembut sambil mencium tangan Andre."Aku mau ke mana, itu bukan urusan kamu!" jawab Andre dengan ketus.Dia melenggang meninggalkan kamar, namun tangannya ditahan oleh Aisyah. "Mas, aku mau bertanya sesuatu sama kamu?""Nanya apa? Cepetan aku nggak punya banyak waktu!""Aku dengar dari ibu-ibu kalau kamu dekat dengan seorang wanita. Apa itu benar, Mas?" tanya Aisyah memastikan.
Dia tidak mau berprasangka buruk kepada suaminya, dan Aisyah tidak mau percaya pada ucapan orang lain, karena dia percaya jika suaminya tidak mungkin menghianati dirinya."Lepas! Aku mau pergi. Lagi pula, kalau aku dekat dengan wanita lain memangnya kenapa!" jawab Andre dengan nada yang ketus."Mas, jika itu benar, kenapa kamu tega sama aku? Kita kan sudah menikah dan---""Cukup ya Aisyah! Hentikan omong kosongmu! Kita memang sudah menikah, tapi lihatlah hidupku sekarang! Menderita. Aku pikir setelah menikah denganmu, hidupku kan bahagia, tapi nyatanya apa? Kamu hanyalah wanita pembawa sial." Andre mendorong tubuh Aisyah hingga wanita itu terjerembab ke atas ranjang.
Kemudian dia mendekat ke arah wanita tersebut lalu mencengkram lehernya. "Kau dengar ya! Mau aku dekat dengan wanita lain atau tidak, itu bukan urusanmu. Kamu hanyalah seorang istri, dan tugasmu adalah memasak dan mengurus rumah ini, paham!" Andre menghempaskan leher Aisyah, membuat wanita itu terbatuk karena cengkramannya begitu kuat. Setelah itu Andre pun pergi dari kamar meninggalkan Aisyah yang kini sudah meneteskan air mata."Ya Allah, jika memang benar suamiku bermain api di belakang, berilah ia hidayah bahwa apa yang ia lakukan salah," gumam Aisyah dengan lirih.BERSAMBUNG....
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai