Aturan permainan malam ini di Burberry Internasional sangat spesifik. Dengan mengadu sejumlah penjudi terbaik dan terkaya satu sama lain, dan jika melewatkan awal permainan saja, sudah tidak bisa mengikuti permainan selanjutnya.Daren Grissham melirik arloji dengan kegelisahan yang semakin bertambah.Pada saat mempertimbangkan hendak menyewa helikopter, tiba-tiba iringan-iringan taksi muncul di depannya diantara antrean penumpang yang lelah menunggu, mereka bersorak menyambut.Sekitar hampir empat puluh menit berikutnya, Daren telah bercukur, mengenakan jas dan kemeja hitam tanpa dasi, karena ia memang tidak menyukainya---dan tiba di ambang pintu ruang Mahogany di Hotel Burberry yang megah dan bergengsi.Ruangan yang mewah. Ya, Daren Grissham sudah tahu itu. Lampu-lampu gantung kristal menyinari panel kayu mahoni yang berkilat dan bar melengkung dangan kursi beledu mewah berjajar di sudut dinding. Ruangan terisi setengah penuh. Secara samar tercium aroma cerutu Kuba dan aroma manis da
Sylvia berjalan menghampiri dengan perut menegang, ketika tatapan pria itu menyapu sekujur tubuhnya, kepercayaan dirinya menguap.Tepat di hadapan pria itu, dengan mata saling menatap, Sylvia membuka percakapan. “Maaf,” ia mulai terengah-engah, “tapi ruangan ini hanya untuk tamu undangan.”Tatapan datar pria itu menjelajahi wajahnya, lelaki itu tersenyum kecil. “Ah, wanita yang sepatunya rusak.”Jantung Sylvia berdebar keras sewaktu mendengar suara renyahnya. “Well, sebenarnya Anda tidak merusaknya.” Syvia tertawa canggung dan mulai gugup. “Itu kecelakaan. Dan Anda benar, saya seharusnya lebih memperhatikan kemana kaki saya berjalan.”“Anda sangat murah hati mengingat sayalah yang menabrak Anda,” jawab pria itu ramah. Terlalu ramah.Dia tahu tentang mobilnya, pikir Sylvia putus asa. Matanya menatap pria itu mencari tahu sebuah jawaban. Ia menyadari itu, sekujur tubuhnya merasa bersalah.Sylvia berharap wajahnya tidak berubah merah meskipun ia merasa seolah sedang ditempel pada bantal
Sebuah palu besar seakan memukul kepalanya, Sylvia mulai resah. Ia akan kembali dikukuhkan sebagai adik kecil keluarga Sanders yang berotak kosong. Si Gadis Nakal. Dan tidak ada orang lain yang bisa disalahkan kecuali dirinya sendiri.“Insiden?” tanya Sylvia lemas. Bertanya-tanya apakah pria itu mau mendengarkan jika ia memohon belas kasihan? Tapi kemudian dia teringat sikap dingin dan penghinaan pria itu di bandara. “Tidak ada yang perlu Anda kwatirkan,” ujar Grissham. Akhirnya melepaskan jasnya dan mengambil tempat duduk.Tentu saja ia tidak berniat menghubungi polisi. Tetapi merasakan tatapan Sylvia yang terlihat khawatir sepanjang malam merupakan hukuman yang cukup. Lelaki itu duduk bersandar di kursi berlapis beledu pada meja judi utama, dan meletakkan lengannya pada sandaran khusus. Ketegangan itu pasti membunuhnya, pikir Grissham. Ia merasa puas. Ia hampir menyiulkan lagu gembira waktu mendapati Sylvia terlihat limbung mau pingsan saat ia menyinggung tentang polisi.Di me
