Pernikahan adalah perjuangan.
Berhasil mempertahankan waktu demi waktu umur pernikahan merupakan sebuah karunia sekaligus prestasi bagi kedua mempelai. *** Beberapa hari ini suasana rumah tangga Firda sudah kembali tenang dan terlihat bahagia. Firda pun berusaha legowo memaafkan suaminya. Rayan pun demikian, berusaha mengambil hati Firda kembali. Setelah pulang kerja, mandi dan makan malam, Rayan tak pernah lagi keluyuran atau pun begadang dengan teman-temannya. Berusaha bangun pagi sendiri dan tidak terlambat lagi ke tempat kerja. Meskipun Firda masih belum mau disentuhnya, Rayan tak berani memaksa. Rayan sangat mengerti jika istrinya masih butuh waktu. Bagi Rayan, dimaafkan kesalahannya kali ini saja sudah sangat bahagia. Firda pun merasa cukup senang karena Rayan kembali seperti dulu lagi, sebelum mengenal teman-temannya yang sekarang. Firda dan Rayan menempati rumah mereka di perumahan ini sudah hampir lima tahun. Dulu mereka menempati rumahnya saat perumahan masih baru saja selesai dibangun dan masih sepi. Tetangganya masih jarang sekali. Sebelum mengenal banyak teman, Rayan hampir tak pernah keluar rumah. Pergi ke mana pun selalu mengajak istri dan anaknya. Namun, seiringnya waktu berjalan dan tetanggapun sudah banyak yang berdatangan, Rayan pun jadi sering begadang. Hampir setiap hari ada saja alasan yang dibuat agar bisa keluar rumah. Firda tak pernah marah, hanya sering memperingatkan. Semakin lama Rayan tak lagi bisa dilarang. Firda tak berani lagi membantah dan hanya diam saja. Pikir Firda, biarlah karena suaminya hanya bermain di sekitar perumahan saja, tak pergi ke mana-mana. Ternyata Firda salah, di saat bermain dengan teman-temannya itulah waktu yang dipergunakan oleh Rayan untuk bermesraan dengan para wanita kenalannya yang ada di dunia maya. Dunia maya benar-benar bahaya jika kita tidak bijaksana dan hati-hati jika berselancar di dalamnya. Ditambah lagi sekarang ponsel semakin canggih dan manusia pun semakin menggilainya. Campur baur laki-laki dan perempuan dengan bebas bercerita dan bercanda di dalam dunia maya. Foto-foto mereka pun bertebaran di mana-mana dengan pose yang terkadang tak lagi menggunakan etika. Saling kagum dan saling suka akhirnya terjadi di antara mereka yang lupa dengan iman. Bahkan banyak di antara mereka yang sudah berkeluarga akhirnya saling mengumbar aib pasangan mereka masing-masing demi perhatian dari orang yang mereka suka. Curahan hati yang membuat simpati dan akhirnya berakhir dengan cinta yang haram, bahkan banyak yang berakhir dengan perceraian karena ketahuan melakukan hubungan terlarang. Bersyukur sekarang ini Rayan mau berubah. Karena Rayan tak memegang ponsel, Firda mengalah meminjamkan ponselnya untuk dipakai oleh Rayan. Firda berpikir Rayan pasti lebih membutuhkan untuk pekerjaan dari pada dirinya yang hanya di rumah saja. Apalagi selama ini Firda juga selalu mengalah tak pernah membeli pulsa untuk kuota. "Assalamu'alaikum Firda, bagaimana kabarmu? Kok sekarang nggak pernah online? Kamu baik-baik saja kan?" sapa seseorang yang sangat dikenal Firda melalui ponsel jadulnya. Rani, sahabatnya sewaktu bekerja. Mereka dulu tinggal di kamar kos yang sama. Pergi ke mana-mana selalu berdua. Dari pertama perkenalan mereka di tempat kerja, mereka sudah seperti saudara. Mereka mencari kos berdua, makan berdua, berangkat dan pulang kerja pun selalu bersama. Bahkan setelah Firda memutuskan berhenti bekerja dan menikah, tak lama kemudian Rani pun memutuskan hal yang sama. Namun, sekarang Rani ikut suaminya tinggal di kota sebelah. Karena kesibukannya mereka