Share

Membawa Pulang

Aisyah menghapus air matanya, kemudian dia keluar dari kamar. Namun, wajahnya masih terlihat sangat sembab. Wanita itu melihat jika ibu mertua sedang duduk di lantai sambil memegangi kakinya.

Seketika Aisyah menjadi panik saat kaki ibu mertuanya terluka dan mengeluarkan darah.

"Astagfirullah! Ibu ibu terluka," ucap Aisyah dengan panik.

Dia berjongkok di hadapan Ibu mertuanya, kemudian dengan cepat Ibu Lisa langsung menampar wajahnya lalu menjambak jilbabnya, hingga membuat Aisyah sedikit meringis.

"Dasar menantu tidak tahu diri! Apa kau tidak bisa membersihkan rumah ini, hah! Kau lihat! Gara-gara kamu kakiku menjadi luka!" teriak Ibu Lisa sambil mendorong tubuh Aisyah hingga terpentok ke dinding.

"Aawwh!" ringis Aisyah saat merasakan bahunya yang terbentur dinding, dan terasa begitu sakit.

"Maaf Bu, tadi Aisyah belum sempat membereskannya," jawab Aisyah.

"Gak usah banyak bicara kamu! Bantu saya untuk duduk, dan cepat bereskan itu semua!" bentak Ibu Lisa.

Kemudian Aisyah membantu ibu mertuanya duduk di kursi, lalu dia mengambil air dan obat P3K dan mengobati luka tersebut. Setelahnya dia membereskan pecahan gelas yang tadi dilempar oleh suaminya.

Aisyah memang belum sempat untuk membereskannya, karena dia langsung mengejar Andre ke kamar untuk menanyakan perihal hubungannya dengan Putri.

Andre baru saja keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi dan wangi. Pria itu terlihat begitu tampan, kemudian dia melihat ke arah ibunya yang sedang meringis sambil memegangi telapak kakinya.

"Loh, Ibu kenapa? Kok kakinya terluka?" tanya Andre dengan sedikit.

"Gimana Ibu nggak terluka, tuh lihat istrimu! Tidak becus sekali mengurus rumah, sampai pecahan beling tidak dia bereskan. Nih kaki ibu kan luka jadinya. Aduh!" ringis Bu Lisa sambil menatap tajam ke arah Aisyah yang sedang membereskan beling tersebut.

Andre terlihat begitu geram, kemudian dia berjalan ke arah Aisyah lalu mencengkram tangannya. "Kau sudah membuat Ibuku terluka. Apa kau tidak becus mengurus rumah, hah!" Andre mendorong tubuh Aisyah hingga wanita itu terjatuh ke lantai, dan kepalanya terpentok di ujung meja hingga terluka.

"Itu kan tadi yang mecahin kamu Mas, tapi aku belum sempat membereskannya," jawab Aisyah.

"Halah! Nggak usah ngelempar kesalahan sama orang lain kamu. Dengar ya! Mau tidak mau, dan suka tidak suka, aku akan tetap menikahi Putri. Dan aku akan membawanya untuk tinggal di sini, paham! Oh, dan satu lagi, kamu itu istri yang tidak tahu diri! Pembawa sial. Aku pikir menikah denganmu bisa membuatku kaya, tapi ternyata tidak." Andre menghempaskan wajah Aisyah membuat wanita itu seketika mendelik tajam ke arahnya.

"Maaf Mas, maksud kamu apa? Apa kamu menikah denganku hanya karena harta?"

Mendengar hal tersebut Andre terkekeh, "Memangnya kau pikir aku menikah denganmu karena apa? Cinta? Hello ... lihat saja penampilanmu, begitu kuno, dan kau sekarang sangat jelek. Siapa yang mau menikah denganmu? Untung saja kau belum hamil, jadi aku tidak mempunyai keturunan dan keterikatan denganmu, paham!" Andre menendang kaki Aisyah dengan  kuat, kemudian dia keluar dari rumah.

Sementara Bu Lisa hanya menatap sinis ke arah menantunya. "Kau dengar apa yang Andre katakan! Kau itu sudah dicoret dari keluargamu. Kalau tidak tinggal di sini, kamu mau tinggal di mana? Jadi sebaiknya kau menurut saja pada kami, paham!"

Aisyah tidak menjawab, dia menuju dapur dengan kaki sedikit pincang, karena tadi tulang betisnya ditendang oleh Andre.

Wanita itu terduduk di meja makan sambil menghapus air matanya. Dia tidak menyangka jika selama ini Andre tidak pernah mencintainya, dan menikah dengannya hanya karena harta.

