Seperti biasa, jam 02.00 pagi Aisyah terbangun untuk menyiapkan jualannya. Namun saat dia melewati kamarnya, wanita itu mendengar suara yang begitu menyakitkan di gendang telinganya.
Di mana saat ini kedua Insan pengantin baru tersebut tengah meneguk manisnya madu di malam pertama, sampai suara mereka terdengar keluar kamar.Dada Aisyah terasa sakit. Bagaimana bisa dia menerima kenyataan di mana harus berbagi suami, namun lagi-lagi keadaan harus membuatnya menjadi wanita yang kuat.Wanita itu menghapus air matanya, kemudian dia berjalan ke dapur untuk menyiapkan segala sesuatu untuk jualan.'Kamu bisa Aisyah! Kamu pasti bisa melewati semuanya. Anggap mereka di sini hanya nyamuk, walaupun hati kamu sakit.' batin Aisyah menyemangati dirinya sendiri.Jam 05.00 dia sudah siap, kemudian wanita itu hendak keluar dari rumah untuk berjualan. Namun, tiba-tiba saja Andre keluar dari kamar menggunakan kolor."Kamu mau berjualan?" tanya Andre."Iya Mas, aku pamit dulu. Assalamualaikum," jawab Aisyah dengan nada yang dingin."Tunggu dulu! Buatkan aku kopi!" pinta Andre.Aisyah yang mendengar itu pun menghela nafas dengan pelan, dia tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya. Walaupun saat ini Aisyah sedang terluka, tapi ia tetap harus melayani Andre sebagai suaminya.Wanita itu berjalan ke arah dapur dan mulai membuatkan kopi, sementara Andre duduk di kursi yang ada di meja makan. Dia melihat setiap gerak-gerik Aisyah.Jika dibandingkan dengan Putri, memang Aisyah sangat berbeda. Walaupun wajahnya cantik secara natural, tapi sekarang penampilan wanita itu tidak menarik lagi sehingga Andre pun berpaling."Ini Mas kopinya," ucap Aisyah sambil menaruh kopi yang yang ia buat di hadapan Andre.Namun tatapan Aisyah mengarah kepada leher dan juga dada bidang suaminya, di mana banyak tanda merah yang terlukis dengan indah pada kulit putih pria itu.Hati Aisyah semakin tercabik-cabik saat membayangkan bagaimana ganasnya suami dan juga madunya semalam dalam meneguk madu asmara.'Sabar Aisyah, sabar. Kamu harus kuat! Kamu tidak boleh terlihat lemah di hadapan Mas Andre.' batin Aisyah."Ngapain kamu masih diem di situ?" tanya Andre dengan ketus, saat melihat Aisyah terbengong sambil menatap ke arahnya."Tidak apa-apa Mas, kalau begitu aku pamit dulu," ujar Aisyah.Sementara Andre hanya diam saja, tidak menjawab. Dan baru beberapa langkah Aisyah akan pergi dari ruang makan dia pun menghentikan langkahnya, kemudian wanita itu berkata sesuatu yang membuat Andre seketika menghentikan kunyahan pisang goreng di mulutnya."Lukisan di tubuhmu sangat indah, Mas. Wanita itu sangat pandai memuaskanmu. Semoga kamu selalu puas dengannya dan tidak mencari bunga yang sedang bermekaran lagi di luar sana." sindir Aisyah."Maksud kamu apa?!" teriak Andre tidak terima.Namun Aisyah tidak menjawab, dia keluar dari rumah dan mulai mendorong sepedanya untuk menjajakan jualan nasi uduknya.Sementara Andre terdiam mendengar ucapan Aisyah, namun dia tidak peduli. Andre berpikir, mungkin saja Aisyah iri karena melihat semua tanda yang dibuat Putri di tubuhnya...Jam 10.00 pagi Aisyah sudah pulang. Dia melihat saat ini Putri dan juga Ibu Lisa tengah duduk di teras sambil meminum teh dan beberapa cemilan kue brownies.Sejujurnya Aisyah sangat penasaran dari mana kue itu berasal, sebab ia tidak pernah membelikan mertuanya. Karena mereka harus mengirit-ngirit untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari."Assalamualaikum," ucap Aisyah sambil memarkirkan sepedanya."Aisyah ... Aisyah. Lihat nih!enantuku saja mampu untuk membelikanku brownies, kamu selama menjadi menantuku, bahkan hanya bisa memberikanku goreng pisang. Sekali-kali berikan mertuamu ini kemewahan, jangan cuma goreng pisang," ucap Bu Lisa dengan nada yang ketus.Aisyah hanya tersenyum, kemudian dia menganggukkan kepalanya lalu melewati mertua dan juga madunya begitu saja, karena dirinya sangat capek jadi malas untuk meladeni mereka berdua.Bu Lisa yang dicueki oleh Aisyah pun merasa jengkel, kemudian dia bangkit dari duduknya lalu menarik jilbab Aisyah, hingga membuat kepala wanita itu menengadah ke atas."Dasar menantu