sudah lama sekali tak berjumpa. Hanya kirim kabar lewat telepon atau pesan saja. "Alhamdulillah, baik, Ran. Bagaimana kabarmu, suami dan anak-anakmu, sehat semua? Usaha juga pasti tambah lancar, kan?" Firda menanyakan kembali kabar sahabatnya dengan gembira. Firda sangat senang jika ada teman yang meneleponnya. Dirinya memang tak punya banyak teman, ditambah tak pernah pergi ke mana-mana, sangat bahagia jika ada yang meneleponnya apalagi jika ada yang bermain ke rumahnya. "Alhamdulillah, sehat semua, lancar semua. Langsung saja ya, Fir. Aku sudah nggak sabar rasanya ingin menyampaikan uneg-unegku. Aku yakin kamu pasti nggak tahu apa-apa soal ini," jawab Rani dengan nada mulai kesal tapi rasa kesalnya bukan pada Firda. "Soal apa?" tanya Firda tak mengerti sekaligus penasaran. "Ehmm ... tapi kamu jangan tersinggung, ya." "Kamu kok bikin aku deg-degan. Aku jadi takut, Ran. Sepertinya serius banget." "Memang aku mau bicara serius. Dua rius malahan. Aku sebagai teman hanya mengingatkan sebelum terlambat. Dengarkan aku dulu, jangan dipotong bicaraku. Coba kamu lihat F* suamimu itu. Hati-hati, terutama dengan perempuan yang bernama May ...."Firda melangkah keluar kamar dan berjalan ke luar dengan membawa dompet yang hanya berisi KTP dan juga ponselnya. Entah apa yang dipikirkan Firda saat ini, hatinya terasa sakit dan perih. Dia terus melangkah tanpa arah dan tujuan dengan berjalan kaki.Tak ada air yang menetes dari matanya, tak ada suara isak tangis dari bibirnya, tak ada kemarahan dalam hatinya, yang ada hanya keinginan untuk meninggalkan semuanya. Bahkan Firda tak ingin mengajak serta putrinya. Firda hanya ingin pergi sendiri karena tak ingin putrinya terlunta-lunta bersamanya yang bahkan tak tahu ke mana tujuannya dan hanya mengikuti kaki melangkah.Berjalan dan terus berjalan tanpa menoleh ke belakang tanpa ada tetangga yang mengetahuinya karena saat itu suasana sekitar perumahan benar-benar sepi.Sementara Rayan masih menunggu balasan pesan dari istrinya yang tak kunjung ada. Sudah lebih dari lima belas menit Rayan pun tak sabar lagi. Sambil menahan emosi karena pesan yang tak berbalas, Rayan menemui Firda di ka
Ketika ketulusanmu tidak dihargai,sebaiknya segera angkat kaki.Tebus kecewamu dengan keikhlasan.Dan pergilah tanpa menoleh ke belakang.***Entah pulang jam berapa Rayan tadi malam, Firda tak mau tahu lagi. Dibiarkan Rayan tidur sepanjang hari tanpa niat membangunkannya walaupun sampai malam nanti, begitu rencana Firda. Hatinya juga sudah mulai lelah. Lelah dengan masalah yang selalu sama.Setelah membersihkan rumah dan menjemur pakaian yang sudah dicucinya, Firda pun tidur kembali di kamar Syifa. Kepalanya pusing sekali akhir-akhir ini, perutnya mual dan Firda menyadari jika dirinya hamil lagi karena tamu bulanannya bulan ini tak kunjung tiba. Firda tak tahu harus bersyukur atau sedih dengan keadaannya, mengingat kondisi ekonominya saat ini yang masih tak membaik juga. Dia juga masih belum memberitahukan kepada Rayan tentang kehamilannya. Firda takut akan menambah beban pikiran Rayan dan semakin memancing emosi suaminya."Masih belum saatnya memberitahunya sekarang, mungkin aku a
