Share

Khanza tenggelam

Author: Pulungan
last update Last Updated: 2022-12-24 03:39:07

Khanza langsung mendorong dada Romi membuat Romi langsung salah sadar.

"Sorry, aku kira tadi, Sopi," Deg! Seketika Khanza mematung.

Yang awalnya Khanza mulai luluh, tiba-tiba ia dihempaskan begitu saja. Romi langsung turun dari ranjang lalu ia keluar meninggalkan Khanza sendiri.

"Apa yang aku lakukan? Kenapa aku malah menciumnya," gumam Romi sambil berjalan menuju pintu utama.

Disisi lain, Khanza kembali menangis sekuat tenaga ia berusaha bangun dari ranjang, lalu ia berjalan ke tikar tempat biasa ia tidur.

"Dari awal aku udah tau jika Romi tidak menyukaiku. Tapi kenapa aku malah baper dengan ini semua ... Ini tidak adil," ucap Khanza sambil mengusap air matanya. Ia juga langsung me lap bibirnya dengan tisu basah, ia jijik dengan dirinya sendiri.

Drt … Drt … Drt Ponsel Khanza bergetar, Khanza tersenyum sekilas melihat siapa yang menghubunginya.

[Assalamualaikum] ucap Khanza sambil tersenyum saat melihat yang menelpon adalah Salman.

[Walaikumsalam, Za tadi aku lupa ngabarin kamu kalo malam ini perayaan ulang tahunku ...maaf ya.

Besar harapan sih kamu mau datang nanti malam] ucap Salman panjang lebar membuat Khanza berfikir sejenak.

[Acaranya jam berapa?] tanya Khanza sambil melihat ke arah pintu.

[Jam 8, kalo ngaret juga palingan jam 8.30. Datang ya apa mau di jemput?] 

[Iya aku usahain datang, gak usah di jemput juga udah kayak siapa aja di jemput hehe, shareloc aja biar nanti aku naik taksi online aja] tolak Khanza.

[Serius kamu mau datang, di jemput juga gak apa-apa sih kan tuan putri. Ya udah nanti aku shareloc sekalian aku yang bayar ongkos kamu nanti]

[Eh nggak usah Man, aku ada uang kok] tolak Khanza merasa tidak enak karena Salman selalu membayar semuanya.

[Dih biasanya suka, tumben nolak yakin gak mau?] ledek Salman mambuat Khanza tersenyum.

[Nggak usah sekarang maksudnya bayarnya, nanti aja pas udah disana hehe] jawab Khanza sambil cengengesan membuat Salman tertawa.

[Dasar kuntilanak, iya iya nanti di bayar berkabar aja] lanjut Salman.

Setelah selesai ngobrol dengan Salman, Khanza langsung membuka kopernya memilih pakaian yang bakal ia pakai.

"Sebenarnya ini kepala ada masih sakit banget, tapi mending ke rumah Salman aja dapat makan gratis, sedangkan disini cuma dapat sakit hati," gumamnya.

***

Setelah selesai sholat magrib, Khanza langsung siap-siap karena ia tidak mau terlambat. Sedangkan Romi baru saja kembali ke rumah setelah kejadian tadi.

Begitu ia masuk kamar, ia langsung kaget melihat Khanza sudah rapi dengan wajah yang dipoles dengan make up membuat gadis itu terlihat sangat cantik.

"Mau kemana? Kamu 'kan masih sakit," tanya Romi, Khanza langsung muak mendengar perhatian palsu itu.

"Bukan urusanmu dan nggak usah sok baik, urus saja urusanmu sendiri!" ketus Khanza membuat Romi langsung mematung. Khanza berjalan melewatinya begitu saja tanpa salam ataupun pamit.

Bagitu Khanza pergi, Romi langsung duduk di depan kaca, lalu ia mengambil ponselnya yang sedari tadi ia tinggal.

[Assalamualaikum Bang, ini saya Salman anaknya Pak Hendra. Maaf nih kalo ganggu waktu Abang, malam ini ada acara perayaan ulang tahun saya di rumah Bang, kalo Abang ada waktu di tunggu banget kehadirannya. 

Terima kasih] Romi membaca pesan dari Salman, detik kemudian ia langsung teringat dengan Khanza.