kurang ajar! Kamu itu ngerti nggak sih apa yang saya ucapkan, hah! Saya ini lagi bicara sama kamu! Punya kuping nggak kamu, hah!" bentak Bu Lisa sambil mendorong tubuh Aisyah hingga tersungkur ke lantai.BERSAMBUNG....JANGAN LUPA JEJAK KALIAN YA GUYS😉Wanita itu pun bangkit, "Maaf Bu! Aisyah lagi lelah, jadi Aisyah tidak ingin berdebat. Wajar jika Putri bisa membelikan Ibu brownies yang mahal dan enak, karena kami tentu saja sangat berbeda. Dia adalah anak orang kaya, sedangkan saya hanya penjual nasi uduk keliling," jawab Aisyah dengan telak."Berani kamu ya menjawab pertanyaan saya!" marah Bu LisaSementara Putri hanya bersandar di pintu melipat kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum sinis, saat melihat Bu Lisa begitu sangat membenci Aisyah."Maaf Bu, saya tidak menjawab. Hanya saja, memang tadi ibu kan yang menginginkan saya menjawab pertanyaannya?""Kau!" Lagi-lagi Bu Lisa mengangkat tangannya hendak menampar wajah Aisyah, namun kali ini wanita itu menahannya."Jika Ibu membenci saya, usir saja saya dari rumah ini. Kenapa Ibu masih mempertahankan saya? Dan minta saja anak ibu Mas Andre, untuk menceraikan saya! Boleh Ibu mencaci maki saya, tapi ingat Bu! Kesabaran orang itu ada batasnya. Saya bukan Nabi yang mempunyai ke
Happy reading...Aisyah merasakan matanya seperti terbakar, apalagi wajahnya terasa begitu panas dan juga pedas. Dia mengompres wajahnya dengan es batu.Setelah dirasa mendingan, wanita itu pun melanjutkan untuk mencuci baju tanpa menghiraukan wajahnya yang memerah.Sejujurnya Aisyah sudah sangat lelah, tapi ada alasan tertentu kenapa dia bertahan. Itu karena Aisyah tahu jika surganya ada pada sang suami. Firaun saja yang jahat mempunyai istri yang begitu sholehah, jadi Aisyah mencoba untuk bertahan...Hari demi hari dilewati oleh Aisyah, hingga dia merasa hari ini sedang tidak enak badan, wanita itu pun tidur lebih awal.Namun, tepat jam 20.00 malam, saat bu Lisa, Andre dan juga Putri sudah makan malam, wanita itu menggedor pintu kamar Aisyah. Tetapi, tidak membuat Aisyah terjaga, sebab Ia benar-benar merasa badannya tidak enak.Karena merasa kesal, Bu Lisa pun masuk ke dalam dan membuka pintu itu dengan kasar, hingga membuat dentuman yang cukup nyaring dan dia melihat Aisyah tenga
Selama ini Ibu Lisa selalu saja meng-redit barang-barang elektronik, entah itu dari AC, kulkas atau yang lainnya. Sementara yang membayar cicilannya adalah Aisyah.Setelah semuanya siap dan setelah Aisyah menunaikan shalat subuh, dia pun mulai menjajakan dagangannya dengan berjalan sedikit pelan, karena Aisyah merasa kepalanya benar-benar pusing."Nasi uduk! Nasi uduknya Pak, Bu, buat sarapan pagi!" teriak Aisyah.Seperti biasa, pelanggan-pelanggannya yang ada di sana keluar saat mendengar teriakan Aisyah yang sedang menjajakan jualan sarapan paginya. Dan Aisyah sangat bersyukur karena Allah selalu mempermudah jalannya untuk mencari rezeki.Hingga saat jam 08.00 pagi, Aisyah melewati sebuah gang pedesaan. Namun saat dia akan menjajakan dagangannya, tiba-tiba dihadang oleh seseorang."Heh kamu! Oh ... jadi kamu yang sering berjualan di sini? Ingat ya! Sebaiknya sekarang kamu pergi dan jangan pernah jualan di sini lagi! Gara-gara kamu, tahu nggak sih, pelanggan pelanggan saya itu jadi p
Happy reading...Dua kelopak mata indah seorang wanita yang tengah terbaring lemas di ranjang Rumah Sakit pun terbukaPertama yang ia lihat adalah semua serba putih, wanita itu pikir dia sudah tiada. Namun, ternyata dia melihat selang infus yang ada di tangannya."Kenapa aku bisa berada di rumah sakit?" gumam Aisyah."Kau sudah bangun?" ucap seorang pria.Aisyah menoleh, dan dia kaget saat melihat seorang pria yang berada di sampingnya. "Maaf Tuan, Anda siapa?" tanya Aisyah dengan lirih."Aku menemukanmu pingsan tadi di jalan, jadi aku membawamu ke rumah sakit," jawab pria tersebut."Terima kasih. Tapi saya harus pulang," ujar Aisyah sambil bangkit dari tidurnya. Akan tetapi, badannya terasa sakit, kepalanya begitu pusing seperti diputar-putar."Jangan bangun dulu! Dokter mengatakan kalau kau harus banyak istirahat dan harus dirawat, keadaanmu cukup mengkhawatirkan," jelas pria tersebut.Aisyah hanya terdiam, dia benar-benar khawatir karena takut jika suaminya marah, sebab saat meliha