Malam harinya mereka semua bermusyawarah membicarakan harga rumah serta biaya-biaya notaris dan tak lupa kesepakatan mengenai pajak-pajak yang harus ditanggung oleh keduanya. Rayan menyampaikan juga bahwa semuanya akan diurus oleh Ali. Beny pun setuju karena dia juga mengenal Ali dengan baik karena mereka semua memang tinggal di perumahan yang sama. Rayan pun meminta uang muka pada Beny untuk melunasi hutangnya di bank agar bisa segera mengambil sertifikat rumahnya. Kesepakatan pun akhirnya tercapai sudah.Firda dan Rayan kemudian mencari info rumah yang dijual untuk persiapan tempat tinggal mereka. Setelah hampir tiga bulan lamanya mencari ke sana ke mari akhirnya mereka pun mendapatkannya. Rumah kecil di sebuah perumahan yang letaknya di pinggir kota. Bersyukur mereka masih mendapatkan sisa uang untuk membeli rumah dengan cara tunai. Firda sudah lelah dan tak mau berhutang lagi. Rayan pun menyetujui. Syifa terpaksa pindah sekolah karena tak mungkin bersekolah di tempat sebelumnya
Berjuanglah meski terkadang raga lelah.Berdo'a dan pasrahlah pada Sang Pemilik Ijabah.Hingga tersingkirkan segala macam masalah.***"Ma, aku menyerah. Memang lebih baik kita jual saja rumah ini. Semoga masih ada sisa dan cukup untuk beli rumah lagi. Aku juga ingin tenang. Semoga aku juga bisa segera mendapatkan pekerjaan kembali. Malu aku sama teman-teman, aku sudah terlanjur cerita pada mereka akan bekerja di Australia. Pusing sekali aku, Ma," ucap Rayan pada Firda dengan wajah yang kusut karena banyak pikiran.Rayan akhirnya mau tak mau menyetujui keinginan Firda untuk menjual rumahnya agar bisa melunasi semua hutangnya yang ada di bank dan koperasi. Meskipun rasanya berat sekali, tapi mau bagaimana lagi karena ini adalah jalan satu-satunya."Alhamdulillah, akhirnya Papa mau menjual rumah ini. Ya, sudah, minta tolong saja sama teman Papa yang kerja di bagian pemasaran perumahan itu, biar sekalian dipasarkan rumah kita. Nanti aku juga akan bilang ke ibu-ibu barangkali ada yang min
"Bagaimana ini, kok kita belum dapat kabar lagi, ya? Mana paspor kita dibawa. Aku telepon juga nggak pernah diangkat, malah sekarang nggak aktif," kata Harun pada Rayan."Iya nih, aku jadi khawatir. Aku takut yang dipikirkan Firda benar, kita berdua tertipu. Tapi kenapa paspor kita juga dibawa, kalau niatnya menipu buat apa coba dia repot-repot mengurus paspor kita dan juga visanya," ucap Rayan yang sebenarnya hanya meyakinkan dirinya sendiri.Rayan benar-benar takut jika dirinya kena tipu lagi. Uang darimana untuk membayar semua hutangnya. Bayar pinjaman di bank, di koperasi, apalagi sekarang dirinya sudah tak bekerja lagi."Begini, besok kita datangi saja pondok pesantrennya. Semoga orangnya lagi di sana dan kita bisa bertemu untuk memastikan kapan keberangkatan kita," saran Harun yang mau tak mau dia sedikit tidak enak dengan Rayan karena gara-gara dirinya, Rayan jadi ikut-ikutan mendaftarkan diri jadi TKI di Australia. Apalagi Rayan sudah keluar kerja, Harun semakin merasa bersala
Karena takdir itu tak seindah rencana.Itulah mengapa di balik setiap do'a selalu ada kata "semoga".... ***Sekali lagi ... kenyataan yang dihadapi tak sesuai ekspetasi. Harapan berjualan skincare pun tak berjalan dengan lancar. Kembali Firda berpikir, kenapa tak seperti yang dia baca di novel yang selalu menceritakan kesuksesan seorang istri yang berjualan online. Sementara Firda, tiga bulan ini menjalaninya tak juga ada hasilnya. Jika laku pun hanya beberapa dan itu pun untungnya hanya bisa dibuat untuk membeli kuota mingguan saja.Apalagi kalau ada yang bertanya, yang jualan pakai nggak? Kalau pakai, kenapa wajahnya nggak berubah? Masih saja sama seperti sebelumnya. Terus terang saja Firda jawab apa adanya, dia memang belum memakai produk yang dijualnya karena uangnya belum ada. Tujuan menjual juga dia sampaikan kalau sudah punya uang baru akan membelinya. Miris sekali rasanya, dan Firda pun mulai putus asa.Ingin rasanya Firda membantu suaminya menambah penghasilan walaupun ha