Share

7

Author: GREYWIND
last update Last Updated: 2024-03-03 22:59:54

Hari ini gerimis membungkus kota. Bulir hujan pun turun bagai tetesan air mata di teduhnya senja.

Setelah melerai ketegangan dan kesalahpahaman di antara kami berdua, aku memutuskan untuk tidur sebentar sebelum menyiapkan makan malam.

‘’Sel,’’ panggil Mas Ega, padahal aku sudah tidak kuat membuka mata.

‘’Hm?’’

‘’Tiga puluh menit lagi kita pergi. Kamu siap-siap.’’

Kutemukan Mas Ega tengah berkutat dengan ponsel ketika mata ini ku paksa untuk terbuka.

‘’Kemana? Aku mager, Mas,’’ kataku, malas.

Besar harapan agar Mas Ega memaklumi ketidak inginan ku untuk beranjak dari empuknya pulau kapuk. Namun tampaknya, Mas Ega tidak mau menerima alasan apapun bila melihat dari lirikannya yang setajam belati itu.

Sebenarnya, aku lelah sekali setelah menghabiskan aktivitas suami istri kemarin malam. Remuk badan dan sakit pinggang, baru terasa sekarang.

‘’Pak Abi mengundang kita ke acara ulang tahunnya. Kamu harus dandan yang cantik pokoknya. Aku sudah menyiapkan gaun di lemari. Jadi, kamu tinggal pakai. Dia itu klien penting. Kita jangan sampai menyinggungnya, dengan tidak datang padahal sudah diundang.’’

Bila dicermati, hubungan Mas Ega dan Pak Abi ini terjalin sangat baik. Aku pun tidak mau mengecewakan suamiku.

Walau tubuh begitu berat untuk digerakkan, aku tetap turun dari ranjang. Demi baktiku sebagai istri.

Seketika mencari pakaian yang dimaksud. Namun lagi-lagi dibuat tak mengerti dengan selera busana Mas Ega.

Gaun ungu dengan belahan tinggi mencapai paha, berbelahan dada rendah, langsung menyita perhatian ketika aku membuka lemari untuk memastikan.

Apakah wanita-wanita di dunia model, selalu mengenakan pakaian minim seperti ini?

Aku bergumam dalam hati.

‘’Gimana? Bagus, nggak?’’

Sudah pernah protes terkait gaun untuk menghadapi klien, berujung disalahkan karena memakai pilihan sendiri, aku pun terpaksa mengangguk demi menghindari perdebatan.

Bapak melarangku berpakaian terbuka selama di desa. Tapi orang yang menjadi imamku, secara tidak langsung malah membuatku memperlihatkan aurat yang seharusnya hanya dia yang melihat.

‘’Kamu cepat ganti baju. Aku mau terima telepon dulu.’’ Mas Ega buru-buru keluar dengan telepon di telinga.

Kok seperti ada yang aneh dari gelagatnya. Aku membatin, sebab, Mas Ega sempat melirik ke arahku sebelum keluar dari kamar.

Tanpa Mas Ega tau, aku mengintip dari sela pintu dan menguping pembicaraan yang mana tanpa sepengetahuan Mas Ega, suara penelponnya bisa aku dengar walau samar.

‘’DP nya sudah masuk, Pak. Tapi nanti sebelum check in, tolong langsung dibayar full.’’

‘’Baik, akan segera saya transfer sekarang.’’

‘’Wah, apa tidak buru-buru?’’ ujar Mas Ega dibarengi tawa.

‘’Saya tidak pernah menunda untuk sesuatu yang memang saya inginkan, Ega. Persiapkan saja dia, seperti kemarin.’’

‘’Jangan khawatir, Pak Bos. Semua beres.’’

‘’Saya tidak mau berhubungan dengan patung seperti yang pertama. Saya mau seperti yang kemarin. Setengah sadar.’’

‘’Baik, baik. Akan saya usahakan.’’

‘’Jangan kecewakan saya, Ega. Kalau tidak, uang yang sudah saya berikan, kamu harus kembalikan.’’

Dug.

Jantungku bergemuruh ketika Mas Ega menoleh ke arah kamar. Buru-buru aku melompat, mengambil gaun dan menyibukkan diri berdandan.

‘’Kamu dari tadi di situ?’’

