Beranda / Rumah Tangga / Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Raya / ๐—•๐—”๐—• ๐Ÿฏ. Tanda itu

Share

๐—•๐—”๐—• ๐Ÿฏ. Tanda itu

Penulis: Bayang Cermin
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-08 12:47:12

"Aku harus mencari pekerjaan, apa pun itu. Aku harus membawa mama ke dokter" gumam Nadine berjalan di pinggir trotoar.

Pagi itu langit tampak mendung. Langkah Nadine menyusuri trotoar dengan udara yang masih sejuk.

Ia mengenakan kemeja putih dan rok hitam panjang. Di tangannya menggenggam map biru berisi lamaran kerja beserta ijazah yang ada. Ia berniat bekerja disebuah perusahaan yang tidak terlalu jauh dari rumah.

Bibirnya tersenyum. Ia membayangkan kalau saja mamanya sembuh. Namun, bayangan berbeda dengan kenyataan.

Ciiiiit!

Saat Ingin menyebrang, suara rem mobil berdecit memekakkan telinga. Membuat mobil bercat putih itu berhenti mendadak. Nadine terserempet dan tersungkur. Ia tersentak kaget dan tidak ingat apa-apa lagi. Beberapa pengendara berhenti.

"Ada apa ini?" tanya seseorang pengendara.

Seorang pemuda tinggi atletis, wajah tampan berkulit bening, keluar dari mobil BMW The XM bercat putih yang menyerempet, menghampiri Nadine yang terkulai di atas aspal. Ia memeriksa nadinya.

"Tidak apa-apa, biar saya bawa ke rumah sakit," katanya sambil mengangkat tubuh kurus Nadine, membawanya ke dalam mobil.

Di ruang IGD, Nadine membuka matanya. Entah sudah berapa lama ia terbaring dalam brangkar itu. Perlahan ia mengerjapkan matanya oleh silaunya lampu LED putih. pandangannya menyapu seisi ruangan.

"Iissst," bibir Nadine meringis, sambil mengingat-ingat sesuatu di kepalanya. "Akuโ€”aku dimana?"

Tatapannya menoleh ke alat infus yang tersambung ke nadi tangannya. "Rumah sakit? Apa yang terjadi? Aduh, badan aku kok sakit semua?" gumamnya.

Lambat laun, pandangannya mulai pulih. Wanita itu kini dapat mengingat kembali kejadian tabrakan yang sudah di alami. Tirai putih di sampingnya sedikit terbuka. Memperlihatkan kaki pasien lain.

"Selamat sore Nona! Apa Nona sudah sadar dan mengingat sesuatu?" sapa suster sambil melemparkan senyum manisnya.

"Suster, apa saya bisa pulang sekarang?"

Nadine mencoba bangkit. Ia tidak ingin berlama-lama di rumah sakit. Pastinya, biaya rumah sakit sangatlah mahal. Ia takut Erlan akan marah, karena keteledoran nya. Terlebih dengan mama mertuanya. Namun tangan suster menghalangi.

"Maaf Nona, sebaiknya Nona istirahat dulu. Karena Nona baru saja siuman. Biar nanti dokter yang menentukan Nona, harus pulang atau masih butuh perawatan."

"Tapi Sus ...?" suara Nadine, seolah berharap untuk kembali ke rumah. Tapi sayangnya suster tetap tidak mengijinkan.

"Maaf Nona, sebaiknya Nona istirahat dulu ya. Oh iya, ini kartu nama dari pemuda yang mengantar Nona kesini. Wah, tampan sekali pria itu, seperti orang Korea" decak suster membayangkan pria yang mengantar Nadine ke rumah sakit ini.

"Saya gak kenal dia Sus. Lantas? Dimana dia sekarang?" tanya Nadine tidak berharap lebih.

"Entahlah, dia cuma meninggalkan kartu nama ini untuk Nona. Karena Nona tadi sempat pingsan, hanya karena Nona kaget saja. Ngga ada luka yang serius kok. Kalau begitu saya permisi."

Suster berwajah manis dengan pakaian putih, meninggalkan brangkar Nadine. Kini ia melangkah ke sebelahnya. Dimana seorang dokter sedang menangani pasien lain, seorang wanita paruh baya yang masih tidak sadarkan diri.