Daren Grissham menautkan alis nya ketika tatapanya terpaku pada pintu pribadi di mana Eddie dan Sylvia menghilang. Kembali ia mengatakan pada diri sendiri bahwa sosialita Sylvia itu bukan urusannya. Bukan tugasnya juga melindunginya, dan jika ia memang terlalu bodoh untuk melihat siapa sejatinya Eddy yang sebenarnya. Daren Grissham telah membulatkan tekad bertahun tahun yang lalu untuk tidak mau terlibat secara emosional dalam masalah apa pun, dan sungguh Sylvia tidak terlihat seperti tipe wanita yang membutuhkan perlindungan dari siapapun mungkin, terkecuali dirinya sendiri.Jadi, apakah Daren Grissham peduli tentang berhasil atau tidaknya lelaki tua itu menyelipkan tangan kebalik gaun Sylvia? Apa pedulinya jika Eddy mencium Sylvia? Memangnya dia peduli jika pria botak itu menjelajahi leher mulus wanita itu dengan cIumannya?Brengsek.“Pintu itu ke mana?” Grissham merasa geram. Seorang pelayan wanita yang baru ia tanya terkejut dan menatapnya.“Bar The Skylar Stakes dan balkon yang
Satu sosok berdiri mematung berjarak beberapa meter dari mereka bergumam ogah-ogahan.Daren Grissham.Mendengar kalimat itu Eddy melepaskan cengkraman dan mendorong Sylvia ke samping. Wanita itu mendesah lega.“Wah, lihat siapa yang datang,” Eddy mengejek, “Kekasihmu tersayang.”Sylvia mengeluarkan suara pelan seakan tenggorokannya tercekik dan ia berharap kedua lelaki itu tidak mendengarnya. Hal terakhir yang ia butuhkan saat ini adalah Grissham mengetahui, ia membiarkan Eddy percaya tentang hubungan mereka.Sebenarnya Sylvia merasa kaget, jantungnya seakan melompat kegirangan, orang yang ada dalam pikirannya, yang diharapkan muncul saat itu juga dengan tiba-tiba betul-betul menampakkan diri. Entah dikarenakan insting atau apapun itu, hatinya dipenuhi bunga bermekaran.Iya tak habis pikir kenapa orang ini memicu ke luar hal terburuk dalam diri Silvia? Apakah malam ini sedang bulan purnama? Apakah ia akan berubah menjadi labu pada tengah malam?“Kaulah yang berbuat sesuatu, Pak tua.”
"Apakah kau ingin berkencan dengannya?” tanya Grissham lagi.“Tentu saja tidak!” jawab Sylvia muak.Laki-laki di depannya bergerak gelisah dan tampak menjulang di atasnya.“Kalau begitu seharusnya kau tidak tersenyum kepada pria itu seperti yang kau lakukan sepanjang malam.”Sylvia menautkan alisnya. “Apa ada yang salah, toh aku hanya melakukan pekerjaanku.” “Kau telah memberi pria tua itu isyarat mengundang dengan senyummu yang menjanjikan.”Sylvia agak terkejut mendengar kalimat itu, jika ditanya ia akan mengatakan senyumnya sama sekali tidak berpengaruh kepada pria itu. Sylvia merasakan sentakan tak terduga, hasrat jauh di dalam tubuhnya. Ia tidak dapat menghentikan matanya untuk jatuh ke bibir Grissham sampai ke leher kekar pria itu. Sungguh tidak mungkin untuk tidak membayangkan bagaimana jika lelaki di depannya itu menyentuh bibirnya. Sylvia membayangkan Grissham adalah surgawi, seperti aroma tubuh lelaki di depannya itu.Grissham melangkah lebih dekat, menatapnya tajam kemudia
Serangkaian kejadian malam itu berputar di benak Daren Grissham seperti barisan bebek kayu di arena tembak pasar malam. Sosialita Sylvia Senders itu bertemu dengannya di bandara, tidak saja menginginkannya mengganti rugi sepatu yang katanya berharga ribuan pounds, ia juga telah membajak limousinnya, dan beberapa saat tadi, ia ingin agar Grissham mengalah kepada Eddy. Tatapannya yang mamandang penuh keganjilan kepadanya, apakah semua itu hanya untuk mengalihkan? Aku akan memberi wanita itu penghargaan, pikir Grissham geram. Karena jelas sekali Sylvia ahli dalam permainan ini. Perut Grissham seakan melilit dan kata bodoh memantul-mantul di pundaknya. Iya, ia berani bertaruh wanita itu sengaja mengalihkan perhatiannya demi permainan ini itu sudah pasti. Kemarahan bergejolak dalam dirinya, kemarahan--- karena ia telah dipermainkan.Benar-benar sebuah lelucon. Dan sayangnya, sekarang setelah ia berhasil mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi, merekalah yang akan menjadi bahan tertawaan bu