Munculnya Mas Ega dalam pantulan kaca tak kalah membuat diri ini panik bukan kepalang. Namun aku berusaha tenang mati-matian. Bernafas teratur walau sulit.

‘’Memangnya kamu mau aku di mana, Mas? Bukannya tadi kamu nyuruh aku siap-siap?’’

Sangking takutnya, aku berdoa dalam hati agar Mas Ega percaya.

‘’Oh.’’

Dan syukurnya doa itu terkabul saat itu juga. Aku menghela napas, begitu lega mendengar dua kata dari bibirnya.

‘’Tadi siapa yang menelepon?’’ Ku alihkan obrolan karena sangat penasaran.

Masih menjadi pertanyaan, tentang dia yang akan dipersiapkan.

Aku tidak tau dia itu siapa atau mungkin benda. Namun obrolan di telepon itu, sudah jelas telah terjadi deal transaksi.

Mas Ega tidak memberitahuku ada jadwal pemotretan yang harus aku lakukan. Itu berarti, Mas Ega punya bisnis lain selain menjadi fotographer. Jika memang ada, tega sekali aku sebagai istrinya tidak diberi tahu pekerjaannya apa.

‘’Klien.’’

‘’Klien? Klien dari produk apa?’’

‘’Kali ini bukan untuk pemotretan. Dan, kamu tidak perlu tahu, Sel. Soalnya, ini urusan laki-laki.’’

Sisi diriku yang merasa tak dihargai, sontak bangkit berdiri. Aku tidak pernah menutup apapun darinya dan teganya dia merahasiakan sesuatu dariku padahal aku ini bukan orang lain baginya.

‘’Aku istri kamu, loh, Mas,’’ ucapku, marah. ‘’Kamu ngapain di luar sana, sama siapa, ngapain saja, masa aku gak boleh tahu? Kita ini sudah menikah.’’

‘’Seandainya aku yang begitu, bagaimana?’’ imbuhku, lagi.

‘’Selin, kamu kok, marah?’’ Dia malah kaget melihat reaksiku.

‘’Bagaimana aku tidak marah. Kamu nggak menganggapku sebagai istrimu. Dengan enteng kamu bilang aku tidak perlu tau. Di mana-mana, suami istri itu harus saling terbuka. Aku jadi curiga, sebenarnya kamu tuh sayang nggak sih, mas, sama aku?’’

Dasarnya wanita ingin dimanja dan dimengerti, Mas Ega langsung menghampiri dan memelukku. Membuat amarah ini luruh dan hatiku langsung luluh.

Tak lupa, kecupan di bibir yang menjadi alasan senyumku kembali merekah.

‘’Tentu saja, Sayang. Kalau tidak, untuk apa aku mempertahankanmu.’’

Aku jadi dibuat bingung dengan kata-katanya. Bukankah seharusnya, untuk apa aku menikahimu? Kenapa malah jadi mempertahankan?

Seperti aku ini dinikahi hanya untuk menjadi kelinci uji coba Mas Ega. Yang akan dibuang jika tidak berguna.

‘’Sekarang jangan marah-marah lagi,’’ ucapnya sambil membelai pipi ini.

‘’Aku nggak marah kalau kamu nggak ngomong kaya tadi. Lagian kamu punya bisnis apa, sih, selain di bidang fotografi?’’

‘’Hm, bagaimana bilangnya, ya?’’

Bukannya menjawab cepat, Mas Ega malah mengabsen setiap inci tubuhku dari bahu turun hingga ke bawah panggul. Membuat bulu kudukku jadi meremang.

‘’Jual beli barang yang indah di pandang mata,’’ bisiknya seraya merapatkan tubuh kami berdua.

Aku tidak munafik. Saat ini, aku jadi ingin sekali mengulang kejadian tadi malam.

‘’Mas…’’

‘’Hm?’’

‘’Aku pengen.’’ Aku berucap manja. Memeluk pinggangnya namun kepalaku menengadah untuk bisa melihatnya.

Senyum miring tercipta di wajah tegas suamiku itu. Mungkin dia tidak menyangka, bila aku akan berkata begitu padahal Mas Ega sedang menjelaskan bisnis yang sempat membuatku berkeras ingin tahu.