"Bagaimana kondisi nyonya Pamela Dok? Saya belum bisa dapatkan darah yang cocok untuk nyonya Pamela," tanya suster dengan cemas.

"Kita harus secepatnya dapatkan pendonor itu Suster. Kalau tidak, Ibu Pamela akan mengalami kritis, dan drastis penurunan darah, yang akan mengakibatan kematian," jawab dokter berpostur tinggi terlihat sangat cemas.

"Baik Dok, akan saya usahakan mencari pendonor darah AB Resus Negative. Oh iya, apa Dokter Stev, suami Nyonya Pamela sudah datang Dok?"

"Mungkin sebentar ... " ucapan dokter Nathan terputus.

Nadine bangkit, duduk di tepi brangkar. Sontak saja suster menoleh ke arahnya, berniat menghampiri Nadine, menyuruh untuk kembali berbaring. Tapi Nadine menolak.

"Dokter, apa ibu ini memerlukan donor darah Ab Resus?"

"Betul Bu, Ini Ibu Pamela. Dia pemilik rumah sakit ini. Golongan darahnya sangat sulit kami temukan. Dan waktunya sangat terbatas." jawab dokter Nathan.

"Dokter, ambil aja darah saya. Saya golongan AB Resus Negative. Silahkan Dok!"

Sesaat dokter Nathan dan suster terperangah. "Benar Nona golongan darah AB Resus Negative?" tanya suster dengan mata membelalak.

"Benar Dok. Silahkan di cek dulu!?" jawab Nadine yakin.

"Baiklah, kami segera memeriksa darah anda. Suster! tolong secepatnya periksa darah Nona ini. Saya akan menghubungi suami Ibu Pamela!"

Suster dengan cepat mengambil sampel darah Nadine. Memasukkan jarum suntik di lengannya. Cairan gelap mulai mengalir ke dalam spuit, untuk mendapatkan kecocokan sampel darah itu ke tubuh wanita paru baya di sampingnya. "Ini gak sakit Nona, silahkan Nona berbaring lagi."

Nadine mengangguk kecil.Ia kembali menoleh ke kiri, dimana seorang wanita paru baya sedang berbaring memejamkan mata. Wanita itu terlihat begitu elegant dan cantik. Walau usia sekitar 50 tahunan, Namun kecantikannya tidak luntur, dengan aura yang terpancar.

Setelah selesai pengambilan darah, suster pamit meninggalkan tempat itu. "Saya permisi ke ruang Lab Dok."

Dokter Nathan hanya mengangguk. Dan ia pun melangkah meninggalkan ruangan itu. Dalam perjalanan di lorong rumah sakit, seseorang menyapanya.

"Selamat sore Dokter Nathan!"

"Wah, selamat sore Dokter Stev. Kebetulan anda disini. Dari tadi saya, telpon anda, tapi tidak diangkat." jawab Dokter Nathan menyalami tangannya.

"Ouw, maaf. Saya menyimpan ponsel di dalam tas. Tidak terdengar sama sekali. Jadi, bagaimana dengan kondisi istri saya Dok? Apa sudah mendapatkan pendonor untuknya?" tanya Dokter Stev terlihat agak cemas.

"Tenang Dok, sudah di dapatkan pendonor untuk istri anda. Saat ini sedang di cek oleh suster Irma. Kebetulan, beliau ada di ruang yang sama dengan istri anda."

"Baiklah, saya segera kesana," Dokter Stev dengan cepat melangkah ke ruang IGD.

Di ruang IGD hanya ada 3 pasien. Nadine, dan wanita bernama Pamela, istri Dokter Stev, satu lagi seorang pria.

Dokter Stev segera menghampir sang istri yang masih terbaring memejamkan mata. Lalu ia menghampiri Nadine.

"Anda pendonor darah untuk istri saya?" tanya Stev lirih.

"Iya Dok. Kebetulan darah saya AB Resus Negative. Semoga darah saya cocok untuk istri Dokter," jawab Nadine sambil tersenyum.

Dokter Stev memandang lekat wajah Nadine yang begitu kurus. Namun, wajah itu mengingatkannya pada seseorang di masa lalu. Sepertinya wajah Nadine sangat familiar di masa lampaunya.

