Share

Bab 12 - Mommy Aunty

Author: Anidania
last update Last Updated: 2025-08-26 22:56:02

Aku menatapnya sungkan, lalu berdeham pelan. “S-saya ...,” lirihku dengan ragu.

Raynard menoleh ke arahku dan menatapku tajam. Tatapan yang dalam itu membuatku refleks menundukkan kepala dengan cepat, seakan takut akan ada amarah yang meledak sewaktu-waktu. Beberapa detik berlalu dalam keheningan dan Raynard kembali fokus pada piring di hadapannya, hingga aku akhirnya menghembuskan napas dan memberanikan diri menundukkan kepala sedikit ke arah Raynard.

“Maaf, Tuan ... jika saya lancang, dan tidak meminta izin terlebih dahulu ketika ingin ke dapur,” pintaku dengan suara lirih.

Raynard mengangkat wajahnya lagi, lalu menatapku lekat dengan ekspresi yang tak terbaca. Jantungku semakin berdebar, aku buru-buru menunduk makin dalam, seakan ingin menghilang dari sorot matanya yang terkesan menelanjangi kesalahanku.

Tapi kemudian ... hanya satu anggukan kecil yang ia berikan, sebelum kembali menunduk dan menikmati makanannya.

Aku sempat melirik sekilas dari ekor mataku, lalu cepat-cepat menund
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri yang Kau Doakan Cepat Mati, Kini Jadi Istri Atasanmu   Bab 15 - Putus Kerja

    Aku menunduk kepala makin dalam, mencoba mencerna kata-katanya, sementara nafasku berhembus tak beraturan selaras dengan rasa tenang yang tak bisa kumiliki.“Kau tidak berhutang budi pada mereka,” ujar Raynard dengan tegas. “Kau membutuhkan pekerjaan, sementara mereka butuh pekerja—sederhana. Tidak ada yang perlu kau sesali dengan keputusan yang akan kau ambil.”Aku mengangkat kepalaku sedikit, menatapnya dengan penuh keraguan. “Tapi ... bukankah itu keterlaluan, Tuan? Saya merasa seperti orang yang ... tidak tahu diri,” cicitku mengeluarkan keresahan.Rahang Raynard mengeras begitu ia mendengar ucapanku, lalu ia menggeleng dengan pelan. “Bukan kau yang tidak tahu diri, Safira. Saya yang tidak akan membiarkan seseorang yang kubutuhkan ... terbuang sia-sia.” Tangannya bergerak membuka laci meja dan mengeluarkan sebuah map berwarna hitam, terdengar begitu misterius.“Saya sudah menyiapkan kontrak untukmu,” ucapnya singkat.Aku menatap map itu dengan ragu, lalu menatap pria itu sejenak

  • Istri yang Kau Doakan Cepat Mati, Kini Jadi Istri Atasanmu   Bab 14 - Tawaran Kontrak

    Tubuhku langsung menegang begitu mendengar ucapannya, refleks aku menatap wajahnya dan membuat sendok di tanganku hampir terlepas. “D-dengan saya, Tuan?” tanyaku tergagap.Raynard hanya mengangguk sekali. “Ya. Denganmu.”Aku menganggukkan kepala cepat, berusaha menyembunyikan rasa gugup yang jelas terpampang nyata di wajahku. “B-baik, Tuan,” sahutku lirih.Begitu kami semua selesai menyantap makanan, Kenzo buru-buru berlari kecil ke ruang keluarga sambil membawa mainannya dan berteriak memanggil Sus Rini. Tersisa aku dan Raynard yang sama-sama dilanda rasa canggung, tanganku bergerak ikut merapikan piring, tapi sebelum membawanya ke dapur, Raynard kembali bersuara.“Letakkan saja. Biar orang rumah yang membereskan,” ujarnya singkat.Aku terdiam sejenak, kemudian menunduk patuh. “Baik, Tuan ....”“Sekarang ikut saya.”Aku mengangguk sekali lagi, kini langkah kakinya terdengar mantap menuju ke lantai atas, sementara aku masih menatap punggungnya yang begitu tegap.“Ehm,” dehamnya membua

  • Istri yang Kau Doakan Cepat Mati, Kini Jadi Istri Atasanmu   Bab 13 - Jangan Ulangi Lagi

