Share

Tidur Bersamaku, Istriku

"Malam ini musim dingin pertama tahun ini, aku ingin membelikan hadiah untuk istriku. Bagaimana denganmu, Kapten Oliver?"

Seruan itu terucap dari bibir rekan Oliver, dia adalah Laverd. Yang kini berjalan berjajar di samping Oliver begitu mereka keluar dari dalam markas.

"Heem, salju bahkan sudah turun." Oliver menengadahkan satu tangannya.

"Dan kau ingin membelikan Nona Alesha hadiah apa?" tanya sang sahabat. "Kalian pengantin baru, kan? harus serba romantis."

Wajah Oliver menjadi datar, dia mengingat wanita yang kini menjadi istrinya itu sedang hamil anak laki-laki lain.

Namun mengetahui kalau Alesha hanyalah seorang korban, Oliver merasa sedikit kasihan pada Alesha.

"Hoi... Kenapa kau malah diam, Kapten," seru laki-laki di sampingnya itu.

Oliver menatapnya dan berjalan menuju mobil berwarna hitam miliknya.

"Entahlah, aku tidak memikirkan itu."

"Bagaimana bisa? Kau tidak mencintainya?!" seru Laverd dengan nada bersungut.

"Tentu saja aku mencintainya, dia milikku, dia wanitaku!" Oliver menjawabnya dengan penuh penekanan.

Laverd terkekeh mendengarnya, beberapa rekannya pun juga sudah tahu kalau Oliver dulunya memang menyukai putri dari Laksamana Fredrick, yaitu Alesha Alister.

Langkah Oliver tiba-tiba terhenti, dia memikirkan sebuah hadiah seperti yang Laverd katakan.

"Laverd, menurutmu hadiah apa yang disukai wanita seperti Istriku, Alesha?" tanya Olivier.

"Apa saja, tapi... karena ini khusus musim dingin, kenapa tidak kau belikan sesuatu yang menghangatkannya? Belikan saja dia mantel hangat yang cantik!" seru Laverd dengan menaik turunkan kedua alisnya.

Oliver merangkul pundak sahabatnya tersebut.

"Bantu aku mencarikan hadiah untuk istriku!"

"Siap Kapten!"

**

Alesha tersenyum manis menatap sebuah syal hasil rajutannya. Syal dari benang wol tebal berwarna merah maron, Alesha mengusapnya dengan lembut.

"Aku harap dia menyukai hadiah di musim dingin ini dariku," gumam Alesha tersenyum tipis.

Perlahan Alesha beranjak dari duduknya, gadis itu berjalan membuka pintu rumahnya dan dia memperhatikan salju yang turun dari langit malam ini.

Alesha mengulurkan satu tangannya dan merasakan salju yang turun di atas telapak tangannya yang dingin.

"Oliver belum pulang juga, aku akan memintanya memakai syal ini," ujar Alesha dengan penuh harap.

Kembali Alesha menatap syal merah maron yang ia bawa.

"Tapi, bisa jadi malam ini dia tidur di rumah Susan," ujar Alesha sedih.

Di tengah rasa sedihnya kini, tiba-tiba saja sebuah mobil berwarna merah masuk ke dalam pekarangan rumah Oliver.

Alesha meremas syal yang ia peluk saat tahu sosok Susan yang keluar dari dalam mobil tersebut.

"Susan," lirih Alesha.

Dia berjalan mendekati Alesha dengan pakaian hangatnya. Wanita berambut kemerahan itu tersenyum pada Alesha.

"Di mana Oliver?" tanya Susan menatapnya.

"Di-dia belum pulang. Kau mau apa ke sini?"

"Kenapa memangnya? Oliver itu kekasihku. Kau pikir karena kau istrinya, aku takut?" Susan tersenyum tipis di hadapan Alesha.

Alesha menundukkan kepalanya saja. Ia sendiri yang sudah mengatakan kalau Oliver boleh melanjutkan hubungannya dengan Susan, maka hal inilah yang harus Alesha terima.

"Beruntung aku tidak menghancurkanmu, Alesha." Susan menatap dingin pada Alesha. "Kau merebut orang yang aku cintai. Kau tidak tahu seberapa sakitnya hatiku melihat wajahmu itu, hah?!"

"Maafkan aku, Susan..."

Saat Susan ingin meluapkan amarahnya pada Alesha, tiba-tiba mobil Oliver muncul dan masuk ke dalam pekarangan rumah.

Oliver keluar dari dalam mobil dengan wajah terkejut melihat Alesha berdiri di depan rumah bersama dengan Susan.

"Susan, apa yang kau lakukan di sini?" Oliver menatap wanita itu sebelum dia menatap Alesha yang diam menundukkan kepalanya.

