Share

Melawan

Penulis: Tinta Hitam
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-12 15:30:50

Wanita itu pun bangkit, "Maaf Bu! Aisyah lagi lelah, jadi Aisyah tidak ingin berdebat. Wajar jika Putri bisa membelikan Ibu brownies yang mahal dan enak, karena kami tentu saja sangat berbeda. Dia adalah anak orang kaya, sedangkan saya hanya penjual nasi uduk keliling," jawab Aisyah dengan telak.

"Berani kamu ya menjawab pertanyaan saya!" marah Bu Lisa

Sementara Putri hanya bersandar di pintu melipat kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum sinis, saat melihat Bu Lisa begitu sangat membenci Aisyah.

"Maaf Bu, saya tidak menjawab. Hanya saja, memang tadi ibu kan yang menginginkan saya menjawab pertanyaannya?"

"Kau!" Lagi-lagi Bu Lisa mengangkat tangannya hendak menampar wajah Aisyah, namun kali ini wanita itu menahannya.

"Jika Ibu membenci saya, usir saja saya dari rumah ini. Kenapa Ibu masih mempertahankan saya? Dan minta saja anak ibu Mas Andre, untuk menceraikan saya! Boleh Ibu mencaci maki saya, tapi ingat Bu! Kesabaran orang itu ada batasnya. Saya bukan Nabi yang mempunyai kesabaran seluas langit dan bumi," ujar Aisyah sambil menghempaskan tangan Ibu mertuanya.

Bu Lisa sempat terpaku saat melihat keberanian Aisyah yang tak pernah ia tunjukkan sebelumnya. Padahal selama ini Aisyah selalu menuruti apa kata dirinya.

"Wah Bu! Dia berani sekali melawan ibu? Sampai menantang agar Mas Andre menceraikannya. Apa dia tidak sadar, jika diceraikan oleh Mas Andre mau tinggal di mana? Bukankah dia sudah diusir ya sama keluarganya?" Putri memanas-manasi keadaan.

Sebab dia ingin Aisyah semakin dibenci oleh Bu Lisa, dan wanita itu juga ingin Aisyah semakin disiksa.

"Kamu ingin pergi dari rumah ini? Jangan pernah bermimpi! Sebaiknya kamu sekarang ke belakang, cucian banyak!" Bu Lisa mendorong tubuh Aisyah.

Lagi-lagi wanita itu hanya diam saja, dia bisa saja melawan, tapi Aisyah sudah terlalu letih berjualan hingga tenaganya sampai rumah harus diperas lagi dengan pekerjaan yang begitu menumpuk.

Dia melihat cucian piring dan cucian pakaian kotor begitu banyak, sejenak wanita itu menghela nafas dengan berat.

"Sepertinya aku memang harus beli mesin cuci, tapi apa iya uangku cukup?" gumam Aisyah yang sudah kelelahan.

"Aisyah!" teriak Bu Lisa saat wanita itu sedang mencuci piring kotor.

Setelah menyelesaikan cuciannya, Aisyah pun berjalan ke ruang tengah. "Iya Bu," jawab Aisyah.

"Lslet banget sih jalannya kayak siput. Sini kamu!" bentak Bu Lisa sambil melambaikan tagannya.

Aisyah duduk di sofa, "Ngapain kamu duduk di situ? Duduk tuh di lantai, jangan di sofa! Nanti kotor sofa saya."

Aisyah pun menurut, "Kenapa Bu?" tanya Aisyah dengan wajah yang datar.

"Pijitin kakiku dong! Pegel banget." pinta Putri sambil menaruh kakinya di atas meja.

Aisyah mengangkat satu alisnya menatap dengan heran ke arah Putri, "apa! Kamu memintaku untuk memijit di kakimu?"

"Kenapa? Kamu tidak mau? Ya sudah, kalau tidak mau aku akan telepon Mas Andre dan aku akan mengadu kalau kamu sudah menyakitiku dan tidak mau menuruti semua apa yang ku mau. Jadi kamu tahu sendiri lah akibatnya." Putri menatap sinis ke arah Aisyah.

"Silakan kamu telepon Mas Andre, saya tidak takut. Lagi pula, di sini kamulah madunya dan saya istri pertama. Seharusnya saya yang meminta kamu untuk memijiti kaki saya! Bukan sebaliknya. Lagi pula, pekerjaan saya di belakang masih banyak." Aisyah bangkit dari duduknya dan berkata dengan nada yang dingin.

Kemudian dia berjalan ke arah dapur kembali, namun lagi-lagi Bu Lisa membentak dirinya, "berani kamu menolak permintaan Putri, hah!"

Aisyah menatap ke arah mertuanya yang saat ini tengah melihatnya dengan tatapan yang tajam dan penuh amarah.

Selama ini dia selalu diam dan mengalah, selalu menuruti apa yang mertuanya mau. Tidak pernah membantah sedikitpun, karena bagi Aisyah Ibu Lisa sudah ia anggap sebagai ibu kandungnya sendiri. Namun, jika ia terus-terusan diinjak harga dirinya, apakah Aisyah akan diam saja? Tentu tidak.

"Maaf Bu, pekerjaan saya di belakang masih banyak. Lagi pula, Putri tidak ngapa-ngapain kan? Jadi apa yang perlu dia keluhkan? Jika ingin mengadu kepada Mas Andre, silahkan! Aku sudah sangat kebal dengan siksaan dari kalian semua."

Setelah mengatakan itu Aisyah melanjutkan kembali jalannya, dia tidak menghiraukan teriakan dari Bu Lisa yang terus memanggil dirinya dengan emosi.

"Lihat Bu! Sekarang menantu ibu itu sudah berani melawan. Apa ibu akan membiarkan itu semua? Dia merasa ratu di rumah ini, dan sepertinya dia akan menindas ku, Bu." Putri memancing emosinya Bu Lisa.

"Kamu benar, Nak. Sepertinya wanita itu perlu dikasih pelajaran!" Bu Lisa berkata dengan ada yang marah, kemudian dia berjalan ke arah dapur di mana saat ini Aisyah tengah menata lauk sisa jualannya di atas meja.

Wanita tua itu melihat ada sambal kacang yang tidak habis di mangkok, kemudian dia mengambilnya dan langsung menumpahkannya ke wajah Aisyah, membuat wanita itu seketika menjerit karena kepanasan dan kepedesan.

Dengan cepat Aisyah berlari ke arah wastafel dan mencuci wajahnya.

"Aaaakhh! Pedaas!" jerit Aisyah sambil membasuh wajahnya.

Sementara Bu Lisa hanya tersenyum menyeringai. "Rasakan itu! Kamu sudah berani melawanku, jadi kamu rasakan akibatnya. Itu belum seberapa. Jika kamu masih berani untuk tidak menuruti semua ucapanku, aku bisa melakukan lebih dari itu, paham!" bentak bu Lisa, kemudian dia pergi dari dapur dan tidak menghiraukan rasa sakit yang diderita oleh Aisyah.

BERSAMBUNG......

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Lisbet Sinaga
buat cerita yg masuk akal sikitlah
goodnovel comment avatar
Ervina Chesika
dasar mertua g punya hati
goodnovel comment avatar
Bilal Al Imni
gitu syah melawan. good job
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Yang Tersisihkan   END

    Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang

  • Istri Yang Tersisihkan   Menawan

    Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan

  • Istri Yang Tersisihkan   Ngambek

    Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata

  • Istri Yang Tersisihkan   Menjagamu

    Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau

  • Istri Yang Tersisihkan   Ngidam

    "Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita

  • Istri Yang Tersisihkan   Maaf

    Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status