Bab 27A Pria yang baik Sebulan berlalu, Gita sudah mulai aktif kuliah dua minggu ini. Dua sahabatnya sampai kebingungan mencarinya. Gita ternyata ganti nomer dan tinggal di rumah Revan, pria pertama yang menolongnya saat menginjakkan kakinya di Yogya.Ela dan Toni merasa trenyuh dengan kejadian yang menimpa Gita. Mau membantu juga tidak mudah karena tidak pantas turut campur rumah tangga orang. Lagipula Gita sudah bilang kalau dia tidak akan menyerah mengajak suaminya kembali ke jalan yang benar. Meskipun hatinya harus tersakiti, Gita tetap merasa kuat."Ta, kamu tinggal di rumah tanteku saja gimana? Ya meskipun rumahnya tidak besar, kita bisa sekamar." Ela mencoba membujuk Gita yang melamun memikirkan masa depannya."Paling tidak kamu tinggal di tempat aman, Ta," imbuh Toni."Nggak apa-apa El, Ton. Aku bertahan di rumah Revan dulu. Lagian minggu depan aku sudah mulai magang di sekolah.""Ishh, kenapa juga kamu harus pisah sama aku sih, Ta. Kamu malah dapat jauh di Gunung Kidul. Coba
Bab 27B Pria yang baik "Tidak semudah itu, Ela. Semua sudah dijalankan sesuai dengan prosedur. Begini saja, saya usahakan mencarikan dana bantuan tambahan untuk mahasiswa yang magang di daerah pelosok. Saya carikan tempat tinggal yang gratis, lagipula penduduk di sana ramah-ramah dan sangat senang kedatangan orang yang akan membantu mereka."Gita dan Ela menyerah, bahunya melorot. Sangat susah ternyata merayu pria single yang menjadi kabid akademik. Mereka akhirnya mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Namun belum sampai keluar dari pintu, Pak Raihan memanggil kembali."Anggita, tinggalkan nomer ponsel di sini. Nanti kalau ada info lagi saya kabari.""Baik, Pak." Anggita menuliskan di kertas yang disodorkan bersama pena. Nomernya memang sengaja diganti oleh Revan agar tidak diganggu suaminya."Oke, siapkan diri dengan baik, ya! Minggu depan keberangkatannya.""InsyaAllah siap, Pak!"Gita yang ke kampus memakai tunik floral dan pasmina marun tiba-tiba membuat Pak Raihan tersenyum h
Bab 28A Garis Dua Ardi menatap heran ponselnya setelah panggilan ditutup sepihak dari seberang. Tak biasanya Jessy yang menutup lebih dulu. Akhir-akhir ini Ardi merasa Jessy bertingkah aneh dari biasanya. Dia bilang berada di mall sedang belanja dengan temannya, tetapi Ardi memutari mall terutama tempat-tempat yang sering Jessy kunjungi bersamanya tidak juga tampak batang hidungnya. Saat menelpon Jessy, Ardi sedang membahas proyek dengan kliennya di salah satu restoran di mall. Ardi jelas tak asing dengan suara desahan Jessy, suara yang kerap didengarnya waktu berduaan seperti sepasang suami istri. Sangat sensual, tidak mungkin suara itu terdengar di tempat umum."Ah, kenapa aku harus pusing memikirkannya. Memikirkan klien ini lebih penting karena incomenya yang besar. Kalau sampai gagal, bisa jadi perusahaanku taruhannya."Senja pun tiba, Ardi bergegas melajukan mobilnya pulang. Sengaja tidak makan besar di restoran karena ingin menyantap sajian di meja makan di rumah.Melepas lelah
Bab 28B"Tapi, Jess. Kita sudah lama tidak melakukannya.""Ya, ya. Karena ada Laras, Laras, Laras. Akhirnya kamu memilih dia, bukan?" Suara teriakan Jessy menggelegar sampai terdengar Bi Irah yang bersembunyi di kamar."Bukan itu maksudku, Jess.""Ya sudah, kalau kamu tidak mau bertanggung jawab menikahiku. Aku pilih menggugurkannya saja." Sesal Jessy tunjukkan untuk meluluhkan hati Ardi yang dilanda kebimbangan. Dia memberi ancaman agar Ardi mau tunduk padanya."Jangan Jess. Dia makhluk tak berdosa, jangan gugurkan. Aku akan bertanggung jawab. Tapi, kamu tahu aku sudah menikah.""Ceraikan saja istrimu, lalu nikahi aku, Ar!""Aku tidak bisa gegabah, istriku pilihan orang tuaku, Jess. Aku tidak ingin mengecewakan mereka." Ardi mencoba bernegosiasi dengan kondisi kepala yang mendadak pening. Jessy belum tahu kalau Laras adalah Gita istrinya."Atau aku tidak apa-apa jadi yang kedua, Ar. Aku terima asal kamu selalu be