"Tentu saja aku menjemputmu, ini malam penyambutan musim dingin, Sayang. Ayo jalan-jalan!" ajak Susan memeluk lengan Oliver.

Tatapan Oliver tertuju pada Alesha, gadis itu memeluk syal merah maron yang dia rajut sejak kapan hari.

Baik Alesha maupun Susan, kedua gadis itu menatap paper bag putih yang Oliver bawa di tangan kanannya.

"Wahh... Ini hadiah musim dingin untukku ya?" tanya Susan merebut tas di tangan Oliver.

Wanita itu membuknya, dia menemukan sebuah surat di sana sebelum Oliver menyahutnya dan merobek surat itu.

"Bagus sekali, Sayang!" pekik Susan saat dia tahu Oliver membeli mantel berwarna merah muda dengan kain renda di ujung bawahnya. "Ini cantik sekali, aku sangat menyukainya."

Alesha meremas syal-nya. Mantel berenda, Alesha pernah mengatakan pada Bibi Ruitz kalau dia menginginkan mantel berenda, berwarna merah muda kapan hari saat ada Oliver juga.

"Ambil saja," ujar Oliver pada Susan.

"Terima kasih Sayangku, oh ya... Kalau begitu, aku tunggu di mobil ya!" Susan pun bergegas berlari ke arah mobilnya.

Oliver kini menatap Alesha yang diam mendudukkan kepalanya dengan wajah memerah.

"Alesha-"

Ucapannya terhenti saat Alesha tiba-tiba menyerahkan sebuah syal merah maron hasil rajutannya pada Oliver.

Gadis itu mendongak dengan kedua mata berkaca-kaca, air mata yang berdesakan di pelupuk mata indahnya.

"Ini hadiah dariku untukmu, semoga kau menyukainya. Aku ingin kau selalu hangat," ujar Alesha menyembunyikan kesedihannya.

Perasaan bersalah menyelimuti hati Oliver, dia maju satu langkah dan menatap syal yang Alesha berikan.

"Simpan syal-nya bersamamu, aku tidak pergi malam ini," ujar Oliver menyentuh punggung tangan Alesha.

Detak jantung Alesha berpacu, dia menatap wajah suaminya dengan serius.

"Ka-kau tidak akan pergi dengan Susan?" tanya Alesha lagi.

Oliver menggeleng. "Cepat masuk, aku akan menyusulmu."

Wajah Alesha memerah, gadis itu tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya antusias.

Seketika Oliver membalikkan badannya, laki-laki itu berjalan mendekati mobil Susan.

"Suratnya," lirih Alesha menatap sebuah surat hadiah yang Oliver robek.

Alesha mengambilnya, gadis itu membawanya masuk ke dalam rumah, di dalam selembar kertas itu, hanya tertulis sebuah nama saja.

'Alesha Vorgath.'

Perasaan tak menentu menyelimuti hati Alesha. Dia tahu, Oliver adalah laki-laki yang baik, hadiah yang Susan ambil, sesungguhnya milik Alesha.

Setelah Susan pergi, Oliver kembali masuk ke dalam rumah. Dia mencari Alesha di kamarnya, dan Alesha sedang duduk di tepi ranjang memeluk syal buatannya dengan perasaan berbunga-bunga. Sampai akhirnya ia terkejut saat Oliver mengulurkan satu tangan di hadapannya.

"Hem, apa?" tanya Alesha bingung.

"Apa syal itu tidak jadi kau berikan padaku?" tanya Oliver memasang wajah datar.

"Oh, iya... Ini untukmu!" seru Alesha tersenyum manis, dia berdiri dengan kedua pipi merona.

Di mata Oliver, Alesha sangat cantik saat tersenyum.

Laki-laki itu maju satu langkah mendekatinya, sampai Oliver memiringkan kepalanya di hadapan Alesha.

"Sekarang, aku sedang berbaik hati padamu, Istriku."

Kedua mata Alesha mengerjap cepat, tubuhnya bergetar dengan panggilan 'Istriku' yang Oliver ucapkan.

Oliver menyentuh pundak kiri Alesha.

"Katakan, hadiah apa yang kau inginkan dariku?"

Senyuman di bibir Alesha seolah menular pada Oliver hingga laki-laki itu sedikit tersenyum tipis.

Alesha mencekal telapak tangan Oliver yang masih terbungkus sarung tangan putihnya. Dia mendongak dengan tatapan lembut dan manis.

"Apa aku boleh meminta satu hal," pinta Alesha.

"Katakan..."

"Aku ingin tidur bersamamu di sini. Di ranjangku, hanya malam ini saja. Apa kau mau?"

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fitria Pangumpia
waw penasaran dgn ceritanya
goodnovel comment avatar
Vani Chena
sedih bnget jd alesa. tpi PK kapten dah agak suka rupanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status