Aisyah baru saja menunaikan shalat dengan cara duduk di atas ranjang Rumah Sakit, sebab untuk berdiri dirinya masih belum kuat. Dia bahkan tidak sadar ada seseorang yang sedang menatapnya di ambang pintu.'Dia benar-benar taat dalam beribadah.' batin pria itu yang sudah menolong Aisyah.Kemudian dia pun berdehem kecil, membuat Aisyah seketika menoleh ke arahnya. "Ini aku bawa makanan. Makanlah biar kamu cepat sehat!" ujar pria itu sambil meletakkan satu box makanan."Terima kasih Tuan," jawab Aisyah sambil menundukkan kepalanya."Sama-sama."Kemudian Aisyah mengambil box tersebut lalu mulai menyantap makanan secara perlahan. Setelah makanan selesai, pria itu memberikan air putih kepada Aisyah, dan langsung ditegaknya, setelah itu Aisyah pun meminum obat."Oh iya! Namaku Oktavio. Kau bisa memanggilku dengan Okta. Namamu siapa?" ucap pria tersebut yang bernama Okta, sambil mengulurkan tangannya.Aisyah menangkupkan kedua tangan di depan dada, "Nama saya Aisyah." Membuat Okta seketika me
Happy reading ....Sesuai dengan permintaan nya Aisyah, tepat jam 10.00 pagi dia meminta untuk pulang, karena dirinya merasa keadaannya juga sudah baik-baik saja.Okta menawarkan untuk mengantarkan Aisyah, tetapi wanita itu menolak. Namun, Okta memaksa, sebab dia juga khawatir tentang keadaan wanita tersebut, di mana wajahnya juga masih terlihat pucat.Akhirnya Aisyah pun tidak punya pilihan lain, sebab untuk mengendarai sepeda juga ia tidak sanggup. Badannya masih terasa sedikit lemas.Tidak ada obrolan selama dalam perjalanan, wanita itu hanya diam saja, karena dia memikirkan cacian dan makian serta kemarahan yang akan menyambut kepulangannya.Sudah pasti Andre, Bu Lisa dan juga Putri akan marah, karena kemarin seharian Aisyah tidak pulang ke rumah.1 jam perjalanan, mobil pun telah sampai di depan pekarangan rumah milik suami Aisyah. Okta melihat di mana rumah yang berdiri sederhana dengan cat berwarna hijau, namun sudah mulai pudar."Ini rumah suamimu?" tanya Okta dan langsung dib
Happy reading...."Tidak! Itu semua fitnah. Saya tidak pernah melakukan hal sekotor itu. Mas, kamu katakan dong sama mereka! Aku tidak pernah melakukan itu, Mas." Aisyah memohon kepada Andre agar menutup mulut Putri dan juga Bu Lisa yang sedang memfitnah dirinya dengan kejam.Beberapa ibu-ibu berbisik-bisik saat mendengarkan ucapan Bu Lisa dan juga Putri. Memang pada dasarnya mereka adalah kumpulan ibu-ibu gosip, jadi mudah terhasut dengan berita yang belum tentu benar adanya."Aduh ... aduh. Laganya jualan nasi uduk setiap pagi, ternyata untuk menjajakan tubuh ya? Jangan-jangan ... suami kita selama ini digoda lagi sama dia?" timpal salah satu ibu-ibu yang bertubuh gempal, yang ternyata adalah ibu RT di sana."Bener tuh Bu RT. Nanti suami Ibu digodain lho sama dia? Kelihatannya aja alim Bu, tapi ternyata dalamnya busuk. Jangan mau untuk beli nasi uduk lagi di dia! Yang ada, ntar nasi uduknya dikasih pelet loh? Terus suami Ibu direbut deh sama dia, di porotin duitnya?" tuding Putri.A
Happy reading .....Dengan bermodalkan uang Rp500.000, Aisyah nekat untuk pergi dari rumah suaminya. Dia tidak peduli jika harus kabur dan tidak bilang kepada Andre.Aisyah tahu jika itu berdosa, akan tetapi dia hanya manusia biasa, tidak bisa menahan sebuah rasa sakit terus menerus. Apalagi tubuh Aisyah saat ini semakin kurus, sebab terus saja disiksa dan diperas tenaganya oleh suami dan juga mertuanya.Saat Aisyah baru saja menuruni bus di terminal, dia menaiki ingin salah satu angkot, tapi wanita itu bingung harus ke mana. Yang Aisyah tuju saat ini adalah, mencari kontrakan yang murah dan pekerjaan.'Aku ingat dengan mama, papa. Tapi tidak mungkin aku pulang ke rumah? Mereka pasti tidak akan menerima aku.' batin Aisyah sambil menatap gedung-gedung yang tinggi pencakar langit.Namun saat Aisyah sedang menunggu angkot, tiba-tiba saja seorang jambret berlari dan mengambil tasnya, hingga membuat Aisyah kaget lalu dia pun menjerit meminta tolong. Akan tetapi tidak ada yang menolongnya.