"Terima kasih anda sudah peduli untuk membantu istri saya, perkenalkan saya dokter Stev Kenrick" Ucap dokter Stev sambil memberikan tangannya menyalami tangan Nadine.

Nadine membalas salaman tangan Dokter Stev. Namun, apa yang di lihat dari mata Dokter itu, membuat sang dokter terbelalak lebar. Sesaat ia terhenyak memandang tangan Nadine.

'Tanda? tanda itu? tanda di tangannya berbentuk daun?' batin dokter Stev tidak percaya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Rayaย ย ย BAB 214. Hari Pernikahan Nadine

    Tim Event Organizer (IO) yang dipimpin oleh Tiara, hari masih subuh, mereka sudah berkumpul di gedung bintang lima pada pusat kota. "Halo tim decor. tolong pastikan bunga-bunga di meja sesuai konsep garden luxury. Oh iya, Lighting ayo fokus di pelaminan dan juga aisle ya," tukas Tiara. "Semua harus perfect, jangan ada yang lamban!" Tidak menunggu waktu yang lama, gedung sudah berubah menjadi lautan bunga mawar merah dan bunga anggrek. Karpet merah terbentang panjang hingga ke pelaminan. Musik mulai melakukan sound check. Piano dan biola saling berpadu dengan lembut dan romantis. Di ruang rias, Nadine duduk dengan gaun putih dipenuhi 500.000 kristal Swarovski berbentuk kecil-kecil. Menjadikan tubuh itu indah berkilau bagai alami, dan wajah yang cantik luar biasa. Di sampingnya Zarah mengenakan gaun Tori Spelling tersenyum di depan cermin. Dia tidak mengira, kalau pernikahannya akan semewah ini. Dua pengantin itu merasakan ada kegugupan. Karena hari itu mereka menjadi putri dong

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Rayaย ย ย BAB 213 Persidangan Pamela

    Di ruang persidangan sudah ramai pengunjung. Termasuk beberapa wartawan. Ketegangan memenuhi ruangan itu. Pamela duduk di kursi terdakwa. Di sampingnya Robert Sanjaya, duduk dengan map tebal berisi bukti. Hakim mempersilahkan pihak pembela untuk menyampaikan bukti baru yang sah. Robert berdiri melangkah maju ke depan. โ€‚"Maaf yang Mulia. Hari ini saya sudah mengumpulkan bukti, kalau klien saya tidak bersalah. Bukti telah menunjukkan siapa yang membuat kecelakaan itu terjadi, sehingga menyebabkan jebolnya rem mobil Ibu Pamela. Saat itu, Ibu Pamela membuang stir untuk menyelamatkan diri. Tapi tanpa disengaja, di sana ada pengendara motor." Lalu dia memberikan beberapa lembar kertas berisi bukti. Dan menyerahkan layar proyektor yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Saat proyektor dinyalahkan, Lampu ruang sidang sedikit diredupkan. Rekaman CCTV jelas terlihat seorang pria bermasker mengendap-endap ke kolong mobil. Pelaku tersebut diperkirakan bernama Erlan Biantara 29 tahun. Robert mempe

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Rayaย ย ย BAB 212 Butik Gaun Pengantin

    Di butik gaun pengantin Aldiano berdiri sambil menelusuri setiap rak berisi gaun pengantin, yang sulit untuk menjadi pilihan. Semua gaun itu sangat indah."Aku bingung untuk memilih. Sebaiknya kamu aja yang pilih.""Aku maunya gaun yang sederhana, tapi terlihat elegan dan romantis."Nadine melihat satu persatu gaun yang ada di rak. Tapi Aldiano memanggil pelayan."Mbak, saya mau gaun yang sederhana, elegant dan rekomendasi di toko ini. Harga tidak menjadi masalah.""Baik Pak, tunggu sebentar," jawab pelayan masuk ke dalam.Beberapa menit kemudian, pelayan kembali membawa beberapa gaun berwarna putih berkilau."Ini ada 3 pilihan Pak. Model Victoria Swarovski, harga 14 miliar. Ada diskon 10 persen dari harga ini. Gaun ini dipenuhi permata Swarovski."โ€‚pelayan memberikan gaun itu untuk di coba Nadine. Maka Nadine masuk ke kamar ganti. Beberapa menit kemudia dia keluar dengan gaun penuh dengan kristal Swarovski. Membuat seluruh tubuh dan wajahnya terlihat bercahaya. Dia memperlihatkan ke