"Pasti dia pergi kesana," gumam Romi, lalu jarinya dengan lincah mengetikkan pesan.

[Walaikumsalam, baik saya usahakan hadir ya] balasnya lalu ia mengambil handuk untuk mandi.

Sekitar 20 menit, Romi sudah rapi dengan pakaiannya, kemeja hitam yang dipadukan dengan jas membuatnya terlihat sangat berwibawa.

Setelah merasa rapi Romi langsung keluar rumah lalu menempuh perjalanan menuju rumah Salman.

***

Disisi lain Khanza yang sudah sampai di gerbang rumah Romi, namun ia belum turun dari taksi.

"Tunggu sebentar ya Pak, saya hubungi teman saya dulu," ucap Khanza yang dibalas anggukan oleh sopir tersebut.

 

[Assa-] ucapan Salman terpotong saat khanza berbicara lanjut terus.

[Aku udah di depan gerbang rumah kamu, buru keluar bayar taksinya] potong Khanza membuat Salman langsung geleng-geleng kepala dengan tingkah temannya itu.

[Sebentar, aku keluar] lanjut Salman sambil buru-buru keluar.

Tidak lama kemudian Salman keluar, Khanza langsung turun sambil melambaikan tangannya.

"Bayar dulu," ucap Khanza yang dibalas anggukan oleh Naura.

"Baik tuan putri," jawab Salman sambil membungkukkan sedikit badannya membuat Khanza langsung tertawa.

"Ini Pak bayarannya, maklum teman saya ini pelit banget," ucap Salman membuat sopir tersebut tertawa.

"Heh … sembarangan ya kalo ngomong," tegur Khanza membuat Salman terkekeh.

"Yuk masuk, udah rame di dalam," lanjut Salman yang dibalas anggukan oleh Khanza.

"Eh Za kamu tau gak kayaknya Bang Romi bakal datang deh," 

"What?!" teriak Khanza membuat Salman kaget, ia langsung mengusap dadanya.

"Apaan sih biasa aja kali, aku tahu kamu suka, tapi nggak teriak juga dong," kesal Salman.

"Kamu ngapain sih ngundang om-om," kesal Khanza membuat Salman mengerutkan keningnya.

"Memangnya kenapa? Bang Romi 'kan partnernya Papa, lagian Papa yang nyuruh buat di undang," lanjut Romi membuat Khanza langsung memutar mata malas.

'Aelah, tujuannya keluar rumah kan biar nggak ketemu dia, ini ngapa malah di undang sih,' umpat Khanza.

"Nggak apa-apa, ayo ke dalam aku mau makan," lanjut Khanza membuat Salman bingung.

"Cewek aneh," gumam Salman sambil mengikuti langkah Khanza.

"Apa kamu bilang?" tanya Khanza dengan tatapan tajam membuat Salman langsung bergidik ngeri.

"Cewek cantik maksudnya, ya udah yuk masuk keburu habis tuh makanan," jawab Salman mengalihkan pembicaraan.

***

Sekitar setengah jam melakukan perjalanan, akhirnya Romi sampai di rumah Salman. Ia langsung turun dari mobil lalu melangkah masuk ke dalam.

Dari kejauhan ia melihat Khanza sedang makan di temani oleh Salman, sambil sesekali mereka bercanda ria.

Romi sengaja pergi ke belakang agar Khanza tidak melihatnya, ia memilih kursi belakang sebenarnya tujuannya datang bukan karena Salman melainkan karena Khanza yang masih sakit.

"Aku kesana dulu ya," ucap Khanza sambil menunjuk arah kolam renang membuat Salman bingung.

"Ngapain kesana?" tanya Salman.

"Aku pusing disini terlalu banyak orang, pengen jalan-jalan aja di situ agak sepian," jawab Khanza yang dibalas anggukan oleh Salman.

Melihat Khanza pergi, Romi langsung mengikuti gadis itu dari jauh.

"Wah, bersih banget enak nih kalo berenang di sini, masalahnya aku nggak bisa berenang," gumam Khanza sambil memakan kue di tangannya.

Khanza memilih duduk sambil memasukkan kakinya sedikit ke dalam air, ia merasa lebih tenang karena tidak terlalu berisik hanya saja ia harus melihat pemandangan orang-orang yang berpasangan.