‘’Kalau kamu sungguhan mau, nanti saja setelah selesai dari acara Pak Abi, bagaimana? Acaranya di villa dan semua tamu menginap di sana. Ingat, kita tidak boleh terlambat, Sel.’’

Aku tidak keberatan menunggu, asal bisa merasakan kembali momen itu.

Aku pun setuju. Dan wajah Mas Ega langsung terlihat senang, seperti habis mendapat undian besar.

‘’Tapi dengan satu syarat,’’ ujarnya tiba-tiba.

‘’Syarat apa?’’

‘’Kamu harus dalam kondisi kayak kemarin. Mas suka sekali melakukannya ketika kamu mabuk. Persis seperti, kupu-kupu cantik yang sudah tidak berdaya,’’ ucapnya seraya tersenyum miring.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang Dijajakan Oleh Suami   29

    Suasana di ruang vip agak tenang setelah bapak juga beristirahat. Handi pun juga tidur namun menyisakan aku yang masih terjaga.Waktu menunjukkan pukul dua belas siang. Sejak tadi teringat Abi. Apa yang sedang dilakukannya sekarang? Aku bertanya-tanya dan menatap ponsel dengan hati kian mengecil.Apakah Abi masih marah?Mas, mungkin tiga hari lagi aku baru pulang. Mas apa kabarnya?Semoga saja kali ini pesanku dibalas. Perut yang dari pagi belum terisi apapun sudah berisik sekali. Aku pun pergi mencari makan di kantin, namun sebelum itu kebetulan melihat loket administrasi.Pas sekali.Aku masih penasaran mengapa tiba-tiba ibu dan bapak dipindahkan. ‘’Permisi, Mbak. Saya mau tanya, pasien atas nama bapak Sandri dan ibu Hana yang dipindahkan pagi ini ke vip.’’‘’Oh, ya. Kenapa memangnya, Bu?’’‘’Kalau boleh tahu, kenapa tiba-tiba dipindahkan?’’ Aku bergeming demi menunggu wanita berparas ayu di balik komputer mengecek sistemnya.‘’Pagi ini ada pembayaran untuk pemindahan pasien atas

  • Istri yang Dijajakan Oleh Suami   28

    Suara berisik tiada hentinya menandakan telah dimulai aktivitas kehidupan. Mulai dari percakapan, rutinitas mengantar makanan dan obat-obatan yang dilakukan perawat, sampai pemeriksaan oleh dokter langsung.Sakit sekali badan ini karena tidur di ubin, namun segera aku berdiri karena bapak pun ternyata sudah bangun.‘’Nak, bapak mau dipindahin ruangannya.’’ Dua orang perawat berbaju biru telah mengatur sedemikian rupa agar brankar dapat digerakkan dengan mudah. Setahuku, dipindah artinya menjalani pemeriksaan lebih lanjut.Aku pun yang masih mengantuk langsung segar begitu saja. ‘’Tapi bukannya bapak sudah membaik?’’ Bukan tanpa alasan karena semalam Handi bercerita bapak sudah bisa pulang hari ini.‘’Katanya mau dipindah ke ruang vip.’’ Bapak pun sama bingungnya namun hanya pasrah saja sangking tidak mengertinya. ‘’Vip?’’ Seketika menoleh pada dua perawat meminta penjelasan.‘’Maaf, Mbak. Saya hanya menjalankan tugas, kalau bapak tidak seharusnya di sini. Untuk kamar sudah di upgr

  • Istri yang Dijajakan Oleh Suami   27

    ‘’Anak bapak, kamu datang, Nak?’’ Peluk hangat cium kasih sayang menyerbuku saat bertemu dengan bapak. Keadaannya sangat jauh lebih baik, seperti harapan juga doa-doa yang ku langitkan setiap hari.‘’Iya,Pak. Selin langsung ke sini begitu Handi ngabarin tentang ibu.’’‘’Abi mana?’’Bapak melihat jauh ke belakang, mencari seseorang yang dipikirannya mungkin akan bersamaku. Namun gelengan kepala ini membuat bapak langsung mengerti.‘’Ya sudah tidak apa-apa.’’‘’Mbak, apa kabar? Terimakasih sudah datang, Mbak. Handi benar-benar keteteran soalnya.’’ Begitu melihatku, Handi mencium tangan lalu berdiri di samping tempat tidur bapak.Dia terlihat sangat kurus untuk anak usia tujuh belas tahun. Beruntung dia tinggi jadi tidak terlalu terlihat seperti anak kurang gizi.Dan aku paham penyebabnya. Karena menjaga orang tua kami sendirian. Pasti sangat melelahkan. ‘’Kamu pasti capek. Biar mbak jaga bapak, kamu jaga ibu. Tadi mbak ke ruangannya, ibu masih belum sadar.’’‘’Iya, mbak. Ibu terlalu sy