'Mah, Pah, maafkan Aisyah yang tidak pernah mendengarkan ucapan kalian. Ternyata benar yang Mamah dan Papa bilang, kalau Mas Andre bukanlah pria yang baik. Dia menikahiku hanya karena harta. Maafkan Aisyah Mah, Pah,' batin wanita itu merasa bersalah karena tidak mendengarkan ucapan orang tuanya.

Dia berpikir dulu orang tuanya melarang Aisyah menikah dengan Andre, hanya karena Andre dari kalangan bawah. Tapi ternyata feeling orang tua itu tidak pernah salah.

Sekarang Aisyah benar-benar sangat menyesal, karena dia lebih memilih Andre ketimbang mendengar nasehat dari kedua orang tuanya. Dan ini adalah karma untuknya sebagai anak yang durhaka, jadi Aisyah harus menjalani semuanya dan melewatinya dengan kuat.

Wanita itu menghapus air matanya, sudah cukup dia menangisi semua rasa sakit yang dialaminya. Dia tidak mau lagi memberikan air matanya, hanya untuk menangisi pria seperti Andre.

.

.

Hari ini adalah hari di mana Andre dan juga Putri akan menikah. Acara itu dilangsungkan begitu meriah di kampung tersebutx karena Putri juga sangat ngotot untuk menikah dengan Andre, walaupun orang tuanya tahu jika Andre sudah mempunyai istri.

Namun, di desa itu sudah terbiasa mempunyai dua atau tiga istri, selagi pria tersebut mampu untuk menafkahinya.

"Saya terima nikah dan kawinnya Putri Astrianingsih, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," jawab Andre mengucap ijab qobul.

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah."

Aisyah memejamkan matanya saat dia melihat pernikahan suaminya. Wanita itu berjalan keluar dari rumah megah yang berada di desa tersebut, menuntun sepedanya untuk menjajakan dagangannya kembali.

Air mata seakan kering dan sudah tidak bisa menetes lagi. Hatinya sudah sangat sakit atas perlakuan Andre dan juga mertuanya.

Masih terngiang dibenak Aisyah bagaimana senyum yang terpantri di wajah Andre dan juga Ibu Lisa, saat pernikahan tadi dilangsungkan. Mereka terlihat begitu sangat bahagia.

'Jika memang dia yang kamu cintai dan dia yang kamu inginkan, aku ikhlas Mas.' batin Aisyah.

Setelah dagangannya laris, Aisyah pun pulang ke rumah. Dia tidak memasak makan siang, sebab wanita itu tahu jika Andre berada di sana dan dia hanya menggoreng telur saja untuk dirinya sendiri.

Aisyah berniat untuk bertahan bersama dengan Andre, walaupun dia tahu itu sakit, tapi wanita itu akan mencobanya terlebih dahulu. Jika memang dia tidak mampu, maka Aisyah akan meminta Andre untuk menceraikannya.

.

.

Malam hari Aisyah baru saja selesai salat isya, dan tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka. Wanita itu menengok dan ternyata di ambang pintu sudah ada putri dan juga Andre.

"Mau apa kalian ke sini?" tanya Aisyah.

"Memangnya kenapa? Ini kamarku, dan kamu hanya menumpang di sini. Kamu kemasi barangmu dan pindah ke kamar sebelah! Karena aku dan Putri akan tidur di sini," usir Andre.

"Mas, ya nggak bisa gitu dong. Aku kan istri pertama kamu, sedangkan dia Istri kedua kamu, jadi---"

"Jangan pernah membantah ucapanku, Aisyah! Kemasi barangmu dan pindah ke kamar sebelah!" titah Andre dengan nada membentak sambil mendorong tubuh Aisyah.

Wanita itu mengepalkan tangannya di balik gamis, kemudian dia bangkit dari duduknya dan mengemasi pakaiannya, lalu pindah ke kamar sebelah.

"Kamu dengar ya! Orang yang sudah merebut kebahagiaan orang lain itu, tidak akan pernah makmur hidupnya. Dan tidak ada wanita baik-baik yang rela menikah dengan suami orang, apalagi merebutnya, paham!" ucap Aisyah dengan nada dingin sambil melewati Putri begitu saja.

Dia tidak peduli dengan tatapan tajam dari madu dan juga suaminya. Aisyah langsung masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya, dia terduduk di ranjang sambil melihat foto kedua orang tuanya yang ia simpan di dalam tas.

BERSAMBUNG...

BERSAMBUNG.....

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dayana Azezah
Singgu terharuhhhhhhhh
goodnovel comment avatar
Bilal Al Imni
Bener2 menjijikan 2 manusia itu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status