Daren Grissham tidak mau menatap ke arah Silvia. Wanita itu merasa mulutnya kering kerontang. Rahang Grissham mengeras sehingga bulu kuduk Sylvia berdiri. Itu bukan pria yang menatapnya tadi, yang seolah olah ia satu-satunya wanita di dunia ini. Sylvia bertanya tanya apa yang akan ia lakukan jika Grisham menang? Kemudian pikiran yang lebih buruk menghantamnya. Apa yang akan ia lakukan jika Eddy yang menang? Oh Tuhan...“Mr. Grissham memiliki stright flush, lima kartu urut dengan gambar yang sama,” sang Bandar mengumumkan dengan nada terkendali yang sempurna. “Mr. Eddenburg, mohon perlihatkan kartu Anda.”Sylvia melihat Eddy memucat, lelaki itu hampir terlihat bingung ketika bandar mengambil kartunya dan mengurutkannya. Sylvia merasakan dengungan ditelinga nya ketika ia menunggu. Ia bisa merasakan tatapan penasaran orang orang tertuju ke arahnya dan ia tau semburat samar memanaskan pipinya.Ketika sang bandar mengurutkan kartu Eddydalam barisan, suara penonton yang penasaran me
Gladys membayar taksi dan menyeret koper nya memasuki sebuah lobi marmer gedung apartemennya yang berlantai 2. Sebuah bangunan mewah yang disebut apartemennya merupakan Penthouse di loteng. Separuh lantai luasnya, dengan kata lain sangat luas, selain itu penuh dengan karya seni mahal. Terdapat dapur menakjubkan, yang begitu ia banggakan. Tidak ada tempat lain yang kuinginkan selain di sini. Sebenarnya Gladys Brown senang mengajak beberapa orang yang menarik baginya untuk menjelajahi tempat ini.Di pintu depan terdapat penjaga Gladys, sebuah patung setinggi dirinya, seorang pria telanjang. Terbuat dari tanah liat hasil karya seorang pemahat patung terkenal. Ia menuju seluruh isi rumahnya dan telah menjelajahi toko-toko barang antik dan desa-desa kecil di Italia, Belgia dan Switzerland. Barang-barang koleksinya berasal dari mana saja.Perak- beberapa harta karun Hermes; sekitar selusin mangkok perak yang disayanginya.Seni kaca- bingkai foto, kotak-kotak tembus pandang berwarna putih,
Dalam perjalanan menuju bandara Mc Carran, Gladys tak henti-hentinya menatap cincin yang berkilau itu. Armadillo benar-benar baik. Berlian itu setidaknya empat karat dan cemerlang diapit batu-batu permata persegi panjang, semuanya diikat dengan platina bermutu tinggi. Cincin yang sangat menakjubkan sekali berada di jarinya yang indah.“Apakah perlu dijemput sekembalinya nanti Miss Brown?” tanya si sopir sambil membimbingnya keluar dari terminal megah itu. Lalu lalang ramai seperti biasanya. “Tidak, semua sudah beres,” kata Gladys. “Terima kasih.” Diberinya tip yang melimpah kepada pria itu, menarik tangkai koper dan menyeretnya melewati antrean yang luar biasa panjang di kelas ekonomi dan langsung menuju meja kelas satu.Tepat seperti yang diinginkannya. Satu jam berikutnya pesawat mendarat di Salt Lake City Internasional Airport.Gladys mengambil mobil sewa nya, sebuah Chrysler Sebring convertible. Dengan atap terbuka dan mengenakan kaca mata hitamnya, ia melaju ke kawasan High La
