Setelah meninggalnya Raka, berbagai macam kegiatan di Malaka telah macet dan harus ditunda. Sekarang masa berkabung telah usai dan para anggota keluarga kembali beraktivitas seperti biasanya. Termasuk Bayan yang harus kembali bertugas di kemiliteran dan kembali tinggal di istana bersama Ayudisha.Perut Ayudisha sekarang semakin membesar dan ia semakin susah untuk berjalan dengan baik. Bayan pun setiap paginya harus membawa Ayudisha untuk berkeliling istana dan berolahraga. Hal tersebut sangat baik untuk kelancaran Ayudisha ketika akan melahirkan nanti."Apakah kamu merasa lelah?""Aku tidak lelah, tapi aku malas berjalan-jalan seperti ini. Aku mengantuk dan ingin tidur lebih banyak."Ayudisha terus mengeluh pada Bayan tentang agenda Bayan untuk mengajaknya jalan-jalan di pagi buta. Selama kehamilan ia sangat sering tidur dan jarang bangun pagi. Akan tetapi Bibi mengatakan bahwa ia harus lebih sering berolahraga untuk melancarkan proses melahirkan."Berjalan di pagi hari bagus untuk ke
Ayudisha menatap wajah Bayan yang terlihat begitu gagah dengan baju kebesarannya. Kali ini ia akan dilantik menjadi Patih Muda dan Ayudisha merasa bangga karena hal itu. Hanya saja sangat disayangkan ia tidak bisa ikut menonton karena tidak tahan untuk berdiri terlalu lama."Sangat tampan.""Kamu selalu mengatakan hal itu ketika aku menggunakan pakaian seragam. Padahal aku jauh lebih tampan jika tidak menggunakan apa-apa."Mendengar hal itu Ayudisha langsung tertawa. Bayan tak pernah berubah kalau soal kepercayaan diri. Ia selalu merasa bahwa dirinya adalah yang paling tampan. Apalagi jika itu dihadapan istrinya. Ia tidak akan membendung kesombongan yang ia miliki dan mengatakannya secara terus terang.Ayudisha sebagai istri yang baik selalu mengiyakan semua hal yang diucapkan Bayan. "Ya, kamu yang paling tampan. Orang yang paling tampan dan gagah seantero Malaka."Bayan pun langsung tersenyum senang dan mencium hidung istrinya. Ia sekarang tidak berani memeluk Ayudisha karena ia tak
Pelantikan Bayan sebagai seorang Patih Muda akhirnya terlaksana. Orang-orang mulai berbaris dan mengikuti etiket kerajaan. Dimulai dengan pembacaan acara hingga akhirnya Raja pun memasuki area pelantikan.Semua orang langsung menunduk untuk memberi hormat pada Raja. Setelah itu Amor pun duduk di singgasana nya dan menatap orang-orang dibawahnya satu persatu."Angkat wajah kalian."Setelah itu semua orang pun mengangkat wajahnya. Beberapa orang yang memasuki istana saat ini mungkin baru pertama kali melihat Amor, jadi ada sebagian yang masih tercengang melihat ketampanannya. Ada beberapa rumor yang beredar bahwa Raja Amor adalah Raja muda yang terlihat tampan. Akan tetapi mereka hanya berfikir bahwa itu hanya sebuah pujian belaka. Setelah mereka melihatnya secara langsung, akhirnya mereka pun mengerti bahwa Amor memang sangat tampan."Kakak Amor adalah laki-laki tertampan yang pernah aku lihat." ucap Jiru memuji.Bayan langsung menatapnya dengan tatapan tidak suka. Ia ingat beberapa sa
Lempengan uang yang banyak membuat mata Jiru, Daka dan Sian langsung merubah kuning. Uang itu diberikan oleh Bayan untuk mereka pergi berlibur. Pada kenyataannya Bayan merupakan orang paling kaya di keluarga. Selain karena dia adalah anggota militer dengan segudang prestasi, Bayan juga merupakan anak semata wayang yang dimiliki oleh ibunya yang super kaya. Menurut penuturan dari orang tua mereka, ibu Bayan merupakan teman masa kecil ibu Ayudisha dan keduanya telah tinggal dan besar di istana. Jadi dapat dibayangkan betapa tingginya jabatan keluarga Bayan dari pihak ibu. Hanya saja sangat disayangkan, mereka telah lama putus hubungan setelah kematian ibu Bayan dan Bayan secara resmi mewarisi semua kekayaan ibunya."Kakak Bayan memberi kita uang sebanyak ini seperti memberi kita sebungkus kacang. Sebenarnya seberapa kaya Kakak Bayan itu?"Sian pun mengingat-ingat kembali saat ia bertanya pada kakak Raka sebelumnya. "Kata Kakak Raka, Kakak Bayan adalah orang terkaya di Malaka."Mendengar