Bab 29A Dilema Setengah jam berdiam di kamar mandi membuat tubuh Gita menggigil. Gegas dia menuju dapur mencari jahe instan, lalu diseduhnya. Dia tidak mau larut dalam kesedihan. Apapun yang terjadi ada kehidupan di dalam sana, di rahimnya. Malaikat kecil tak bersalah yang menyatukan dirinya dengan sang suami. Dia masih punya harapan membawa suaminya ke jalan yang benar.Masih bersyukur Gita bukan hamil di luar nikah seperti pasangan lainnya yang tanpa ikatan halal. Dia segera mandi dan berpakaian rapi untuk ke kampus."Non Laras mau kemana," seru bibi."Saya mau ke kampus dulu, Bi. Nanti kalau Revan pulang saya belum kembali tolong disampaikan ya.""Kenapa nggak kirim pesan aja ke Tuan Revan, Non.""Nggak enak, Bi. Takut salah paham dengan Mbak Melia.""Oh, hehe." Gita memilih naik ojek sampai ke kampus, padahal Revan sudah memintanya untuk naik taksi tapi diabaikannya. Pikirnya bisa menghemat uang transpot untuk tambahan uang saku magang. Baru turun dari ojek hendak melangkahkan k
Bab 29B Dilema "Aku merindukanmu, Ras. Kamu istriku, masih bersedia melayaniku, bukan?"Gita membelalakkan matanya melihat wajah memohon suaminya, dia menjadi tidak tega. Melupakan kesakitan yang telah ditorehkan, dia pun menikmati sentuhan suaminya.Daripada membiarkan suaminya bersenang-senang dengan Nona Jessy, lebih baik dia mengabulkan permintaan suaminya.Satu jam mereka beraktivitas, Gita merasa perutnya sedikit nyeri."Ya Rabb, apakah ini aman setelah kami melakukannya tadi?" Dia melamunkan kejadian beberapa menit yang lalu.""Kenapa, Ras?""Ah, nggak apa-apa, Mas. Hanya sedikit kecapekan karena semalam kurang tidur."Ardi mengecup keningnya lembut membuat Gita merasa diperlakukan dengan penuh kasih sayang."Ini diminum dulu, biar badanmu segar kembali! Aku mau mandi dulu."Gita hanya terbengong sampai Ardi menutup pintu membuat lamunannya buyar."Seperti mimpi, kalau benar ini mimpi, aku tidak ingin segera bangun dan menghadapi kenyataan pahit lagi," gumannya."Mas Bintang a
Bab 30A Pisah saja "Bagaimana, Ras? Aku harap kamu tidak sembarangan menentukan pilihan!""Aku...." lidahnya kelu, Gita tertunduk dengan air mata membasahi pipinya. Tiba-tiba tubuhnya terguncang disusul isakan tangis yang menggema di seluruh ruangan."Ras....?""Baiklah, Mas. Aku memilih kita pisah saja."Ardi tergelak, ini tidak sesuai dengan ekspektasinya. Dia pikir Gita masih mau bertahan dengannya, merubah sikap buruknya. Kenyataannya Gita menyerah."Jadi, hanya sampai sini perjuanganmu mempertahankanku, Ras? Kamu sudah lelah mengajakku berubah ke jalan yang benar, huh?""Ya, aku lelah, Mas. Seharusnya kamu berubah bukan karena aku, agar saat aku pergi jauh darimu kamu tidak kecewa."Ucapan Gita begitu menohok perasaan Ardi sampai dia tak bisa membalas kata-kata. Gita benar, dirinya lalai kembali pada Rabbnya saat Gita pergi jauh darinya. Itulah kesalahannya, dia berubah baik karena ada Gita.Selesai membicarakan masalahnya, Ardi kembali mengantar Gita. Dalam keheningan suasana c
Bab 30B Pisah saja "Maafkan Gita ya, Pak, Bu. Semoga pilihan ini terbaik untukku dan Mas Bintang."Suara ketukan pintu dari luar membuyarkan lamunan Gita."Ras, kamu sudah makan malam belum?""Sudah kok, Van.""Kata bibi, tadi siang kamu terlihat kurang sehat. Aku panggilkan dokter, ya!""Ah tidak usah,Van. Aku sudah baikan, cuma kecapekan saja.""Baiklah, ini aku bawakan makanan kesukaanmu."Wajah Gita berbinar melihat satu bungkus plastik mie ayam yang baunya menguar dihidung. Air liurnya langsung tak tertahankan. Seperti anak kecil yang diberi es krim, Gita langsung meraihnya beserta mangkuk dan sendok."Terima kasih banyak, Van. Kamu yang terbaik, deh.""Sama-sama. Kamu seperti orang ngidam saja, Ras."Gita tertawa kecil, memang kenyataannya begitu. Hasrat ingin makan mie berkuahnya benar-benar meningkat tajam.Gita menikmati semangkuk mie di kamarnya seraya menatap langit yang mulai kelam. Cahaya rembulan dan bintang tertutup awan. Seakan menggambarkan suasana hatinya yang redup