Green Grass Boulevard3 Mei 2024Gladys Brown bisa merasakan saat Kenzo Armadillo sedang mengamati nya.Armadillo selalu memperhatikan setiap Gladys berkemas sebelum melakukan perjalanan. Lelaki itu dengan pasrah menyandarkan tubuh seratus delapan puluh tujuh sentinya ke sisi pintu kamar tidur dengan kedua tangan di dalam saku saku celana mahal nya. Wajahnya cemberut, ia tidak suka harus berjauhan dengan Gladys. Biasanya Armadillo tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya membisu sementara Gladys mengisi kopernya sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Tapi sore ini Armadillo tidak mampu menahan diri. “Jangan pergi.” Ia memohon dengan suara lirih.Gladys berpaling dengan menyunggingkan senyum. “Kau tahu aku harus pergi.”“Tapi belum apa-apa aku sudah merindukanmu. Jangan pergi. Aku tidak peduli dengan clientmu itu.”Gladys tahu lelaki ini begitu rapuh bila berada bersamanya. Berlawanan dengan penampilannya di depan publik---seorang manager perusahaan. Kaya raya dan pekerja keras yang memiliki sendiri
Kabar hilangnya sang adik membuat Daren Grissham merasa ia telah gagal memenuhi permintaan ibunya, Liliane MacKenzie untuk menjaga adiknya.Tidak ia pedulikan lagi apa pun selain bisa mencari keberadaan adiknya dimanapun. Sampai akhirnya Sylvia Sanders merasa bahwa Grissham betul-betul telah mengabaikan dirinya.Pertemuan mereka berikutnya terjadi pada saat Sylvia Sanders harus menghadapi tuduhan pembunuhan terhadap Sky Ferragamo.Sylvia sendiri sebenarnya tidak begitu peduli terhadap tuduhan serius padanya sabagai pelaku pembunuh seorang usahawan, Sky Ferragamo. Setelah berbagai kejadian pahit yang telah menimpanya akhir-akhir ini, tuduhan itu masih belum seberapa dibandingkan dengan kesedihan karena telah lama berpisah dengan sang buah hati. Suri Arnoldi, gadis kecilnya itu kini berusia hampir empat tahun, pasti sudah semakin cantik, semakin pintar.Terakhir kali ia meninggalkan putri kecilnya saat ponselnya berbunyi. Atas petunjuk dari saudari sepupunya, Gladys Brown, sampai pada
22 Juni 2016One Police Plaza Kepolisian Las VegasDivisi KriminalBeberapa minggu setelah pertemuan Sylvia dan Daren Grissham di kediaman McKenzie. Lelaki itu kini sedang berada di kantornya, di sebelah barat Las Vegas. Kesibukannya sebagai pemilik Grissham Media Group, sebuah jaringan besar sebuah stasiun TV di Negeri Kincir Angin yang adalah hasil kerja keras dari sang ayah tidak boleh menyita perhatian nya lebih dari tugas pokok seorang Abdi Negara.Dua profesi yang hampir berseberangan. Hal itu tidak lain karena kedua orang tuanya memiliki visi berbeda dalam hidup mereka.Charles Grissham, seorang wira usaha sejati menginginkan Grissham mengikuti jejak dirinya. Sedangkan sang ibu bersikeras Daren Grissham harus menjadi seorang anggota polisi. Demi memenuhi harapan kedua orang tuanya, Grissham melakukan keduanya. Ia mendaftar akademi kepolisian setelah menyelesaikan kuliahnya di Belanda. Usaha ayahnya di Belanda didelegasikan kepada sepupunya yang telah ia percaya. Frederick Carlo
Menghadapi seorang hakim pastilah akan terasa traumatis bagi Sylvia Sanders. Wanita itu perlu memahami hal demikian. Kata-kata Daren Grissham berikutnya adalah apakah yang akan diucapkan seorang hakim yang kejam.“Kau hanya berdua di tenda bersamanya, tidak ada orang lain di dekat kalian. Dia mati dan jika kami benar tentang racun macam apa itu, racun itu bereaksi dengan cepat. Fakta itu akan terkuak. Surat kabar antusias dengan cerita pembunuhan, apalagi yang melibatkan sosialita sepertimu. Tidak ada orang lain yang punya waktu untuk menaruh racun ke dalam cangkir teh nya. Hanya kau. Jadi katakan kepadaku apa yang terjadi? apa tepatnya yang kau lihat---siapa yang kaulihat? Aku akan menghindarkan mu sejauh mungkin dari penjara dan pengadilan dengan segenap tenagaku, Sylvia. Tapi aku harus bekerja keras untuk bisa melakukan itu.”Sylvia mendengarkan ucapan itu dengan penuh keterkejutan. “Apa yang kau katakan? Apakah kau tidak mempercayaiku? Kenapa kau? berani sekali kau!?”Daren Grissh