    “Mulai sekarang, makan sendiri,” ujarnya datar, tapi terdengar tegas. “Biar Monty-mu itu bisa makan juga,” tambahnya terdengar ketus.Aku terperangah, sendok di tanganku sampai berhenti di udara karena rasa terkejut yang tak bisa aku tahan. Rasanya sulit membedakan apakah nada suaranya sebuah perintah, atau justru sebagai sindiran. Sementara Kenzo hanya terdiam beberapa detik, matanya melirikku seolah meminta perlindungan.“Ta-tapi ... Daddy, aku kan suka disuapin sama Monty ...,” gumam Kenzo dengan suara kecil.Tetapi, tatapan Raynard makin terlihat tajam seolah ia tak mengingkan anaknya itu membantah. “Kenzo,” hanya satu kata yang terucap memang, tapi nadanya cukup untuk membuat bocah itu meringkuk ke arahku. Perlahan, ia meraih tanganku yang masih tergeletak di atas meja, menggenggamnya erat seolah mencari perlindungan.Aku kembali membeku, mataku tak berani menatap Raynard yang jelas-jelas menyadari tindakan anaknya itu. Jantungku berdegup keras, ada rasa takut sekaligus bingung t

  • Istri yang Kau Doakan Cepat Mati, Kini Jadi Istri Atasanmu   Bab 12 - Mommy Aunty

    Aku menatapnya sungkan, lalu berdeham pelan. “S-saya ...,” lirihku dengan ragu.Raynard menoleh ke arahku dan menatapku tajam. Tatapan yang dalam itu membuatku refleks menundukkan kepala dengan cepat, seakan takut akan ada amarah yang meledak sewaktu-waktu. Beberapa detik berlalu dalam keheningan dan Raynard kembali fokus pada piring di hadapannya, hingga aku akhirnya menghembuskan napas dan memberanikan diri menundukkan kepala sedikit ke arah Raynard.“Maaf, Tuan ... jika saya lancang, dan tidak meminta izin terlebih dahulu ketika ingin ke dapur,” pintaku dengan suara lirih.Raynard mengangkat wajahnya lagi, lalu menatapku lekat dengan ekspresi yang tak terbaca. Jantungku semakin berdebar, aku buru-buru menunduk makin dalam, seakan ingin menghilang dari sorot matanya yang terkesan menelanjangi kesalahanku.Tapi kemudian ... hanya satu anggukan kecil yang ia berikan, sebelum kembali menunduk dan menikmati makanannya.Aku sempat melirik sekilas dari ekor mataku, lalu cepat-cepat menund

  • Istri yang Kau Doakan Cepat Mati, Kini Jadi Istri Atasanmu   Bab 11 - Siapa yang Masak?

    “Mbak ... aku boleh masak nggak?” tanyaku hati-hati, aku memutuskan melangkah ke dapur ketika bosan berada di kamar, sementara aku sudah membersikan diriku dan mengganti baju dengan baju yang disiapkan oleh Sus Rini.Seisi dapur sontak menoleh ke arahku dan menghentikan akivitas mereka. Tatapan mereka seolah menelanjangiku dari ujung kepala sampai kaki, ekspresi kaget jelas terlihat di wajahnya. Aku bisa menebak apa yang mereka pikirkan—mungkin mengira aku adalah Nyonya Aruna yang sudah lama tiada?“Lho ... kok mirip banget, ya ...” salah seorang berbisik, tak sadar jika suaranya terdengar olehku.Aku mengibaskan tanganku cepat, menepis pikiran liar yang ersemayam di benaknya. “Bukan, bukan ... aku bukan beliau. Namaku Safira, dan ... aku nggak ada hubungannya sama Nyonya Aruna,” jelaku pada mereka.Mereka saling pandang satu sama lain, seolah ragu dengan penjelasanku. Beberapa di antaranya bahkan langsung menundukkan kepalanya lagi, pura-pura sibuk dengan aktivitasnya.“Ehm ... maaf,

  • Istri yang Kau Doakan Cepat Mati, Kini Jadi Istri Atasanmu   Bab 10 - Kalian Punya Masa Lalu yang Sama

    “Aruna …” aku kembali menyebut nama itu pelan, hampir seperti bisikan doa untuknya.Suster Rini mengangguk kecil. Matanya menatapku lama, lalu menggeleng tipis seolah tengah menimbang sesuatu. “Saya, boleh nanya sesuatu?”Aku menoleh dengan alis yang berkerut. “Iya, Sus … apa ya?”“Kalau boleh tahu, kamu aslinya dari mana? Maksudnya, asal-usulmu, gitu. Soalnya … aku masih kepikiran dari pas pertama ngeliat kamu, wajahmu mirip banget sama Nyonya Aruna ... kayak bukan cuma sekadar mirip biasa. Rasanya kayak … ada hubungannya, ditambah Kenzo yang langsung lengket sama kamu padahal belum pernah ketemu kan?”Nafasku tercekat. Pertanyaan itu membuat tenggorokanku kering seketika, bibirku sempat terbuka, tapi kata-kata tak kunjung keluar, aku menelan ludah dengan susah payah.Melihat reaksiku, Suster Rini buru-buru tersenyum tipis, mencoba meredakan suasana. “Maaf ya kalo aku kepo. Soalnya selama ini aku yang paling sering sama Kenzo, dan sekarang ngeliat dia bisa secepat ini deket sama kamu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status