  • Istri yang Dijajakan Oleh Suami   26

    ‘’Menantu!’’ seru mama saat melihatku yang ternyata dicarinya.Mama duduk di atas brankar dan Abi mengikutiku dari belakang.‘’Kamu dari mana? Mama cari-cari dari tadi, tau, Menantu!’’Aku terkejut mendengar panggilan mama barusan, memang tidak salah aku memang menantunya. Tetapi, mama biasa memanggilku Selin.Aku pun bertanya-tanya ada apa dengan mama?‘’Sayang, ditanya mama kamu dari mana?’’Terlihat jelas bahwa kini aku sudah diterima menggantikan Ratih, mama ingin aku di dekatnya, padahal ada anaknya. Kalau bisa, harus ada di sekitarnya terus-menerus.‘’Sayang?’’Ya ampun, aku sampai lupa menjawab. ‘’Itu ma, tadi Selin…’’‘’Nggak mungkin buang sampah, kan, Sayang,’’ potong Abi karena memang keranjang sampah lengkap dengan isinya itu masih di tempat semula.‘’Anu… mas, tadi Selin menghubungi bapak,’’ jawabku jujur.‘’Bapak?’’ Mama menatapku dan Abi bergantian. ‘’Mama ngira kamu yatim piatu.’’ Abi tersenyum sembari mengajakku duduk di tepi brankar.Sekarang baru mengerti arti tatap

  • Istri yang Dijajakan Oleh Suami   25

    ‘’Mas, bicaranya jangan yang aneh-aneh nanti mama dengar.’’ Aku tidak kuasa untuk tidak menunduk, merasakan wajah yang merona merah.Aku pun lagi-lagi berusaha menghindari, berpura-pura sibuk ingin membuang sampah segala.Sialnya Abi tidak menahan padahal, kan, aku sedang cari perhatian. Huh, menyebalkan sekali. Dasar suami tidak pengertian!Dia kembali duduk di samping mama, mengusap rambut yang setengahnya telah memutih. Bapak bilang, jika ingin mendapat suami penyayang carilah suami yang sayang sama ibunya. Jika dengan ibunya saja demikian apalagi dengan istrinya/Dan yang dikatakan bapak ada di diri Abi. Semuanya terpancar jelas.Haruskah aku bersyukur karena sebelumnya dijual Ega? Apa harusnya menyesal karena dari sana bisa berjumpa dengan Abi? Sesungguhnya pernikahan ini masih begitu canggung dalam menjalaninya. Mungkin karena terjadi lewat jalur yang salah.Ting.Nduk, bagaimana kabarmu, Nak?Akhirnya ada alasan jelas meninggalkan ruangan. Aku pun membalas pesan singkat itu de

  • Istri yang Dijajakan Oleh Suami   24

    ‘’Mama mau dengar ceritanya tidak?’’‘’Cerita saja.’’ Pertanyaanku berhasil mengundang rasa penasaran mama.Aku pun tersenyum namun mencari kata yang pas untuk merangkai kalimat. ‘’Begini, Ma. Kalau makan nasi tapi lauknya habis, pasti jadi tidak enak lagi makannya, kan? Itu semua karena Mas Abi mencuri telur Selin.’’ Aku belum menuntaskan ingin melihat tanggapan mama.‘’Lalu?’’ Ternyata mama menunggu. Syukurlah.‘’Nggak tanggung-tanggung. Dua telur besar dimakannya semua. Lalu Selin hanya gigit jari. Padahal…’’ Lagi-lagi aku berhenti, ingin melihat sejauh mana mama mendengarkan.Dan benar, mama langsung bertanya ingin tahu kelanjutannya. ‘’Padahal apa?’’‘’Padahal Mas Abi juga sudah punya dua. Dia sangat serakah ternyata.’’‘’Kenapa kamu gak ngambil punya Abi juga?’’ balasannya sangat antusias. Aku pun kembali tersenyum jadinya.‘’Bagaimana mau ambil, Ma. Soalnya, Mas Abi tidak mengeluarkan telurnya. Dia sembunyikan sangat rapi.’’ Aku berpura-pura mengeluh untuk menjaga komunikasi ya