30 Juli 2021Kediaman Chaterin Waters, Vegas“Itu adalah awal mula dari kesengsaraan berlanjut yang aku rasakan sampai saat ini. Pernikahan yang berlangsung tiba-tiba tanpa adanya pengenalan intens masing-masing dari kami. Dalam tiga tahun pernikahan kami, Suri adalah buah cinta kami yang tidak mendapatkan kasih sayang lengkap dari orang tuanya. Pertengkaran demi pertengkaran yang sering terjadi di antara kami, bukan merupakan bekal psikologis yang baik untuk putri kami. Sampai pada akhirnya, aku mendapati Gladys, saudari sepupuku memikat hatinya Reynold Arnoldi. Aku berjalan tanpa arah sampai akhirnya kecelakaan nahas itu terjadi. Sky Ferragamo tewas di depan mataku.” Kalimat itu keluar dari bibir Sylvia Sanders. Menceritakan ihwal bagaimana akhirnya ia berada di sini, di kediaman megah Mrs. Chaterine Waters, bibi Sky Ferragamo lelaki yang menabrak sekaligus merawat sakitnya selama beberapa lama.Daren Grissham mendengar cerita wanita itu dengan penuh perhatian. Ia masih sama seper
12 belas jam sebelumnya...Reynold Arnoldi tahu apa rencana Sylvia Sanders. Ia benar-benar merasa tertarik ketika wanita itu mengutarakannya, menjelaskan pilihannya untuk melakukan Inseminasi Buatan dengan donor sperma. Bukannya mundur teratur, Arnoldi malah memutuskan bahwa mereka berdua harus melewati malam ini dengan bersenang-senang bersama. Melewatkan malam yang indah, lepas dari konsekuensi. Sesuatu yang hanya berkisar seputar obrolan ringan, perilaku yang lepas bebas, tidak berbahaya dan lebih banyak minuman.Sylvia Sanders nyaris tidak bisa bernapas karena terlalu banyak tertawa mengelilingi kasino. Ia sengaja tidak memasuk Burberry karena tidak ingin merusak suasana. Mereka tidak berhenti menonton atraksi demi atraksi, terjebak dalam kesenangan yang selama ini tidak pernah ia nikmati.Telapak tangan Arnoldi menyentuh punggung Sylvia dengan ringan saat membimbingnya menuju deretan mesin-mesin lotre. “Entahlah, Sylvia. Nampaknya untuk sebuah keputusan sebesar ini, kau harus mem
Senyum Sylvia Sanders mengembang lebar saat mata hijau besarnya menatap Arnoldi. “Mungkin ini kedengarannya seperti rayuan. Ehm... Bagaimana mengatakannya ya, tapi kau harus percaya kalau aku bilang ini bukan sebuah rayuan.”Ujung bibir Arnoldi tersenyum saat dia bersiap untuk mendengarkan lanjutan rayuan yang tak terhindarkan itu. Ini menarik. Mengikuti permainan itu Arnoldi mengangguk. “Oke, kau sudah memberi peringatan, lanjutkan.”Sylvia mengangguk sambil menghembuskan nafas panjang. “Kulihat kau mau meninggalkan tempat ini. Dan aku akan merasa sangat bersyukur kalau kau tidak berkeberatan berjalan keluar bersama aku. Supaya kelihatan kita pergi bersama.”“Benar? hanya supaya kelihatan kita pergi bersama?” Mata Arnoldi menatap manik lebar hijau di hadapannya, mencari kejujuran. Ia merasa gadis ini pernah ia lihat, tapi lupa dimana. Rupanya ia tidak suka menonton televisi, atau mencari berita gossip. Lagi-lagi gadis itu tersenyum lebar sekilas dan Arnoldi menangkap kesan gadis i