“Ah ... Mas! Lebih cepet ... iya, gitu. En-ak bang-ah, Mas!”Langkahku terhenti seketika, sementara jantungku mendadak mencelos. Pandanganku menyapu ke sisi kanan dan kiri, rumah masih sepi, dan aku yakin ibu serta adik iparku masih terlelap di lantai dua. “Suara apa, sih?” gumanku menyampirkan anak rambut ke belakang telinga. “Padahal nggak ada orang, kok.”“Aku nggak kuat lagi, Mas! Eungh ... pelan,” desahan yang kudengar seperti ... suara yang tak asing bagiku.Aku menelan ludah dengan susah payah, nafasku tercekat, pikiranku entah kemana, sementara jantungku berdetak lebih kencang. Sumbernya dari kamar tamu. Kamar yang—sialnya—ditempati Nesya, sepupu jauh suamiku. Perempuan yang selalu berkata manis, yang pura-pura polos, yang dengan lugu mengambil perhatian ibu mertuaku.Aku mengerutkan dahi tak yakin, “Nesya?” tanyaku.pada diri sendiri.Aku bejalan dengan perlahan, tak ingin menimbulkan bunyi apapun, lalu menempelkan telingaku pada daun pintu, dan berusaha mendengar apa yang ten
Last Updated : 2025-08-09 Read more