  • Istri yang Dijajakan Oleh Suami   23

    Padahal aku hanya tidak sanggup menerima sentuhan-sentuhan itu. Diikuti gigitan-gigitan kecil pada leher dan pundak. Wajar, kan, jika aku refleks menjauhkan diri? Tetapi sepertinya yang ku lakukan itu lagi-lagi dianggap berbeda olehnya. Saat tubuh menjauh, dadaku membusung tinggi. Abi pun tersenyum nakal tetapi aku yang merasa ngeri. Bukan karena senyumannya, tetapi karena Abi terlihat seperti kerasukan setan hingga wajahnya berubah mengerikan.Kebetulan aku tidak suka tidur menggunakan bra, sehingga ketika Abi menciumi belahanku, titik pusat gunung kembar mengintip jelas. Jangan tanyakan perasaanku saat ini, karena benar-benar campur aduk. Entah aku harus bersyukur atau tidak di rumah hanya kami berdua, karena baru saja kami menyantap nasi goreng, semua langsung berubah malah aku yang disantap Abi.Seandainya ada seorang saja selain kami, mungkin akan sangat malu karena suamiku begitu bernafsu sampai tak mengenal tempat untuk menjamah istrinya.‘’Mas… nghhh…’’ Ini bukan yang pert

  • Istri yang Dijajakan Oleh Suami   22

    Perlahan namun pasti, Abi berbaring di sebelahku, namun… memunggungiku. Apakah aku sudah kelewatan?Rasanya sangat gelisah berpikir berlebihan, menduga benar tidaknya. Inikah yang namanya tersiksa? Tadi aku membuatnya begitu sekarang malah aku yang kena batunya.‘’Abi.’’ Memanggilnya dengan suara lirih. Sangat berharap Abi akan berbalik.Namun jangankan memutar badan, malahan tidak ada jawaban sama sekali. ‘’Bi.’’ Kali ini ku gerakkan lengan kekarnya. Juga beringsut mendekat. Hingga bisa melihat wajahnya dari samping. Dan ternyata…‘’Sudah tidur?’’ Aku benar-benar tak habis pikir.Matanya memejam dan napasnya juga sudah teratur. Aku menepuk jidat sangat tidak menduganya. Astaga, kalau begini, malah diriku yang tidak bisa tidur karena menahan penyesalan.Akhirnya aku pun mencoba beristirahat walau butuh agak lama. Iseng memandangi kamar baru yang menjadi tempat tinggalku kini. Terasa asing memang, namun semua butuh waktu beradaptasi. Tidak ada yang instan.Terkecuali kebencian pada Eg

  • Istri yang Dijajakan Oleh Suami   21

    Di saat aku mengangguk, Abi tersenyum lebar lalu tanganya menelusup ke dalam tengkuk. Memulai keintiman dengan ciuman. Mematik nafsu lewat belaian halus pada bahu.Bulu kudukku meremang. Aku tak pandai melakukan ini.Ku tundukkan kepala, menghindari pagutan yang sejak tadi tidak ku balas. Namun untuk yang kesekian kali, Abi mengangkat dagu membelai wajah ini mengikuti bentuk rahang khas seorang wanita. Lalu memberikan ciuman lembut yang baru ku rasakan nikmatnya.‘’Tatap aku, Sel. Aku berjanji tidak akan pernah memperlakukanmu dengan buruk. Akan aku buat kamu bahagia.’’Sejenak aku menatap mata Abi begitu dalam. Dia terlihat sungguh-sungguh. Aku ingin percaya namun tangannya yang ingin menurunkan utas tali baju tidurku, menyadarkan jika semua ucapan hanyalah bualan. Menggunakan berbagai cara demi mendapat yang diinginkan.‘’Abi… aku…’’Mata Abi membulat liar, saat bongkahan besarku berhasil dibuka. Namun aku menutupinya dengan satu tangan. Sedangkan tangan yang satunya,‘’Abi!’’ Kud

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status