Dari kejauhan dua keponakan Salman yang berumur 11 dan 12 tahun, sedang berbisik-bisik berniat mengerjai Khanza.

"Kita ceburin Kakak itu yuk, kayaknya pacarnya om Salman deh," ucap Dana.

"Yuk-yuk," lanjut Aman, pelan-pelan mereka berjalan dari belakang Khanza, detik kemudian …

"A …," teriak Khanza saat ia di dorong oleh Dana dan Aman,

Byur! Khanza langsung mangap-mangap karena ia tidak bisa berenang, ia bahkan menelan air kolam.

"T--tolong," teriak Khanza membuat Romi yang sedang sibuk dengan ponselnya langsung mendongak, detik kemudian matanya membola.

"Khanza!" teriak Romi dan Salman dari jauh berbarengan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Ending (Tamat)

    Setelah punya momongan Romi jauh lebih dewasa begitu juga dengan Khanza yang semakin sabar menghadapi segala sesuatu."Eugh," tiba-tiba bayi mereka menggeliat tengah malam saat Romi dan Khanza sedang tidur pulas."Oek ... oek," tangis bayi itu pecah saat merasa tidak ada yang memperdulikannya."Eh sayang ... bangun Nak, haus iya," ucap Khanza lalu ia duduk kemudian menggendong bayinya."Kenapa sayang? Hum ... jangan rewel ya Nak, kasian Ayah capek udah kerja," lanjut Khanza sambil menciumi pipi bayinya tersebut.Tapi tangis Kaila tak kunjung reda membuat Khanza bingung."Khanza," panggil Romi yang terusik mendengar suara tangisan bayi mereka membuat Khanza langsung menoleh ke samping."Kakak bangun, maaf ya Kaila rewel," ucap Khanza membuat Romi langsung duduk di samping Khanza."Sini biar saya gendong," ujar Romi membuat Khanza langsung memberikan Kaila ke gendongan suaminya tersebut."Oh anak Ayah ini, kenapa rewel sayang? Panas ya bajunya ketebelan ya sayang? Sini Ayah buka bukain

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Khanza Melahirkan

    Setelah Romi berangkat Khanza mulai merasa perutnya mules. Tapi ia masih mencoba menahan karena Khanza tahu itu hanya kontraksi palsu."Aduh ... Nak jangan buat Bunda sakit gini sayang, kita tunggu Ayah dulu," gumam Khanza sambil mengusap-usap perutnya."Khanza kenapa Nak?" tanya Indah saya melihat Khanza meringis sambil mengatur nafasnya."Ini Bun sakit, tapi kayaknya masih kontraksi palsu," jawab Khanza membuat Indah langsung mendekati Khanza. Ia melihat menantunya tersebut sudah keringatan menahan sakit."Wah gak iya ini, Mas!" panggil Indah membuat Bimo yang sedang mencuci tangan langsung buru-buru."Iya sayang kenapa?" tanya Bimo bingung melihat Indah panik."Khanza Mas, kita bawa ke rumah sakit aja takut dia melahirkan disini, udah waktunya kayaknya ini." ucap Indah buru-buru membuat Bimo langsung mengangguk lalu buru-buru keluar ngeluarin mobil."Ayo sayang," ajak Indah membantu Khanza berjalan."Emang udah waktunya Bun?" tanya Khanza sambil mengatur nafasnya."Udah gak apa-ap

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Terlalu mandiri

    6 bulan kemudian, bulan ini sudah memasuki bulan Khanza melahirkan. Perutnya yang sudah membuncit membuatnya benar-benar kesusahan untuk bergerak dan bahkan harus berpegang.Tidak jarang Romi tidak berangkat kerja karena tidak tega meninggalkan Khanza di rumah, walaupun sudah ada Indah, Bimo dan Fatimah di rumahnya.Pagi ini Romi siap-siap berangkat ke kantor karena ada rapat penting dan tidak bisa di wakilkan. Sebenarnya Romi tidak ingin meninggalkan Khanza tapi karena dadakan juga mau tidak mau Romi harus berangkat.Ceklek! Pintu kamar terbuka menampakkan Khanza membuat Romi yang sedang memasang dasi langsung tersenyum."Gak bisa," ucap Romi seperti anak kecil membuat Khanza terkekeh."Ya udah sini, Kakak harus belajar bikin dasi biar nanti pas aku lahiran bisa sendiri," ucap Khanza sambil meraih dasi tersebut. Romi duduk di sisi meja rias untuk mempermudah Khanza memasang dasinya."Gak ah, maunya kamu yang bikin," jawab Romi membuat Khanza mencebikkan bibirnya."Kan akunya lahira