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Rayaย ย ย BAB 211. Kelwin melamar Zarah

    "Aldiano menyalami Kelwin. "Ayo masuk.""Wah, rumahmu seperti istana," ucap Kelwin menyapu ruangan itu."Ternyata ada Zarah juga di sini. Kapan kamu datang Zar?""Baru aja kok. Kamu sendirian Dokโ€”eh Kak?""Iya, aku sendirian. Kamu kenapa gak telpon aku mau kesini? Biar aku antar sekalian," tanya Kelwin duduk di samping Zarah."Aldiano berbisik ke telinga Kelwin. "Kelihatannya kamu sudah dekat dengannya.""Ya, begitulah. Hahaha. Bagaimana kamu sama Nadine? Apakah sudah di ambang pernikahan?""Aku sedang mencari tanggal. Besok kita mau lihat-lihat gaun pengantin," Jawab Aldiano."Beneran? Aku boleh ikut gak?" tanya Kelwin berbisik."Boleh dong. Kamu nginap aja disini. Biar besok kita jalan bareng," jawab Aldiano.Mereka saling bincang sampai hari berganti gelap. Dimana Zarah harus kembali, mengingat sang ayah sendirian di rumah. Akhirnya Kelwin mengantar Zarah pulang. Sebelum pulang, Kelwin mengajak Zarah makan di luar.Sesampai di restauran, Kelwin mengajaknya duduk di kursi sudut yang

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Rayaย ย ย BAB 210. Kembalinya Zarah

    "Zarah, aku bener-bener mengucapkan terima kasih sama kamu. Aku sangat berterima kasih sama kamu dan ayah kamu. Tapi maaf, aku tidak bisa menjadi kekasih kamu. Karena ada masalalu yang belum aku selesaikan. Aku sudah mempunyai calon istri. Aku minta maaf yah," ucap Aldiano memberi pengertian pada Zarah. "Nggak, aku gak mau Rehan. Aku sudah mencintai kamu. Aku udah berusaha melupakan kamu selama ini. Tapi sulit. Aku gak bisa," tangis Zarah semakin keras. Nadine turun dari mobil menghampir Aldino yang masih dalam pelukan Zarah. "Aldiano, lebih baik suruh masuk aja ke dalam. Malu dilihat orang. Silahkan kamu kasih pengertian sama dia." Aldiano melepaskan pelukan Zarah yang semakin erat. "Nggak, Aku nggak mau kehilangan kamu. Tolong nikahin aku Rehan," "Zarah, kita harus bicara di dalam. Jangan seperti ini. Ayo masuk ke dalam mobilku." Akhirnya Zarah masuk ke dalam mobil duduk di samping Nadine. "Ma, ini Tante siapa?" tanya Albert memandang Zarah. "Ini Tante Zarah sayang

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Rayaย ย ย BAB 209. Kepulihan Aldiano

    Stev tiba-tiba ada di belakang Nadine, entah sejak kapan dia ada disana. Wajahnya berbinar. Bibirnya tersenyum mendengar kedua anaknya saling jatuh cinta."Papa akan mengurus pernikahan kalian secepatnya. Papa bahagia sekali kalau kalian memang sudah saling cinta. Dan Papa juga baru tahu, kalau kalian sudah lama saling kenal."Suara Stev mengagetkan Nadine dan Aldiano. Nadine membalikkan badannya. Wajahnya memerah tanda tersipu."Papa? Papa sejak kapan di sini?""Hahaha, itu gak penting. Yang penting, Papa mau punya cucu dari kamu Nadine. Umur kamu sudah cukup loh. Berilah Papa Mama cucu."Nadine dan Aldiano saling pandang, dan tertawa kecil."Pa, sejak kapan Aldiano mulai bisa mengingat lagi?" tanya Nadine. "Kok aku gak tahu?""Mulai sejak dia melewati masa kritisnya, Aldiano sudah ingat semua. Oh, iya. Dokter Martin mengatakan, pergeseran tulang di kepala Aldiano sudah pulih seperti semula." kata Stev sambil membuka amplop coklat besar, berisi hasil CT scan milik Aldiano.Stev menun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status