Para prajurit yang telah selamat dari tragedi di perbatasan Malaka telah menghilang layaknya di telan bumi. Mereka memilih pergi dari Senggrala setelah mendapatkan ancaman yang tak terhitung jumlahnya. Mereka takut pada ancaman tersebut dan akhirnya memilih untuk meninggalkan kampung halamannya dan memulai hidup baru di tempat lain.Hanya Yuda yang masih tetap bertahan di Senggrala. Ia masih diam di rumahnya seorang diri sambil mengingat kepergian kakaknya yang begitu tragis. Yuda sudah tidak memiliki keluarga ataupun kerabat lagi. Keluarga telah lama meninggal dalam badai di laut saat hendak menyebrang ke luar pulau. Satu-satunya yang tersisa adalah sang kakak yang telah menjadi prajurit kepercayaan Patih Muda. Kakaknya adalah prajurit yang kuat, sehingga Yuda mengaguminya dan ingin mengikuti jejak kakaknya menjadi prajurit. Akan tetapi siapa yang menyangka bahwa peperangan pertama yang harus ia lewati adalah peperangan yang menewaskan kakaknya."Aku sangat merindukan kakak."Sekaran
Kerta membanting semua barang yang ada di ruangannya. Ia benar-benar marah pada kenyataan bahwa anaknya telah dibunuh oleh Rajanya sendiri. Ia ingin melampiaskannya tapi jiwa ksatria dalam dirinya tak mengizinkan hal itu terjadi.Jika Kerta melakukan makar seperti halnya yang dilakukan oleh Bayan. Maka ia perlu untuk mempersiapkan raja baru. Amor telah menjadi Raja Malaka karena umurnya sudah cukup untuk memerintah. Sedangkan Senggrala memiliki seorang pangeran mahkota yang umurnya masih terlalu kecil. Walaupun Saka adalah anak yang cerdas, tapi seorang anak tetaplah menjadi anak-anak. Mereka tak memiliki kebijaksanaan dalam bertindak dan mengambil keputusan dengan tepat.Penasihat militer pun hanya mampu diam dan melihat tuannya melampiaskan amarah. Ia tidak berani mengganggu karena Mahapatih adalah orang yang sangat kejam dan mengerikan ketika sedang marah. Setelah beberapa saat, akhirnya Mahapatih pun menjadi lebih tenang dan penasihat istana mulai memberanikan diri untuk bertanya.
Setelah pulang dari istana, Mahapatih Kerta langsung menuju ruang latihan cucunya. Disana ia melihat Jarka berlatih dengan sangat keras dan bercucuran keringat. Hal tersebut membuat kemarahan Kerta yang sebelum membumbung tinggi, langsung hilang seketika. Jarka adalah harapannya, Jarka juga adalah semangatnya. Jika ia tidak bisa menjaga Wira maka Jarka adalah yang akan ia jaga dengan seluruh jiwa dan raganya."Kakek!"Jarka berlari ke arah kakeknya. Ia telah berlatih sangat rajin akhir-akhir ini. Hal tersebut dikarenakan ia begitu bersemangat untuk membuktikan pada Sina bahwa ia adalah calon prajurit yang hebat.Jarka memeluk kakeknya dengan perasaan rindu yang mendalam. Selama beberapa hari ini, kakeknya tak berkunjung lagi ke tempat ia latihan. Hal tersebut membuatnya gelisah dan merindukannya sepanjang waktu."Jangan memeluk kakek terlalu erat.""Aku tidak mau! Kakek harus dihukum karena tidak menemui ku selama beberapa hari ini!"Melihat tingkah cucunya yang terlihat lucu dan keka
Bayan memandang laut yang biru dengan perasaan sedikit gelisah. Sepanjang perjalanan ia melihat bahwa tidak ada satupun tenda yang didirikan untuk berkemah seperti yang adik-adiknya katakan. "Di pantai mana mereka berkemah?" ucapnya heran.Dalam perjalanan pulang dari perbatasan, Bayan berfikir untuk mengunjungi adiknya yang sedang berkemah. Ia khawatir akan kesedihan mereka atas meninggalnya Raka. Selain itu juga ia sangat merindukan ketiga adiknya itu. Akan tetapi apa yang ia lihat sekarang, pantai sangat kosong dan sepi seperti tidak pernah ada kehidupan yang pernah singgah di dalamnya.Bayan pun menekan kepalanya yang mulai sakit dan pusing. Menurut pemahamannya sebagai seorang kakak selama belasan tahun, ia tau betul bahwa adik-adiknya telah menipunya saat ini. Ia pun menendang batu di depannya dengan keras. Hal tersebut membuat prajurit di belakangnya mundur beberapa langkah karena takut. Mereka kaget melihat Bayan yang tiba-tiba marah dan menendang sesuatu.Urat di dahi Bayan