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Vina Mual

    Seminggu kemudian, Vina mulai merasa aneh dengan dirinya, ia sering kali pusing dan mual-mual. Tapi Vina tidak memberi tahu suaminya, karena menurutnya itu cuma masuk angin biasa."Vina, bisa ke ruangan saya sebentar," panggil Romi membuat Vina langsung menoleh lalu mengangguk."Iya Pak," jawab Vina lalu beranjak dari kursinya. Saat berdiri ia merasa sedikit pusing membuat Salman yang melihat itu langsung mendekati isterinya tersebut."Kamu gak apa-apa?" tanya Salman sambil memegang tangan Vina membuat Vina langsung menoleh lalu menggeleng."Gak apa-apa Kak, aku ke ruangan Pak Romi dulu ya," ucap Vina yang dibalas anggukan oleh Salman.Sampai di ruangan Romi, Vina melihat Khanza sedang ngemil sambil menonton di ponselnya. Vina sedikit tersenyum melihat Khanza yang mulai terlihat berisi dari sebelumnya."Mbak," panggil Vina membuat Khanza menghentikan filmnya lalu menoleh."Eh Vina, apa kabar?" tanya Khanza membuat Vina langsung tersenyum."Baik Mbak," jawab Vina, tapi Khanza malah me

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Terlalu posesif

    "Kak," panggil Khanza, ia tahu kalo suaminya pasti marah."Udah selesai?" tanya Romi sambil merangkul pundak Khanza."Em ... tinggal buat Mama Ira sih," jawab Khanza sambil menunjukkan paper bag di tangannya. Romi mengambil paper bag tersebut lalu memasukkannya ke dalam sel."Ini ada sedikit makanan buat Ibu sama Rea, kalo mau silahkan dimakan kalo gak suka kasih aja sama yang sebelah," ucap Romi tegas membuat Ira dan Rea diam seketika."Mbak Cantik terima kasih ya makanannya, enak sekali," panggil salah satu narapidana membuat Khanza langsung menoleh lalu mengangguk."Romi kamu kesini mau jenguk Ibu?" tanya Ira dengan semangatnya membuat Khanza sedikit mendongak melihat ekspresi suaminya itu."Sebenarnya kalo dari hati Romi pribadi belum ya Bu, cuma karena Khanza yang selalu ngajakin kesini akhirnya Romi mau. Tapi hasilnya berbanding terbalik dengan dugaan Romi, Ibu malah bentak dan maki-maki istriku." jawab Romi dengan nada tertahan membuat Ira diam seketika lalu ia saling melempar

  • Istri yang Kau Jadikan Taruhan    Khanza di bentak

    Seminggu telah berlalu, Khanza berniat mengunjungi Ibu mertuanya yang di penjara, pagi-pagi sekali ia sudah berkutat di dapur menyiapkan makanan untuk Ira.Sedangkan Romi karena berhubung hari libur, ia hanya malas-malasan di kamar karena tadi malam lembur menyelesaikan semua pekerjaannya."Khanza kemana sih? Kok gak masuk-masuk," gumamnya yang tengah berbaring di ranjang sambil mengotak-atik ponselnya.Tanpa membuang waktu ia langsung bangkit dari ranjang sebelum keluar. Romi merapikan rambutnya di depan kaca lalu ia keluar dari kamar."Khanza," panggilnya namun tidak ada sahutan sedikitpun membuat Romi langsung mengedarkan pandangannya hingga ia melihat gadis itu di dapur.Romi melipat kedua tangannya lalu mendekati Khanza dari belakang."Khanza," panggil Romi lagi membuat Khanza kaget."Hah? Iya, kenapa Kak?" tanya Khanza saat melihat Romi sedang menatapnya sambil melipat kedua tangannya."Kamu dari tadi saya panggil-panggil kenapa gak nyahut-nyahut?" tanya Romi membuat Khanza meno

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status